empat

13 1 0
                                    

Alif sudah berada di sini sejak tiga hari yang lalu. Tiga hari yang lalu ia melihat keluarga ini penuh kesedihan dan kesengsaraan. Tiga hari yang lalu tangis kesedihan terus mengiringi prosesi pemakaman yang dilakukan hari itu juga. Tapi hari ini, kedua lelaki yang bersaudara ini bersama sama berpegangan saling menopang kekuatan. Lengkap memang penderitaan mereka. Ibu yang mereka cintai haru pergi dua bulan yang lalu. Dan tiga hari yang lalu juga bapak mereka pergi.

Ada banyak yang bisa Alif syukuri dalam hidupnya. Tinggal bersama kedua orang tua yang masih utuh, melihat wajah kedua orangtuanya dan terlebih punya kesempatan untuk bisa membahagiakan dan membanggakan mereka. Di tikar seadanya dan lampu temarem yang menyala, selepas melaksanakan tahlilan hari ketiga, Alif dan Aldo yang masih setia menemaninya bersama kedua lelaki bersaudara ini mencoba berbicara

"Makasih udah mau susah payah buat seluruh rangkaian acara buat bokab gue. Jujur gue gak tau siapa Lo dan kenapa Lo datang kesini, tapi yang jelas Lo bagaikan malaikat buat gue"

"Gue juga gak tau Lo siapa dan gue juga lagi iseng aja nolongi lo. Cuma kalau Lo ada apa apa Lo tinggal datang kesini atau hubungi nomer gue" Ucap Alif sembari memberikan sebuah kertas berisi nomor telepon alif, alamat rumah nya dan siapa namanya.

"Iya bg, terima kasih banyak"

Alif hanya mengangguk dan tersenyum kecil "gue sama temen gue balik dulu"

Alif sudah menaiki motornya, malam sudah semakin larut dan angin sudah semakin kencang membuat kulitnya merasakan rasa dingin. Karena motor Alif yang super lama dan butut itu, aldo harus berada di belakangnya untuk memastikan Alif gak ketinggalan.

"Gue gak tega liat mereka cuma tinggal berdua gitu Al" ucap Aldo saat mereka sudah berada di warmindo langganan mereka.

"Gue juga do, tapi kalau mereka ikut kita mau di taroh dimana? Lo tau bokap gue gimana, Nerima gue aja karena terpaksa" ucap Alif dan Aldo terkekeh melihat wajah melas Alif

"Tawa aja Lo terus, sahabat galau malah di ketawain. Sinting Lo"

Aldo semakin tertawa sembari menunggu makanan yang dipesan datang. Ia melihat Alif sungguh nelangsa tapi tawa yang bisa diberikannya. Tak berapa lama, indomi kuah telur setengah matang pesanan mereka datang. Aldo memang paling suka makan mie instan dan Alif paling suka minum kopi

"Nikmat nih, malam malam begini. Cuaca juga dingin" ucap Aldo dengan senyuman kelaparan

"Udah makan aja"

"Tapi gue heran sama Lo Al, alasan Lo nolong dia tuh apa sih?" Tanya Aldo sembari menyeruput kuah mie instan

"Simple sih do, gue cuma yakin anak itu gak biasa nyopet Sampek bisa ketahuan gitu waktu nyopet"

"Tapikan bisa aja nasib dia sial, makanya ketahuan nyopet Al"

Alif mengangguk sembari mengunyah mie instan nya "Lo bener do, tapi hati gue yakin dia pertama kali ngelakuin itu dan bener. Semua itu dia lakuin untuk bapaknya yang sakit karena banyak sekali rumah sakit yang menolak mereka dengan alasan tak ada biaya yang cukup!"

"Miris Al, bener bener miris negara kita ini. Kesejahteraan rakyat kecil gak ada"

Alif hanya mengangguk Ringan "gue harap rumah sakit yang gue kerja nanti gak begitu."

Aldo mengangguk "ohya ngomong ngomong rumah sakit, kita kesana kan buat tes nanti?"

"Kemana?"

"Ar Rahman hospital" ucap Aldo dan Alif tersenyum kecil sembari mengangguk.

Selepas menghabiskan mie instan nya, Alif dan Aldo pulang. Di pertigaan, mereka berpisah Aldo terus dan Alif berbelok kanan. Dari depan komplek rumah, ia mendorong motor pak Dadang, ia tak ingin papinya tau kalau ia keluar malam dan baru pulang tengah malam. Di depan pagar tinggi ini, Alif mendorong pelan pagar dan memasukkan motor pak Dadang di dekat pos satpam. Ia kemudian menutup pagarnya. Pelan pelan, Alif memanjat pohon disamping rumahnya. Pohon mangga itu langsung nyambung ke ikanopi dan ke balkon rumah. Pelan pelan Alif berjalan dan sampai lah ia di pintu kamarnya. Di bukanya pintu kamar dan lampu nya masih padam. Alif langsung masuk kamar mandi, berganti pakaian dan keluar sudah ada papinya.

RückkehrunruheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang