tujuh belas

47 3 2
                                    

Alif terbangun dri mimpi nya, ia memimpikan semua yang terjadi di hidupnya. Nafasnya tak beraturan. Di mimpi itu ia terakhir kali ke bandara bersama Aldo. Pergi. Tapi tak tahu pergi kemana. Di samping nya sudah ada Rasya, untung saja dia gak bangun karena kebisingan Alif. Kalau bangun, sudah pasti Alif gak akan tenang sampai pagi.

03.36

Alif bermunajat pada Allah, ia memohon ampun dan pertolongan Allah untuk memudahkan semua jalan dan membuka kan ingatan nya. Ia takut ada banyak orang yang tersakiti ketika keadaan nya begini. Ia takut akan itu. Setelah selesai, ia melipat sajadah nya. Kemudian melangkah ke luar, papi nya sudah siap dengan Koko dan sarung. Entah sejak kapan kebiasaan ini ada. Seingatnya papi tak pernah ada dirumah sesering ini. Apa lgi sampai sholat berjamaah begini.

"Rasya gimana, masih tidur?"

Alif mengangguk "udah Ali titip sama mami denger denger siapa tahu bangun."

Setelah itu, papi langsung berjalan cepat. Sebentar lgi akan azan. Jarak dri rumah ke masjid cukup jauh. 5 menit di tempuh dengan berjalan kaki. Maka harus lebih cepat pergi sebelum azan berkumandang. Setiba nya di masjid, banyak sekali yang menyapa papi, mungkin papi menjadi donatur tetap masjid ini atau menjadi pengurus masjid ini.

Alif hanya mengikuti kemana papi bergerak, sesekali ikut nimbrung percakapan bapak bapak komplek bersama ustadz itu. Alif juga sering di minta jadi imam tapi selalu di tolak. Hingga pagi ini ia kembali di desak jadi imam. Satu anggukan dri papi nya membuat nya melangkah beberapa meter dri tempat nya. Mengambil tempat yang sudah di sediakan.

Suara Alif merdu, menyejukkan kalbu dan membuat merinding bulu mereka. Pertama kali, di masjid ini di shubuh dibaca kan surah Al qiyamah. Surat tentang kiamat. Alif sesekali tersendat membaca nya. Suaranya tercekat. Bahkan beberapa waktu ia memberhentikan bacaannya.

"Semua menangis mendengar suaramu, aku sampai ikut menangis"

Alif terdiam, entah sudah berapa kali orang memujinya dan bahkan memuji papi. Alif hanya diam tersenyum kaku. Di perjalanan pulang tak ada percakapan apapun antara papi dan Alif. Bahkan hingga di meja makan ini. Alif dan papi sama sama diam.

"Opa, hari ini Maryam berangkat sama om Alif aja yah"

"Om Alif naik motor sayang, kamu sama opa aja yah"

"Om Alif naik mobil yang opa kasih kok, ykn om" tanya Maryam di ujung kalimat nya membuat Alif mengangguk

"Yasudah kalau gitu, habisi makan nya yah, opa mau pergi ke rumah sakit dulu" ucap papi kemudian bergerak dri posisinya

Maryam mengangguk, mami juga ikut bergerak. Membawa tas papi dan menyalami papi. Ia tersenyum hangat melihat itu. Suara Rasya yang berisik di kursi nya membuat Alif menoleh sebentar. Dia sedang bersama babysitter yang sudah di janjikan Aisyah.

"Maryam Udah siap?"

"Udah om!"

"Ayo berangkat"

Alif pamit pada babysitter Dan juga Rasya. Ia kemudian berjalan bergandengan dengan Maryam yang masih kelas 2 SD. Disana sudah ada mami yang menatap kepergian papi dengan senyuman

"Cieeee"

"Ehh kalian, udah siap yah mau berangkat"

"Iyaa Oma"

"Nanti Maryam pulang sama Oma"

"Pulang sama om aja yah, kita kerumah sakit, mau kan nemenin om kerja?"

Mariam bersorak gembira, dia senang sekali menemani Alif dan bertanya sepanjang hari tentang ini dan itu. Pasti sangat menyenangkan sekali. Mereka berdua kemudian pamit dan langsung bergegas ke mobil. Alif di supirin hari ini. Karena Maryam. Ia akan kerepotan jika tak ada supir. Siapa yang menjemput Maryam jika saja tidak ada supir.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RückkehrunruheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang