Budayakan vote sebelum membaca dan kasih saran atau keritik setelah membaca
Coment next biar aku lanjutin ceritanya
Happy reding(-
*****
"rasya siapa tadi yang nganter kamu pulang?" ayah menatap wajahku berbicara dengan nada tegas
Tak ku perdulikan perkataan ayah, tak ada sepatah kata yang keluar dari mulutku sedikitpun tanpa rasa berdosa aku sibuk dengan memakan makanan yang dari tadi ada di hadapanku.
Ayah terlihat begitu murka dan menggeliatkan bibirnya "rasya ayah nanya sama kamu. Kalau ada yang nanya jawab jangan diem aja. Gak sopan sama orang tua"
Pandangan ku berpaling kepada ayah dengan satu suap sendok makanan masih tertera di bibirku yang hampir masuk ke mulut. ku lepaskan kembali sendok ke atas piring "hm__apa yah?" tanyaku dengan gaya melongo pura pura tak mendengar pekataan ayah barusan.
"gausah pura pura budeng!" sambat kak sultan melirikku dengan sinis.
"oh itu tadi temen aku yah,namanya rey. Dia baik banget, tadi di perpus aku di bantuin nyari buku buat nih anak" mataku melirik sinis ke arah kak sultan
"untung aja ada dia yah. Kalau gak ada dia mungkin aku bakal salah pinjem buku buat nih anak " lirik mataku tajam menunjuk ke arah kak sultan
Kak sultan dengan sigap mengusap muka ku dari atas ke bawah "bohong tuh yah!!"
Ku tangkis tangan kak sultan dengan cepat sebelum mendarat di meja "yeuhhh....gak ngaku. Bohong dosa tau!"
Ayah hanya melihat tingkah kami berdua yang seperti kucing dan tikus. Dengan sigap ayah menjadi penengah di antara kami berdua "udah. udah. kalian kakak beradik berantem mulu"
"kenpa gak di ajak masuk ke rumah temenya? Kalau masuk kan bisa ibu kasih jamuan makanan di sini. Kasian udah nganterin kamu jauh jauh" kata ibu yang masih sibuk dengan mengaduk sayur dan nasi di atas piring dengan menggunakan sendok.
Sepontan tanganku menepuk kening menatap ke arah ibu "oh iya rasya lupa. Kapan kapan kalau ke sini lagi pasti rasya ajak masuk ke rumah. Boleh kan bu?"
"gak boleh" lagi lagi sultan menyambat perkataan ku. Sungguh dia itu sangat menyebalkan.
"boleh. Tapi jangan keseringan. Ntar uang ibu jebol buat menjamu temen temen kamu yang datang ke sini" kata ibu menyengir kan giginya. Kami semua tertawa dia ruang meja makan karna perkataan ibu.
****
Di kamar sendiri itu hal yang membosankan. Kota yang begitu sunyi tidak banyak penduduk yang tinggal di lingkungan ini. Suara burung bersiul pun masih terdengar sampai ke kamar. Terkadang aku merasa takut dengan suara suara aneh yang selalu terdengar di telinga ku.
DERTTT DRETTT DRETTT
Suara ponsel berbunyi. Ku buka mata pelan pelan dan ku buka selimbut yang membungkus tubuhku dari atas ke bawah.
Dengan lemas aku mencari sumber suara yang bergetar. Ini selalu terjadi aku lupa menyimpan ponsel. Dan ternyata ponsel ku berada di bawah bantal
"siapa sih yang nelpon malem malem?" gerutuku dengan wajah yang kusut. Lima panggilan tak terjawab dari nomber tak di kenal. Kali ini yang ke enam nomber ini menelpon. kali ini aku mengangkat panggilanya.
"hallo. Dengan siapa dimana?dan mau apa nelpon saya malem malem?" ku jawab dengan nada cepat.
"dengan dito di rumah. Menelponmu karna rindu!" suaranya terdengar begitu menggelikan di telinga.
"what?" sontak aku terkejut karna yang menelpon adalah cowo gila menurutku. mataku membulat lebih besar
"kamu gak save nomber aku ya" kata dito dengan nada penuh penekanan
Aku memutar kedua bola mata dengan kesal dengan memanyunkan sebelah bibir "ya iya lah. Buat apa ngesave nomber kamu. Gak penting"
"harus penting dong. Besok aku jemput kamu. Kita berangkat ke sekolah bareng" kata dito penuh percaya diri. Perkataanya membuat aku merasa jijik
"kita?kamu aja kali. Aku engga ya!" tolakku dengan keras
"gak bisa nolak. Ini perintah. Kamu harus nurutin perintah orang yang lebih tua. Titik gak pake koma"
TUTT TUTTT TUTT
Ku putus sambungan telpon dengan sangat kesal. Wajahku di penuhi oleh amarah karna tingkah laku dito yang suka memaksakan kehendaknya.
DERTTT DERTT DERTT
Suara telpon terdengar kembali. lagi lagi dari nomber yang tidak di kenal. Ku angkat tanpa pendahuluan langsung to the point
"mau kamu apa sih?"
"pokoknya aku gak mau berangkat sekolah bareng kamu"
"titik gak pake koma"
"hallo. Ini rey!" suara rey terdengar begitu aneh. Bingung dengan responku yang tiba tiba marah.
Ku tepuk kening pelan karna meras salah berbicara kepada orang. Ku kira itu telpon dari dito dan ternyata itu adalah telpon dari rey
"aduh sory. Sory rey. Aku kira bukan kamu yang nelpon" kataku dengan nada penuh penyesalan
"iya gapapa santay aja kali. Besok berangkat sama aku mau gak?" tanya rey to the point mengajak aku berangkat sekolah bareng. Munafik kalau aku tolak
"mau. Mau banget!" tanpa basa basi ku jawab dengan semangat.
****
Terimakasih telah membaca cerita iniJangan lupa coment dan vote tentunya selalu di tunggu ya guys
Salam
Penulis
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Pilihan
Teen FictionIni menceritakan tentang: Di saat apa yang kamu inginkan ternyata bukan yang terbaik