Mentari pagi masuk melalu jendela lebar dan menyinari sudut ruangan serta berbagai dokumen yang menumpuk diatas meja dengan cahaya lembut musim semi. Di sana, duduk membelakangi jendela, sang Shikikan membaca salah satu dokumen itu dengan saksama. Matanya tampak terfokus pada kertas-kertas bertuliskan berbagai hal yang rumit tersebut. Namun samar-samar, bagi yang dapat melihat, terlihat ada keterkejutan dalam sorot matanya.
Di depan meja berdiri seorang wanita berambut hitam kemerahan dengan telinga mencuat keatas seperti rubah, menunggu respon dari si Shikikan. Matanya yang dilukis dengan warna merah memandangi pria itu. Ia mengenakan kimono hitam dengan hiasan merah yang menutupi pakaiannya yang putih. Cahaya keemasan memantul dari lencana emas berlambang bunga sakura yang berada di bawah dadanya. Ekor-ekornya yang berbulu lembut bergerak-gerak seperti tertiup angin, seolah menunjukkan ketidaksabaran pemiliknya.
Di belakangnya, di dekat pintu, wanita berambut putih pendek dengan telinga yang serupa berdiri dengan sabar sembari memejamkan matanya yang terlukis dengan warna merah. Sebuah topeng rubah putih menggantung pada kepalanya, memberikan kesan yang indah. Pakaiannya serupa dengan wanita di depannya, hanya warnanya saja yang berbeda, yakni putih dengan hiasan biru.
Rupanya Akagi, yang ditemani oleh adiknya, Kaga, datang ke kantor Shikikan dengan membawa proposal penciptaan kansen anti-siren yang dikenal sebagai Priority Ship atau kode PR yang susah payah dirancangnya akhir-akhir ini dan menyerahkannya padanya untuk disetujui. Proses tersebut harus melalui prosedur sebagai berikut:
Pertama, para kansen merancang desain dari kansen baru yang hendak diciptakan.
Kedua, Hasil rancangan tersebut diserahkan kepada pemimpin faksi dari sang perancang untuk disetujui.
Ketiga, Rancangan yang disetujui oleh pemimpin faksi diserahkan kepada sang Shikikan untuk mendapatkan persetujuan.
Keempat, hasil rancangan yang telah disetujui oleh kedua belah pihak akan diajukan dalam pertemuan pemimpin masing-masing faksi dan dibahas mengenai siapa yang akan ditunjuk sebagai pengumpul data, di faksi mana kansen itu akan di tetapkan (jika perancang tak hendak memasukkan kansen tersebut kedalam faksinya), serta beragam hal lainnya.
Kelima, barulah rancangan tersebut bisa direalisasikan dan dikembangkan di laboratorium. Beberapa contoh kansen yang menjadi hasil penciptaan tersebut ialah HMS Neptune, KMS Roon, IJN Izumo, MNF Gascogne, dan sebagainya.
Memang kedengarannya sangat mudah, namun bagian pertama merupakan hal yang paling sulit. Hanya kansen yang memiliki pengetahuan tinggi yang dapat membuat desain dari kansen baru tersebut. Fakta bahwa Akagi dapat merancang desain PR itu menunjukan bahwa ia merupakan seorang jenius. Selain itu pengembangannya memakan banyak sumber daya dan waktu serta tenaga kansen yang dijadikan sebagai pengumpul data. Itulah yang membuat jumlah mereka hanya sedikit. Tetapi para jenius di setiap faksi telah berusaha sebaik mungkin, sementara para siren bertumbuh semakin kuat.
Lama sekali mereka tetap dalam seperti itu. Meski Shikikan sudah menyarankan agar mereka berdua menunggu dalam asrama atau duduk di kursi tamu, tetapi gadis-gadis tersebut memilih untuk berdiri dalam diam dan menunggu respon Shikikan. Tiap detik terasa lambat. Matahari perlahan-lahan mulai naik seiring berjalannya waktu. Dalam keheningan, bunyi jam yang berjalan terdengar cukup keras di telinga. Di luar, terdengar sayup-sayup suara para kansen yang sedang sibuk menjalankan aktivitas masing-masing.
Akhirnya pria itu meminggirkan dokumen tersebut. Ia menghembuskan napas panjang, lalu menatap wanita di depannya dengan tatapan kecewa.
"Maaf, Akagi," katanya. "Tapi aku terpaksa menolak rancanganmu ini."
Akagi menatapnya dengan sorot mata tajam. "Ara, mengapa?" katanya. "Aku yakin tidak ada yang salah maupun hal yang cacat di dalamnya. Lagipula Nona Nagato telah menyetujui hasil rancanganku. Apa kau hendak meragukan kewibawaan beliau?"
"Tidak," katanya sembari melihat lagi bagian akhir dari proposal tersebut seolah tak percaya, meski ia telah mengetahuinya. Memang ia melihat ada tanda tangan Nagato di sana, menunjukkan ia telah setuju dengan Akagi. "Tetapi dalam hal ini tugas dia adalah menyetujui rancangan yang akan membawa kebaikan bagi faksinya sendiri. Tugasku mencakup berbagai faksi yang ada pada naunganku, bukan hanya Sakura saja.
"Lalu, kau benar, tidak ada kecacatan dalam desain ini. PR ini jauh lebih kuat dari PR yang telah kita buat sebelumnya, dan rancanganmu akan dapat meningkatkan kekuatan kita dengan drastis. Harus kuakui bahwa kau sangat jenius, Akagi, namun jika hal ini direalisasikan akan timbul kesenjangan kekuatan antar faksi-faksi lain hingga berkemungkinan menimbulkan perpecahan lagi. Lagipula kau mengajukan bukan hanya satu rancangan PR, tetapi tiga! Kau pikir dari mana kita bisa mendapatkan sumber daya yang akan dibutuhkan itu?"
"Sumber daya itu bisa kita pikirkan nanti," debat Akagi. "Meski akan berjalan lambat, pada akhirnya kita bisa meningkatkan kekuatan armada kita jika sudah selesai. Dan juga..."
Akagi melangkah mendekati meja dan menatap pria itu lekat-lekat seolah hendak melubangi kepala si lawan bicara dengan matanya.
"Aku tidak peduli dengan kesenjangan kekuatan yang kau katakan, Tuan Shikikan. Saat ini kita membutuhkan segala kekuatan yang bisa diperoleh untuk melawan para siren terkutuk itu. Ingatlah bencana yang telah menimpa pangkalan Union beberapa waktu yang lalu. Mereka dengan mudah meluluhlantakkan tempat itu dalam sekejap dan mempermainkan para petinggi kita. Sampai kapan kau akan berpikiran mengenai hal bodoh semacam itu? Jika lautan biru indah yang merupakan rumah kita telah menjadi merah oleh api musuh dan kansen terbaik kita gugur dalam pertempuran yang seharusnya mereka menangkan, penyesalan akibat tak memiliki kekuatan akan selalu menghantui sepanjang hidupmu."
"Kita memiliki kekuatan yang cukup untuk mencegah kejadian itu," jawab pria itu.
"Itulah masalahnya," kata Akagi. "Selalu menangkal serangan mereka, tetapi tak bisa mencabut akar dari permasalahan kerena tak memiliki apa yang kita butuhkan. Kekuatan. Siren memiliki hal tersebut, hingga mereka dapat menyerang kita dengan mudah, ditambah dengan kecerdasan mereka yang tinggi. Lalu tak lama lagi, setiap basis yang kita miliki, setiap sekutu yang kita punya, setiap orang yang kita sayangi, akan musnah tanpa sisa."
"Para kansen telah berusaha sebaik mungkin untuk memperkuat armada kita," kata Shikikan. "Iron Blood dan Eagle Union telah mengembangkan senjata baru untuk kita. Lalu kita telah mengadakan program retrofit untuk mengimbangi musuh, yang dilakukan oleh kansen seluruh faksi. Namun rencanamu ini terlalu banyak menguntungkan Sakura Empire. Pemimpin faksi lain pasti akan memprotesnya dan menuntut pembatalan PR ini, karena kekuatannya yang begitu besar dan hanya ditangani oleh Sakura saja.
"Tidak, meski kau berniat untuk membaginya kepada yang lain pun, pasti akan timbul masalah. Jangan terlalu serakah akan kekuatan, Akagi. Kita memang harus lebih kuat daripada hari kemarin, tapi kita juga harus memikirkan hubungan sesama untuk hari esok."
"Kau belum melihat kekuatan siren yang sesungguhnya," kata Akagi. "Kau pikir kau cukup kuat untuk melawan mereka dengan kekuatan yang kita miliki sekarang? Dan jika semua telah binasa, untuk apa memikirkan hari esok?"
Shikikan tak membalas perkataan tersebut. Lalu mata mereka saling memandang hingga lama sekali, seolah-olah mereka sedang bertarung dan saling menyerang dalam tatapan. Dalam situasi yang mencekam tersebut, Kaga menatap mereka berdua. Kali ini ia tak hendak ikut dalam perdebatan itu maupun menengahi, tetapi bersiap-siap untuk bertindak jikalau kakaknya akan berbuat sesuatu yang buruk, atau sebaliknya.
Akhirnya Akagi pun melunak. Kini ia menghembuskan napas panjang. Kemudian ia pun mengambil dokumen-dokumen yang berada di atas meja dan berbalik begitu saja, sebagai tanda bahwa ia telah selesai. Kaga membukakan pintu untuknya. Akagi melangkah keluar, namun ketika sampai di ambang pintu, ia berhenti. Lalu tanpa menunjukkan wajahnya, ia berkata dengan suara lembut seolah-olah sedih.
"Apa yang kulakukan tidak hanya demi Sakura maupun armada ini, melainkan demi dirimu juga, Shikikan," katanya. "Jika saat menjadi genting, kau tahu harus mencari siapa."
Lalu akhirnya ia pergi meninggalkan pintu. Kaga, sembari mengatakan kalau begitu kami permisi, menutup pintu dan pergi meninggalkan pria itu sendirian, yang kini terdiam dalam lamunannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azur Lane - Mirror Ocean
FanfictionSetelah kejadian yang menimpa Eagle Union, masing-masing faksi yang tergabung dalam Azur Lane berusaha untuk menjadi lebih kuat dan mengembangkan senjata-senjata baru demi memperkuat armada. Dalam hal ini, Akagi mengajukan proposal pembuatan Priorit...