Langit biru terlihat cerah dihiaskan oleh awan-awan tipis yang seolah-olah dilukis oleh sapuan kuas ringan. Pohon-pohon sakura memperindah pangkalan dengan warna merah muda yang cerah, sementara kelopak bunganya berguguran tertiup oleh angin.
Dalam suasana seperti itu, ketiga gadis berkumpul bersama dan duduk di sebuah bangku yang telindung oleh bayangan pohon sakura. Kehangatan pagi itu nampaknya membuat salah seorang dari mereka mengantuk, tetapi dua orang yang lain terlihat sedang bercengkrama dengan riang.
"Selamat atas kerja keras kalian, Laffey, Ayanami," kata salah seorang dengan penuh semangat.
Gadis yang mengantuk tersebut tak menjawab, namun hanya mengacungkan jempol sebagai gantinya. Sementara gadis yang lain membalas dengan kata-kata sopan.
"Selamat atas kerja kerasmu juga, desu," katanya. "Javelin, performamu dalam latihan gabungan kemarin sangatlah hebat. Kuharap aku bisa sebaik dirimu, desu."
"Hehe, tidak juga kok," jawabnya sambil tersipu. "Ayanami pun juga sudah tampil sangat bagus. Aku masih harus menjadi lebih kuat lagi demi armada dan Shikikan. Bukankah begitu Laffey?"
Ia berkata pada gadis yang mengantuk itu. Tapi Laffey kembali mengacungkan jempol sambil memejamkan mata.
"Tapi para petinggi Sakura tidak begitu senang melihat hasil latihan kemarin, terutama Akagi, desu," keluh Ayanami. "Skor kami masih kalah dengan Royal Navy dalam banyak hal. Meski kami sudah berusaha sebaik mungkin, tapi tampaknya kami masih tampil dengan kurang baik, desu."
"Begitu yah," kata Javelin dengan sedih. "Padahal semua sudah berusaha dengan baik, tetapi hanya gara-gara nilai, usaha itu jadi tidak ada hasilnya. Tampaknya persaingan ini bisa membuat hubungan kita menjadi kacau. Kalau seperti ini terus, bisa-bisa kita akan saling berlawanan lagi."
"Laffey tak ingin lagi bertarung melawan teman-temannya," potong Laffey yang baru membuka mulutnya.
"Aku juga begitu, tetapi Akagi..." Ayanami memandang ke gedung utama pangkalan tersebut, nampak sedih. "Ia terlalu serius dalam hal-hal seperti ini. Kuharap ia bisa sedikit ramah dan berbaikan dengan orang lain, desu."
"Begitulah, tapi ngomong-ngomong," Javelin merendahkan suaranya, seolah pohon serta benda-benda sekitarnya berusaha untuk menguping pembicaraan mereka. "Tadi aku melihat Akagi bersama Kaga keluar dari kantor Shikikan dengan wajah menakutkan. San Diego sampai menangis ketakukan gara-gara ia tidak sengaja menabraknya. Untungnya sih, Akagi tidak menghiraukannya dan kembali berjalan dengan cepat-cepat. Sepertinya ia habis cekcok dengan Shikikan."
"Begitukah?" kata Ayanami yang ikut berbisik "Kira-kira apa yang terjadi dengannya, desu?"
"Aku juga tidak begitu yakin. Tapi, Helena bilang ia melihat dokumen dengan kode PR ketika Akagi bertabrakan dengan San Diego di depannya. Mungkin ia telah mengajukan proposal itu dan pada akhirnya tidak diterima oleh Shikikan hingga ia menjadi marah. Entah mengapa bisa ditolak. Apa mungkin ia lagi-lagi punya rencana berbahaya seperti kasus dulu?"
"Aku ragu. Tapi sejak kasus Orochi ia sudah tak mau melakukan hal itu lagi. Itu yang aku yakini, desu. Tapi memang ia terkadang berpikiran aneh, desu. Mungkin saja dia memang punya rencana yang cukup agresif, desu."
"Kuharap Shikikan baik-baik saja," Javelin kemudian mengalihkan pembicaraan. "Tetapi mengenai PR, bukankah baru-baru ini ada yang selesai di buat? Dari faksi Iron Blood. Kalo tidak salah namanya, Uh.... Frederik, siapa sih?"
"Friedrich der Grosse, desu," jawab Ayanami.
"Nah itu," kata Ayanami. "Seperti apa dia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Azur Lane - Mirror Ocean
FanfictionSetelah kejadian yang menimpa Eagle Union, masing-masing faksi yang tergabung dalam Azur Lane berusaha untuk menjadi lebih kuat dan mengembangkan senjata-senjata baru demi memperkuat armada. Dalam hal ini, Akagi mengajukan proposal pembuatan Priorit...