Tanda-Tanda Badai

201 14 3
                                    

Lindungilah sang Ratu, Warspite.

Warspite terbangun dari tempat tidurnya. Tubuhnya basah oleh keringat. Dalam mimpinya ia melihat gadis berambut pirang yang perlahan-lahan ditelan oleh lautan yang berselimutkan asap hitam dan api, sembari mengucapkan sesuatu kepadanya.

"Barham..." kata Warspite dengan sedih pada dirinya sendiri.

Sudah beberapa bulan berlalu semenjak hari perayaan. Mungkin ia seharusnya merasa beruntung karena tidak terjadi apa-apa yang buruk hingga saat ini. Namun entah mengapa akhir-akhir ini suatu perasaan tak nyaman mulai menggerogoti pikirannya. Mimpi buruk juga sering menghantui tidurnya .

Kemudian ia menoleh ke jendela. Hari masih gelap karena awan-awan hitam yang merundungi pangkalan. Rintik-rintik hujan memukul-mukul jendela kamarnya. Namun begitu dia melihat ke arah jam, ia tersentak bangun.

"Celaka! Aku terlambat!" pekiknya.

Kemudian ia pun membasuh muka dan menggosok gigi secara terburu-buru serta mengenakan pakaiannya. Tak ada waktu untuk merapikan rambutnya yang masih acak-acakan, ataupun sarapan di ruang makan. Kemudian ia bergegas keluar ruangan tanpa merapikan tempat tidurnya menuju ke kantor atasannya.


***


Warspite tiba di depan kantor Shikikan dengan napas tersenggal-senggal. Pakaian dan rambutnya agak basah akibat menerobos hujan ketika berlari dari asramanya. Kemudian tanpa mengetuk pintu, ia masuk dengan terburu-buru.

Di sana Shikikan duduk di kursi tamu. Di depannya ada Enterprise yang baru saja datang dari patroli gabungan di wilayah timur dan hendak menyampaikan laporannya. Meski pakaiannya kering, rambutnya masih sedikit basah akibat hujan yang menerpanya. Selain itu ada pula Belfast yang berdiri di samping Shikikan, melayani dan membuatkan mereka teh seperti seorang sekretaris. Meski begitu, tatapan mereka semua beralih pada Warspite.

Shikikan yang pertama kali angkat bicara. "Dandanan yang bagus, Warspite," katanya dengan nada mengejek. "Hampir saja Belfast menggantikan posisimu sebagai sekretarisku. Sana, gunakan kamarku untuk memperbaiki wajahmu, serta memakan sarapan yang telah kuminta Belfast untuk membuatkannya untukmu. Kalau kau butuh bantuan, bilang saja padanya."

Begitulah Warspite, yang dibantu oleh Belfast, telah merapikan diri serta memakan sarapan atas kebaikan atasannya. Beruntung sekali ia tidak marah. Kini gadis itu duduk di sebelahnya sembari mendengarkan laporan Enterprise.

"Kami menemukan aktivitas mencurigakan yang dilakukan oleh para siren," katanya. "Letaknya berada di timur laut Pangkalan Timur Union, kurang-lebih seribu kilometer jauhnya. Jumlahnya cukup banyak. Mereka bergerumul di satu titik tertentu di tengah badai yang menerjang. Saya beserta Shoukaku dapat dengan mudah mengalahkan mereka, karena gerombolan itu hanya berupa siren kelas rendah. Namun entah mengapa mereka tak hendak melawan balik dan hanya diam di tempat."

"Diam ditempat?" kata pria itu dengan penuh keheranan. "Apa kau sudah mengamati pergerakan mereka sebelumnya?"

"Ya," jawab Enterprise. "Salah satu dari mereka nampak memegang sebuah benda berbentuk kubus berwarna hitam, barangkali itu black mental cube. Kemudian ia menjatuhkannya ke dasar laut, entah dengan tujuan apa. Melihat itu, kami pun segera bertindak untuk menenggelamkan mereka."

Shikikan terdiam selama beberapa saat. Kemudian ia berkata, "Seharusnya kau menyampaikan ini melalu radio agar kita bisa lebih cepat bertindak."

"Tentu saya sudah mencoba. Tetapi kami tak bisa menghubungi pusat atau pos terdekat karena gangguan yang diakibatkan oleh badai. Sebenarnya kami hendak mengirimkan salah satu destroyer kemari, namun kami juga menilai bahwa itu terlalu riskan hingga saya beserta beberapa yang lain yang harus kemari menyampaikan laporan.

Azur Lane - Mirror OceanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang