"--konsekuensi yang lebih berharga dari nyawamu mungkin."
Aimee terdiam untuk beberapa saat. Ia menelan salivanya. Ia tersenyum kecil,
"Aku ini sebatang kara, aku tidak memiliki apapun yang lebih berharga dari nyawaku."Aimee berusaha untuk tenang. Jika ia terlihat gusar atau ragu, ia yakin lelaki yang berada di depannya ini akan mudah menekannya. Ia pun berjuang untuk menahan senyum di wajahnya.
"HAHAHAHAHA..."
Lelaki berpenutup mulut itu mendadak tertawa kencang. Tawa dari lelaki itu terdengar seperti tawa puas, menghina dan kemenangan. Aimee pun was-was.Lelaki itu menarik wajah Aimee mendekat ke arahnya. Kemudian ia mengambil sebuah foto dan menunjukkannya kepada gadis berambut pirang pucat itu,
"Bagaimana jika orang yang berada di foto ini yang menjadi taruhannya jika kau tidak mau membantu kami."
Mata Aimee terbelalak ketika ia melihat foto itu. Untuk beberapa saat ia terdiam, akan tetapi di otaknya, ia sedang memikirkan siasat, ia tidak boleh terlihat jatuh dalam permainan lelaki itu.
"Kau...tidak mungkin bisa membunuhnya."
"Apa maksudmu, apa kau tahu aku ini siapa?"
Aimee menatap lelaki itu dengan tatapan tajam, "Tentu saja aku tidak tahu, bodoh."
Lelaki itu mendadak mengeluarkan sebuah tongkat besi kemudian mengacungkan sebuah tongkat itu tepat di sebelah wajah Aimee.
"Berani sekali kau menyebutku bodoh, saat ini nasib nyawamu ada di tanganku loh."
"Bukankah tadi aku sudah memintamu untuk mengambil nyawaku? Tapi kau tidak melakukannya dan malah mengancamku dengan nyawa orang lain, apa dari tadi kau hanya menghardik?"
Lelaki itu terlihat emosi. Ia mengangkat tongkat besi itu kemudian memukul pipi Aimee dengan cukup kencang hingga akhirnya mengeluarkan darah.
Aimee bisa merasakan rasa sakit menjalar di pipinya. Akan tetapi ia tetap berusaha tenang.
"Aku tak menyangka aku akan bertemu gadis yang segila kau, tapi aku menyukainya--"
"--baiklah aku tidak akan membunuh orang yang berada di foto ini, tapi aku akan membunuh--"
"Daniel Cooper."
Aimee terdiam. Jika orang yang digunakan untuk mengancamnya adalah orang yang di foto, Aimee yakin orang itu tidak akan semudah itu dibunuh. Akan tetapi, jika yang terancam dibunuh adalah Daniel Cooper itu beda cerita.
Bukannya Aimee meragukan kemampuan Daniel, tapi posisi Daniel adalah posisi yang mudah dibunuh. Seorang ksatria di dukedom Maryland dengan pangkat yang tidak terlalu tinggi tentulah mudah dibunuh.
"Apakah sekarang kau sudah sadar kalau kau tidak bisa bermain-main denganku?"tanya lelaki tadi.
Aimee terdiam. Ia kalah siasat dengan lelaki ini.
"HAHAHAHAHAHAHHA."
Lelaki tadi kembali tertawa dengan penuh kemenangan. Kemudian ia menggenggam rambut pirang dengan kasar Aimee dan membisikkan sesuatu,
"Kau sudah tidak memiliki pilihan karena kau juga sudah tidak memiliki tempat untuk kembali."
KAMU SEDANG MEMBACA
EVANESCENT AURA
FantasyAimee Magnolia, seorang ahli obat yang memiliki kekuatan aura yang telah dijebak oleh kelompok teroris Darkness Troops yang menyebabkan dirinya berada dalam ketidak pastian antara hidup dan mati. Takdir menggiringnya bertemu dengan seorang Duke bern...