"Selamat datang, di Kediaman Archibald."
Aimee terkejut untuk beberapa saat setelah ia sadar. Di hadapannya kini tersuguh sesosok lelaki dengan rambut hitam yang beberapa waktu lalu mengancam akan nmembunuhnya. Akan tetapi, kini Aimee justru mendapati lelaki itu duduk di sebelahnya dan menyambutnya ketika bangun, "K-kau..."
"Kau sudah tahu siapa aku, 'kan?"Aimee mengangguk. Kemudian ia berbisik, "Anda Tuan Duke Noir Archibald?"
Lelaki itu tersenyum lebar, "Ya kau benar."
Tubuh Aimee langsung mengaku. Secara mendadak seluruh memori kejadian semalam terputar di otaknya. Noir Archibald hendak bangkit dari kursinya, akan tetapi secara tiba-tiba Aimee berseru, "Tunggu dulu... Sebelum kau membun--uhuk-uhuk.."
Secara mendadak tenggorokan Aimee tersekat. Sejurus kemudian secara mendadak ia batuk terus menerus.
"Oi, apakah kamu baik-baik saja?"
"Uhuk-uhuk..."
Aimee mendadak batuk tanpa henti. Hal tersebut nampaknya membuat Noir Archibald panik. Lelaki bersurai hitam itu pun mengambil sebuah teko kemudian menuangkan air yang berada di dalamnya ke sebuah gelas kemudian ia menyerahkan gelas itu kepada Aimee, "Minumlah"
Sambil masih terbatuk-batuk, Aimee pun menegaknya perlahan. Tak lama setelah ia menegak air tadi, batuknya pun berhenti. "Terimakasih, tuan--"
"--sebenarnya anda tidak perlu repot-repot, bagaimana pun juga setelah ini tuan akan memenggal kepala saya atau menghancurkan tengkorak saya, 'kan? Jadi seharusnya anda biarkan sa--"
"Kenapa kamu berpikir aku akan membunuhmu?"tanya Noir dengan suara beratnya.
"Bukankah itu tujuan anda dari awal?"
"Jika aku menang ingin membunuhmu, kenapa juga aku harus repot-repot menyelamatkan mu, huh?"Aimee terdiam sejenak. Ucapan Noir Archibald ada benarnya juga, akan tetapi Aimee tetap tidak bisa percaya begitu saja, "Bisa saja 'kan, anda menyelamatkan saya karena ingin mengorek informasi dari saya sebelum pada akhirnya membunuh saya. Toh, saya adalah seorang buronan... Kebetulan saya tidak punya informasi ap--"
"Kamu...Banyak bicara ya..."
Aimee langsung menutup mulutnya. Ia sadar baru saja membuat kesalahan dengan mengucapkan hal-hal tersebut.
"Coba kau tutup mulutmu dulu, dan dengarkan aku. Yang pertama, aku tidak akan membunuhmu."
Aimee hampir saja membuka mulutnya, untungnya telapak tangannya masih setia bertengger di mulutnya. Noir Archibald melanjutkan perkataannya, "Yang kedua, aku mau menginformasikan kondisimu sekarang. Kau sudah pingsan selama 3 hari disini, dan dokter yang mengurusmu telah bekerja keras mengeluarkan racun dalam tubuhmu jadi pastikan dia menerima terimakasih darimu hari ini..."
Aimee terkejut. Ia tidak menyangka ia pingsan selama itu, yang lebih membuatnya terkejut adalah Noir Archibald--yang terkenal tidak berperasaan--memintanya mengucapkan terimakasih.
"Yang terakhir, aku akan membantumu membersihkan namamu dan membuktikan pada Maryland bahwa kamu tidak bersalah."
Aimee kembali terkejut. Ia benar-benar tidak menyangka dengan kalimat yang diucapkan oleh Noir Archibald tersebut, "Baiklah sekarang kamu boleh berbicara...."
"Tu-tuan apakah anda serius? Maksud saya, kenapa anda ingin membantu saya?"
Noir Archibald tertawa kecil. Ia bangkit dari tempat duduknya kemudian berjalan menuju sebuah jendela di dekat sana, ia menerawang jauh, "Entahlah, iseng mungkin??"
Aimee benar-benar tidak bisa memahami sifat duke yang berada di hadapannya ini. Aimee menghela napas, "Baiklah akan kujawab alasannya kenapa aku ingin membantumu, alasannya masih sama seperti yang kukatakan padamu malam itu."
"Maaf?"
"Sepertinya kamu lupa ya, apakah kata-kata terakhir dariku yang kau ingat sebelum kau pingsan pada malam itu?"Aimee terdiam. Otaknya berusaha memutar memori-memori lampaunya. Ia berusaha mengingat kejadian apa saja yang terjadi pada malam itu...
"--Aku memilih untuk mempercayaimu..."Aimee menatap Noir Archibald. Ia pun membuka mulutnya, "Sa-saya sudah mengingatnya... Jadi anda membantu saya, karena anda...percaya dengan saya?"
Noir Archibald tersenyum, "Ya begitulah..."
Aimee Magnolia tersenyum mendengar jawaban Noir Archibald. Tanpa sadar, air mata menetes dari pelupuk mata zaitunnya. Melihat hal tersebut Noir Archibald panik untuk beberapa saat, "O-Oi jangan menangis... Aku benar-benar tidak akan membunuhmu kok.""Ti-tidak, saya bukan menangis karena itu tuan, akan tetapi karena hal lain."
Noir Archibald memilih untuk tidak mengulik lebih jauh tentang kejadian itu. Ia pun mendadak mendekati Aimee Magnolia kemudian ia mengulurkan tangannya, dengan sebuah senyum ia berseru, "Jadi, nona Aimee Magnolia apakah anda bersedia bekerja sama denganku untuk membersihkan namamu?"
Aimee menatap uluran tangan Noir Archibald dengan ragu. Ia sedikit berpikir bahwa lelaki bersurai hitam itu mungkin saja akan mendadak membunuhnya di tengah perjanjian, mengingat ia bisa saja tiba-tiba mengaktifkan aura destruktifnya."Kau masih ragu padaku?"
Noir Archibald menangkap keraguan pada ekspresi Aimee. Noir Archibald menghela napas. Ia sangat paham mengenai tatapan itu dan alasan kenapa gadis itu masih meragukannya.
"Ehm itu...anu...."
Noir Archibald menghela napas. Ia melangkahkan kakinya mendekat ke arah Aimee kemudian ia meletakkan telapak tangannya di puncak kepala gadis itu.Aimee terkejut. Perilaku Noir itu membawanya ke memori malam itu, dimana lelaki berambut kelam itu mengancam akan menghancurkan tengkoraknya.
Apakah dia akan membun--"Tidak masalah jika kau belum percaya, yang penting aku akan membersihkan namamu dan kau bisa kembali ke Maryland."ucap Noir sembari mengelus kepala Aimee.
Aimee terkejut untuk kesekian kalinya. Ia tak menyangka bahwa lelaki itu bukannya akan menghancurkan tengkoraknya, akan tetapi justru mengelusnya dengan hangat. Hal itu sangat mengagetkan karena perilaku Noir Archibald tersebut sangat bertolak belakang dengan segala rumor yang beredar.
Seusai mengelus kepala Aimee, Noir Archibald membalikkan badannya kemudian berjalan keluar kamar tempat Aimee berada. Saat lelaki berambut hitam itu mencapai ambang pintu...
"Tuan Archibald..."-o0o-
Noir Archibald berjalan keluar dari ruangan tempat Aimee berada. Ia pun berjalan dengan tegap melalui lorong kediamannya yang sangat besar menuju ke sebuah ruangan.
Ruangan yang ia tuju terlihat tertutup oleh pintu besar yang terlihat kokoh. Melihat itu, ia tertawa kecil, "Haha, jadi William sudah putus asa membeli pintu yang mewah karena aku terus menerus menghancurkannya haha."celetuk Noir Archibald.
Dengan tangan kekarnya, ia mendorong pintu tersebut dan masuk ke dalam ruangan tadi. Ruangan tersebut cukup besar dengan sebuah meja yang terlihat kokoh akan tetapi di atasnya dipenuhi oleh tumpukan-tumpukan kertas. Selain itu ruangan tersebut juga dilengkapi dengan dua sofa berhadapan yang terdapat meja kecil di tengahnya yang biasa digunakan Noir Archibald untuk menyambut tamu. Disisi lain ruangan tersebut juga terdapat sebuah rak buku yang cukup besar dan artistik. Disisi kanan ruangan tersbut juga terdapat sebuah jendela besar yang kini sedang terbuka.
Noir Archibald tersenyum kecil,
"Julian."
Tak lama kemudian, sesosok lelaki berambut hijau pendek masuk ke dalam ruangan dari jendela besar tadi. Ia melompat masuk kemudian langsung berlutut memberi hormat di depan Noir Archibald.
"Hormat saya kepada tu--"
Bugh.
Belum selesai Julian memberikan hormat, Noir Archibald justru sudah melayangkan pukulan ringan ke kepala Julian. Setelahnya, lelaki bergelar duke itu berseru, "Berapa kali ku bilang selain di acara resmi, panggil aku Archi."
Julian mengelus kepalanya kemudian menatap Archi, "Ah iya aku lupa, selama aku menyamar di kediaman Baron Lavaud gila itu aku harus selalu memberi hormat sehingga jadi kebiasaan."
"Baiklah, masuk akal. Sebagai mata-mata aku memiliki tugas baru untukmu."
"Apa itu?"
"Selidiki tentang keluarga Magnolia, salah lebih tepatnya selidiki mengenai keluarga Earl Magnolia."-tbc.
haloo gaiss akhirnya apdet lagi uhuyyy jangan lupa dukungannya ya 👍👍 terinakasih
KAMU SEDANG MEMBACA
EVANESCENT AURA
FantasyAimee Magnolia, seorang ahli obat yang memiliki kekuatan aura yang telah dijebak oleh kelompok teroris Darkness Troops yang menyebabkan dirinya berada dalam ketidak pastian antara hidup dan mati. Takdir menggiringnya bertemu dengan seorang Duke bern...