"Are you okay?", tanya Aria heran melihat tingkahku saat ini. Aku masih melotot kaget.
"I'm okay", jawabku cepat.
"Kenapa atuh melotot gitu? Lihat apaan tadi?", tanyanya lagi. Duh udah dong, Ya. Aku enggak bisa bohong nih anaknya.
"Enggak... Itu tadi, aku kira mobil temen aku", jawabku, enggak bohong kan aku?
Aria pun berhenti bertanya. Sepanjang perjalanan ke rumahnya kami mengobrol banyak, mostly dia yang banyak bertanya tentang aku. Where did I go to school, what are my hobbies, my passion, and so on, and so on. Ternyata seru juga jawabin pertanyaannya kayak gini. Maklum, biasanya cowok yang deketin aku udah riset duluan kan. Ngepoin aku sampe ke akarnya, baru deh sok-sok an nyocokin kebiasaanku dengan kebiasaannya. Terus nanti bilang, "Ih ternyata kita tuh cocok banget, ya!", hmmm kayak aku enggak tahu aja akal-akalanmu, Mas.
Aku tadinya berpikir kalau Aria juga sama. Setidaknya dia sudah follow or at least ngepoin semua postingan instagram-ku yang enggak di-private ini. Tapi ternyata enggak, he asked me directly and listened to me very dearly.
"Kamu sendiri gimana? Jangan aku terus dong yang diinterogasi gini...", kataku setelah kurang lebih dua puluh aku berbicara mengenai diriku sendiri.
"Hmm... Aku belum pernah pacaran seumur hidup", katanya sambil tersenyum menoleh padaku. Wait... What? Why? How?
"Seriously? Kok bisa?", tanyaku terkejut.
"Serius. Aku tuh berdoa minta jodoh kayak gitu tuh dari pertama masuk kuliah dan sejak saat itu emang belum nemu aja perempuan yang srek di hati. Belum ada yang kayak kamu gitu, pas pertama kali lihat, waktu tuh kayak langsung berhenti lima detik. Terus aku langsung bilang dalam hati, she's the one. Aku aja kaget sendiri pas aku bilang gitu. Aneh, yah?", jawaban ini langsung buat aku senyum-senyum sendiri. Ini so sweet banget sih parah.
"Terus kalau kita pacaran, aku jadi pacar pertama kamu dong. Wow, betapa sebuah pencapaian hahaha", ujarku bercanda.
"Ya kalau bisa sih langsung jadi istri aja, ngapain pacaran-pacaran, nanti malah dosa lagi. By the way, waktu aku ketiduran di rumah Ben, aku mimpiin kamu loh. Ceritanya kita bangun tidur gitu karena ada tiga anak kecil bangunin kita, terus mereka manggil aku Ayah dan manggil kamu Bunda. Wah aku masih inget jelas sih itu. Lucu banget mereka", katanya dengan wajah yang excited.
"Ah, masa sih baru juga kenal udah mimpiin aku gitu? Bohong yah kamu?", tanyaku tak percaya.
"Serius, Al. Makanya waktu aku bangun terus kamu ternyata udah pulang, aku langsung sedih gitu. Tadinya aku pengen minta whatsapp kamu."
"Kenapa enggak tanya Ben? Kan Ben bisa tanya Nesa."
"Gak ah, pengennya tanya sendiri. Makanya di hari itu, pas aku mau berangkat main basket, aku tuh bilang gini dalem hati, 'Ya Allah, kalau memang Alea itu jodohku, mohon pertemukan lagi kami secepatnya', terus waktu aku lihat kamu lagi jalan di parkiran Saparua, aku langsung shock, Al! Kebayang enggak gimana rasanya pas tahu kalau doa terkabul cepet banget gitu?", katanya lagi. Aku terharu sebenarnya mendengar ini, I mean... Mengetahui bahwa Aria selalu melibatkan Tuhan di setiap langkahnya bikin aku amaze aja sama dia.
"Terus kok kamu enggak minta nomor telepon aku di situ?", tanyaku penasaran, inget kan waktu itu aku udah ngarep? Hahaha.
"Soalnya aku masih shock. Kayak enggak mungkin aja gitu. Jadi, aku mikir itu cuma kebetulan. Tapi karena aku masih penasaran, jadi aku berdoa lagi, pokoknya kalau sampai aku ketemu kamu lagi dalam waktu dekat. Fix. Aku lamar kamu", katanya semangat. Aku tertawa mendengar kalimat itu. Oh, this guy. Full of surprises.

KAMU SEDANG MEMBACA
Belum Ada Judulnya
Historia CortaMy name is Kalula Alea, let me tell you a story about my beautiful perfect wedding that never even happened.