03. Ketua geng

127 56 14
                                    

"Lo bilang apa tadi? Yang laporin Samudra?"

"Iya."

Rina menutup lip cream itu dan dia masukkan ke dalam saku. Tangannya langsung mengepal, lagi-lagi Samudra selalu membuatnya emosi. Dia harus mencari cowok itu.

"Lepasin dia. Kita cari Samudra."

Kedua sahabat Rina menurut, kemudian mengikuti langkah Rina yang berjalan menuju kelas Samudra. XI IPA 1. Saat sudah berada di depan pintu, mata Rina melihat penjuru kelas untuk mencari sosok yang sudah membuat emosinya akan meladak. Ternyata cowok itu sedang membaca buku.

Brak!

Rina menggebrak meja Samudra dengan keras, membuat cowok itu langsung terkejut. Samudra langsung menatap ke arah orang yang sudah menganggunya.

"Lo ngapain dateng-dateng gebrak meja gue?"

"Lo yang udah laporin gue ke kepsek?"

Samudra langsung teringat dengan kejadian tiga hari yang lalu. Dia kira cewek yang ada di depannya ini akan lupa tapi nyatanya tidak.

"Kalau iya? Kenapa?"

Brak!

Rina kembali menggebrak meja, emosinya semakin menjadi setelah pengakuan dari Samudra, "kayaknya gue juga harus kasih lo sesuatu."

Rina mengambil lip cream yang dia simpan di sakunya tadi. Pembalasan yang sama seperti Safa. Tidak ada senjata lain yang dia punya untuk membalas Samudra selain lip cream itu.

Karena posisi Samudra yang masih duduk sangat memudahkan dirinya untuk memolesi wajah Samudra. Samudra yang terkejut langsung mencekal tangan Rina, "lo apa-apaan sih?!"

"Balasan buat orang yang sudah ikut campur urusan gue."

Merasakan cekalan tangan itu yang mulai mengendor, kesempatan buat Rina untuk melepaskan diri dan kembali memoleskan wajahnya. Dia sedikit kesusahan, tanpa bantuan teman-temannya apalagi Samudra yang terus menghindar. Entah kemana perginya teman-temannya tadi.

"Bel udah bunyi, gue balik dulu Sam," Rina langsung pergi meninggalkan Samudra yang terlihat emosi. Siswa yang sedang berkumpul di kelas Samudra langsung membubarkan diri ketika pelaku utamanya sudah menyelesaikan aksinya.

Rina sangat puas ketika dendamnya sudah terbalaskan. Tersenyum dengan penuh kemenangan, untuk pertama kalinya dia bisa mengalahkan Samudra.

***

"Wajah lo kenapa merah-merah kayak gitu Sam?" tanya Sandi teman sebangku Samudra.

"Ulah Rina," Sandi langsung tertawa. Samudra dan Rina selalu mengibarkan bendera perang jika bertemu. Selalu beradu argumen yang tidak ada manfaatnya sama sekali. Hal itu sudah sangat dihapal oleh seluruh siswa SMA Garuda.

"Susah banget ilangnya lagi. Padahal udah gue gosok pakek sabun tetep aja nggak ilang," gerutu Samudra. Dengan bermodal kamera ponselnya dia melihat wajahnya yang masih ada coretan yang belum hilang. Sebenarnya Rina tadi pakek apa? Cat?

"Ntar juga hilang Sam."

Samudra menghela napasnya, untung saja hari ini pihak sekolah memulangkan lebih awal. Jadi Samudra tidak harus menahan malu lebih lama. Dia segera melangkahkan kakinya menuju parkiran, mengabaikan orang-orang yang sedang memanggilnya ataupun bertanya tentang kejadian tadi.

Samudra menghentikan laju motornya ketika sampai di sebuah rumah yang menjadi markas sebuah geng besar. Tak banyak yang tau kalau dirinya menjadi anggota geng ini. Saat dia masuk ke dalam rumah, dia sudah melihat beberapa teman-temannya sedang bermain game.

"Tumben pulang cepet Sam?"

"Ada rapat. Lo bolos lagi?"

"Bukan bolos, gue di skorsing."

Samudra menghela napas, temannya yang satu itu memang sangat bandel. Sering berbuat masalah disekolah, sering bolos, sering menjadi langganan amukan guru BK.

"Kok lo udah disini Sam? Nggak ada rapat osis? Biasanya lo nagkring di ruang osis," tanya seseorang yang baru datang, membuat Samudra langsung menoleh.

"Gimana kaki lo? Udah baikan?"

"Gimana mau baikan Sam, baru aja gue dijatuhin sama Rina."

Samudra terkekeh, dia sudah tahu hubungan Rino dan Rina. Mungkin hanya dirinya yang diberitahu oleh Rino.

"KOK LO NINGGALIN GUE SIH NO!!"

Samudra langsung menoleh ke asal suara. Cewek itu lagi, kenapa Rino harus membawa cewek yang selalu membuatnya naik darah.

"No, lo bawa dia?"

"Kali aja CLBK."

Samudra menghela napasnya, matanya beralih menatap Rina yang sedang menatapnya tajam.

"Kok ada dia sih?!"

"Dia ketua geng-nya," jawab Rino dengan santai seraya duduk di sofa.

Rina langsung membulatkan matanya. Jadi dia ketua geng abal-abal itu, kalau tau disini ada Samudra, pasti dirinya tidak akan mau untuk datang kesini.

"Udahlah gue mau balik, males disini. Emosi terus," Rina langsung berbalik dan melangkah keluar dari rumah. Samudra menggelengkan kepalanya, menurutnya sifat Rina sangat persis anak kecil.

Samudra kembali dikejutkan dengan suara teriakan dari luar, cowok itu segera berdiri dan berlari menuju depan rumah. Saat sampai diambang pintu dia melihat Rina yang sedang mengusap keningnya.

"Kenapa lagi sih lo?"

"Jangan-jangan lo yang lempar gue pakek batu?"

Samudra diam, Rina dilempari batu. Pasti itu ulah musuhnya yang sedang ingin membalaskan dendam. Mereka sudah tahu markasnya. Berarti dia harus lebih berhati-hati, takut ada serangan tiba-tiba.

"Lo mau kemana?"

"Pulang lah, males banget disini."

Samudra memandang Rina yang melangkah menuju mobil, "gue anter."

Rina langsung menoleh ke arah Samudra yang berjalan ke arahnya. Niatnya kan menghindari cowok itu.

"Di luar bahaya. Lebih baik lo gue anter."

"Gue bisa balik sendiri," Rina mengeluarkan kunci mobil yang ada di saku. Saat tangannya ingin membuka pintu mobil langsung di cekal oleh Samudra.

"Nggak usah keras kepala," Rina berdecak ketika Samudra sudah masuk ke dalam mobil. Hari ini dia harus menurut untuk diantar oleh Samudra.



-



Gimana nih?

Samudra cuma disekolah aja keliatannya goodboy, 😂😂😂

Jangan lupa ya beri bintangnya dan beri komennya juga.....

Hargai ya man-teman, salam sayang dari saya 😚

I LOVE YOU MY BOY (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang