Part 4 | Nightmare

435 49 35
                                    

Seungri terbangun pada ruangan seperti kamar penampakanya gelap tak berlampu, namun masih bisa digunakan melihat karena cahaya yang masuk dari celah-celah ventilasi udara dan jendela berterali dengan gorden kusam.

Pandangan mengedar sekeliling kamar. Terlihat kotor dan usang. Ubin lantai berdebunya sudah retak dibeberapa bagian. Matanya menangkap ada sebuah lemari kayu kecil apabila dihitung kira-kira tingginya empat kaki, dengan engsel pintu patah dan cermin pecah-pecah.

Sebenarnya dimana dia?

Seungri mencoba mengangkat tubuhnya untuk bangkit. Butuh waktu singkat sampai laki-laki itu sadar bahwa dia tidak sendirian disini.

Kagetnya bukan kepalang. Dia melihat Jiyong terbaring didekatnya dengan penuh rembesan darah sana-sini, bau anyir seketika menyeruak masuk dalam pancaindra. Sekujur tubuh laki-laki itu berbilur dengan luka pada jantung keliatannya seperti habis ditusuk benda tajam.

Belum selesai kekagetannya. Seungri sadar lagi bahwa bajunya sendiri berlumur percikan darah dan tangannya memegang sebuah pisau yang diduga kuat alat penghabis nyawa kekasihnya.

"Apa yang telah aku lakukan? Jiyong bangunlah, kumohon." Ia meratap, suaranya lemah seolah tenaganya habis terkuras.

Dia melempar pisau dengan cepat, seketika membawa tubuh tak berjiwa itu dalam dekapannya.

Dalam ratapannya. Kamar yang tadi gelap tiba-tiba berubah jadi terang-bederang. Seungri awalnya kesilauan hingga samar-samar ia melihat bayangan dirinya sendiri dengan Jiyong disana. Masih hidup. Masih bernyawa.

Mereka adu argumen, sengit sekali. Seungri melihat dirinya berteriak di wajah Jiyong lalu menamparnya. Jiyong berusaha menyentuh tangannya, tetapi mendapat tepisan. Saat kekasihnya mendekat Seungri berlari menjauh. Menghindari. Seolah dirinya musnah bila sampai terpegang. Ia terus berlari melewati lorong-lorong berkelok hingga sampai pada ruangan tempatnya sekarang.

Seungri terpaku, perasaannya bercampur aduk; takut, bersalah, merasa jahat.

Mau tidak mau dia melanjutkan lagi melihat kilasan reka ulang adegan itu. Saat tangannya menggapai vas bunga berbahan kaca tebal, lalu dihempaskan tepat pada kepala Jiyong. Bentuk utuhnya tadi berubah jadi kepingan-kepingan kaca tak berarti.

"Tidak. Aku tidak mungkin menyakitimu. Itu bukan aku. Bukan." Suaranya parau, perasaannya benar-benar teremas hebat. Seungri tidak sanggup melihat dirinya sendiri menyakiti Jiyong.

Ia memukuli, menendang, menghajar badan Jiyong dengan beringas. Anehnya kekasihnya diam saja tak membalas perlakuannya. Hingga finalnya, dari belakang saku celana dikeluarkannya sebilah pisau entah dapat dimana. Seungri menghunuskan pisau tempat pada jantung Jiyong. Membunuhnya.

Jiyong hanya tersenyum, "Aku mencintaimu Seungri." Hanya itu yang terucap sebelum tubuhnya ambruk bersimbah darah.

Kilas balik terhenti.

"TIDAK. BUKAN AKU YANG MEMBUNUHMU. BUKAN."

"..."

"BANGUNLAH SAYANG, KUMOHON. JANGAN TINGGALKAN AKU."

"..."

Seungri meraung. Meronta-ronta seperti orang gangguan jiwa tahap Conquering. Ia mengoyang tubuh kekasihnya. Sebelum semua jadi gelap gulita.

...

"JIYONG!"

Seungri bangun dengan kaget. Matanya membuka kasar. Napasnya memburu, tubuhnya keringatan. Hal pertama yang dia ingat hanya kekasihnya. Jiyong.

"Iya aku disini. Kau kenapa berteriak, mimpi buruk?"

Mimpi? Jadi dia tertidur rupanya.

Jiyong ada disebelahnya, diatas ranjang peraduan mereka tadi. Bahkan bau percintaan masih menguar disini. Seungri langsung menghambur tubuh kekasihnya, pelukannya erat sekali, sampai tidak mau lepas. Kepalanya ditaruh pada ceruk leher, menghirup aroma laki-laki itu.

HINTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang