Part 10 | Invisible Enemy

434 45 23
                                    

(Sangat disarankan membaca sambil mendengarkan; Untitled, 2014 - Kwon Jiyong)

.
.
.

"Ini enak. Siapa yang membuatnya?" Jiyong sedang menikmati suapan potongan cokelat pemberian kekasihya.

Semenjak berpisah ini adalah pertama kalinya mereka kembali kegiatan semula. Bermanja-manja. Seungri sedang memangku kepala Jiyong, membelainya lembut sambil bersantai menikmati quality time sehabis percintaan malam valentine mereka. Kini saatnya berbagi kisah yang tertinggal selama mereka tidak lagi menghabiskan waktu bersama.

"Hanna yang membuatnya untukku, tetapi aku tidak terlalu suka makanan manis."

"Ini tidak terlalu manis. Rasanya ringan dan soft. Cobalah." Mata laki-laki itu berbinar penuh cinta saat menyuapi kekasihnya.

Seungri bertanya-tanya, mengapa dengan mudahnya Jiyong menggapai kebahagiaan hanya dengan hal-hal yang dia anggap remeh, seperti suap-suapan cokelat, "Ya, ini tidak terlalu manis." Ia hanya menurut saja saat disogori cokelat.

Ruangan serupa galeria dengan lukisan-lukisan artistik oleh seniman pesohor dunia, nampak luput dari gantungan dinding. Ada yang aneh. Tumben sekali kekasihnya mencopot karya seninya. Mengingat laki-laki itu tukang pamer di media sosial. Apakah Jiyong menyimpannya?

"Jagi dimana kau taruh semua lukisanmu? Mengapa aku tidak melihatnya." Seungri penasaran akut.

"Aku menghancurkannya." Ucapnya santai tanpa beban dengan mulut masih mengunyah cokelat.

"Serius? Mengapa kau lakukan itu? Aku tidak terlalu tahu soal seni, tetapi yang aku tahu lukisanmu ada yang seharga dua buah rumah."

"Bisa beli lagi."

Bagi yang belum kuat mental, lebih baik hindari berbincang dengan orang terlanjur kaya tujuh turunan karena dapat menyebabkan naik tensi, gagal jantung, gagal ginjal. Bukanya merasa kehilangan malah berniat akan membeli lagi. Kwon Jiyong dan segala uangnya memang sakti.

"Sekarang beritahu aku, mengapa kau bisa melukai dirimu sendiri. Apakah alasannya sama dengan kegiatan penghancuran lukisanmu?" Lengan penuh bekas luka sayatan yang tadi bertugas menyuapi disentuh mesra. Dihujani kecupan-kecupan tak berkesudahan.

Pikiran Jiyong langsung berputar pada waktu melihat postingan Instagram 'sialan'. Dimana saat itu pakaian bagian atas Seungri sedikit terbuka dengan menampakan raut wajah kebahagian serta adegan tempel-tempelan kulit pada Glory.

"Salahmu!"

"Salahku apa?"

"Intinya salahmu!" Jawabnya gusar, dia marah.

"Bagaimana aku tahu salahku, kalau kau tidak mengatakannya." Lelah. Seungri lelah. Emosi Jiyong mudah sekali berubah.

"Kita baru saja berpisah siangnya. Lalu malam hari kulihat dengan mata fisik sekaligus mata batin, kau berfoto bersama Glory. Mukamu bahagia sekali, pipi kalian bahkan nyaris bersetuhan. Aku sudah bilang anak buahmu itu menyimpan perasaan lebih padamu. Kau malah kegatalan seperti memberi harapan. Aku benci kau dekat dengannya."

Rentetan kalimat pengakuan Jiyong membuat hatinya meleleh serupa lilin pada ruangan temaram. Demi rumput yang bergoyang, ternyata kekasihnya itu cemburu buta. Kini Seungri berjanji akan memperhatikan sekelilingnya dengan serius agar dia lebih peka.

"Aku hanya berfoto karena dia yang meminta sewaktu kami ajijong di Monkey Museum dan umm... Soal perasaan Glory, sulit kuakui tapi insting buasmu itu benar. Glory memang memiliki perasaan padaku sudah mengakuinya."

HINTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang