Mari kembali pada hari yang sebenarnya.
Seungri berjalan setengah berlari sambil membawa hati yang telah remuk redam. Kaki-kaki itu melewati lorong-lorong bersekat lantai dua restorannya. Tangannya mengusap kasar air mata yang sejak tadi tidak berhenti mengalir keluar. Untung tadi membawa kacamata, setidaknya ada alat penyamaran diri.
Kecewa berat.
Sebelum pertemuan hari ini sebenarnya ia sudah memiliki firasat buruk. Sekelebat ingatan tempo hari tentang omongan Daesung terkait kutukan lantai tujuh ternyata benar adanya. Seungri kini sudah mengonfirmasi sendiri. Terbukti dengan tandasnya hubungan mereka.
"Tuan Seungri." Sapa salah satu karyawannya.
Laki-laki dengan perawakan wajah chubby itu hanya berlalu melewati karyawannya, yang memasang muka terheran-heran. Bagaimana mungkin atasannya yang terkenal sosiable itu bahkan tidak menjawab. Biasanya ia selalu ribut bak pedagang pasar malam yang menjajakan barang dagangan.
...
Seungri membelah jalanan dengan kecepatan tinggi. Ingin cepat sampai. Sudah muak dengan segala lingkungan sekitarnya. Kakinya menginjak pedal gas kuat-kuat. Putaran roda pada porosnya semakin meningkat.
Sibuk bergumul dengan pikirannya sendiri. Ia tidak melihat didepan ada wanita tua bertongkat hendak menyeberang jalan. Dinilai dari penampakannya usia wanita itu mungkin lebih dari setangah abad.
Klakson ditekan berkali-kali lebih dari cukup untuk menimbulkan suara bising. Sang wanita terperanjat namun tidak dapat menghindar. Seungri mau tidak mau injak rem mendadak. Roda-roda mobilnya berdecit kuat mencetak bekas hitam tanda gesekan karet ban dengan aspal jalanan. Kepalanya terbentur cukup kuat pada kemudi mobil. Beruntung tidak sampai mencelakai wanita tadi.
"Kau baik-baik nyonya? Maafkan aku melaju tadi."
"Aku tidak apa-apa. Berhati-hatilah dalam berkendara."
Seungri menaikan kaca mobilnya. Kembali melanjutkan perjalanan
...
Malam ini sangat berat rasanya. Bintang-bintang masih bersinar dengan cuaca dingin sekali. Ia mulai merindukan Jiyong. Biasanya mereka akan menyalakan heater bersuhu tinggi atau berdekapan bersama saling berbagi kehangatan.
"Baby peluk aku lebih erat."
"Kau ini sudah kubilang kalau tidur pakai selimut nanti bisa sakit."
"Baby. Aku ingin..."
Kalimat-kalimat Jiyong berputaran dikepalanya mengorek kenangan indah masa lalu. Saat dimana mereka belum saling mengutarakan perasaan.
"Seungri'ah kau sudah mendengar single terbaruku?" Jiyong berkata dengan antusias disana.
"Yang mana? Singlemu banyak tahu."
"Obssesion. Bagaimana menurutmu bagus tidak?"
"Iya bagus sekali. Tapi mengapa di liriknya seperti cinta tidak tersampaikan? Aku bahkan tidak melihatmu dekat dengan siapapun. Kau ingin menyatakan perasaan pada siapa?" Ini Seungri serius bertanya.
"Aku hanya mendapat inspirasi menulisnya saja. Tidak berarti harus dekat dengan seseorang." Wajah Jiyong merona. Bagaimana mungkin orang dihadapannya tidak sadar kalau dia adalah inti dari pembicaraan ini, kalau dia inspirasi penulisan lagu itu sendiri.
"Kukira kau menulis lagu karena pengalaman cintamu." Seungri tertawa. Manis sekali.
Tentu saja. Karena memang begitu faktanya. Jiyong itu licik, selalu ada saja akalnya untuk menyampaikan petunjuk pada Seungri. Tapi sayangnya si Panda terlalu bodoh untuk menyadari. Bahkan para pengemar lebih peka ketimbang dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HINT
Hayran Kurgu"Aku mencintaimu. Sangat." Ini Jiyong "Aku mencintaimu. Selalu dan akan terus begitu." Ini Seungri Ketika dua manusia berjibaku melawan peliknya prahara cinta di tengah pertentangan sana-sini dunia hiburan. Akankah mereka bertahan atau malah saling...