Part 6 | Still, disaster

425 50 64
                                        

(Sangat disarankan membaca sambil mendengarkan; If You - BigBang)

.
.
.

Tubuh tegap kekasihnya. Ralat. Mantan kekasihnya, menghilang dibalik pintu kayu berpelitur ruang makan private itu. Pikirannya blank. Setelah ini apa yang akan ia lakukan?

Bedebah kau Yang Hyun Suk. Apa kau akan tertawa setelah melihat mereka sama-sama mengores luka hanya untuk ditukar dengan ketenaran dan nama baik.

"Bodoh kau baby. Aku harap kau meneriakiku. Menamparku. Mencaci maki aku. Salahkan keputusanku. Tapi kenapa kau malah mengiyakan permintaan untuk berpisah." Suara itu lirih, setengah berbisik. Jiyong merutuki dirinya sendiri.

Raganya, jiwanya terombang-ambing gulungan ombak kesedihan. Pilu. Ia seketika menyesal telah mendeklarasikan permintaan perpisahan dengan Seungri. Bahkan hanya dengan menatap wajah lelaki yang dicintainya Jiyong tau dia telah menorehkan luka dalam yang tak main-main.

Keputusan terbaik?

Omong kosong. Ini adalah keputusan terbodoh yang pernah dia lakukan selama dirinya hidup diranah manusia. Melepaskan Seungri sama saja mencari mati. Tidak, dia tidak akan melepaskan Seungri. Karena laki-laki itu adalah hidupnya, nafasnya.

Namun Jiyong bukan tak berdasar melakukan semua ini ia punya alasan tersendiri. Dia takut Seungri akan celaka di tangan lelaki tua bangka itu. Sampai hal tersebut terjadi dia tidak memaafkan dirinya sendiri yang telah gagal melindungi orang yang dicintai.

Jiyong menyeka matanya. Menghapus jejak air mata yang menganak sungai disana. Mengenakan kembali masker dan topi beanie sebagai suatu bentuk penyamaran diri lalu beranjak pergi.

Baru beberapa langkah sebelum menunggang lamborghini ia merasa di potret dari jauh. Pandangannya mengedar; sela-sela mobil, pot tanaman besar, lalu pepohonan yang jaraknya tidak jauh.

Sial.

Ternyata pelaku ada di seberang jalan. Dirinya kedapatan oknum paparazi yang bersembunyi di balik tiang-tiang serta papan iklan lengkap dengan kamera berlensa tele.

Buru-buru Jiyong masuk mobil keluar dari lahan parkir dan melaju. Secepat mungkin menghindari bidikan pengambilan gambar. Kalau tidak, akan ada masalah baru setelah ini.

"Mobil sial," Dikuti pukulan pada lingkaran kemudi. "Benar kata Seungri'ah aku memancing perhatian publik." Mendesah lelah. Begini sudah jadinya kalau sedang galau, pikiran jadi tumpul, otak pindah ke dengkul.

...

Sesampainya di apartemen. Jiyong laiknya orang kesetanan. Lukisan-lukisan karya seniman ternama bernilai fantastis di hancurkannya. Beberapa di robek, bingkainya dirusak.

Masih belum puas.

Meja berbahan kaca laminasi yang memiliki lapisan polofinil depan televisi bahkan menjadi sasaran amukan, entah bagaimana caranya kini hancur menjadi kepingan-kepingan tak berarti. Dirinya sampai didapur microwave tak berdosa jadi korban bantingan selanjutnya. Dirinya kalap.

"Sayang mianhae... Mianhae." ia meracau.

Diri yang kacau itu terduduk didepan cermin besar seukuran orang dewasa. Jiyong melihat dirinya kacau berantakan. Semua rasa yang mengaduk-aduk jiwanya; sedih, kecewa, marah meluap-luap dari sorot mata bulan sabitnya. Terealisasikan dalam tangisan dan teriakan.

"Seungri'ah ... Seungri'ah. Baby, jebal." Melulu nama itu yang terus dia ucap bagai mantra. Meminta maaf berkali-kali pada Seungri.

Mungkin dengan tidur dia akan baik-baik saja setelah bangun. Pikirnya. Jiyong lalu mengapai kabinet rak dapur atas. Meraih obat tidur dosis tinggi yang ia dapat dari psikiaternya tempo hari.

HINTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang