Episode 08

4.7K 307 32
                                    

Di suatu pagi, jauh sebelum keadaan pada diri Disa mulai memburuk, ia membuka ponsel dan membaca sebuah pesan yang dikirim oleh Arman ketika larut malam. Saat pesan mulai dibaca, beberapa senyum kecil dan gerakan seperti orang yang sedang tersipu malu muncul dari dirinya. Disa memang sangat mencintai Arman. Ia tak pernah merasakan perasaan sekuat ini, dan baginya, apa pun yang terlahir dari Arman adalah sesuatu yang luar biasa dan sangat istimewa.

"Sayangku, Disa. Nanti malam adalah malam minggu. Aku ingin sekali bisa menghabiskan waktu sepanjang malamnya hanya dengan dirimu, tak ada orang lain, hanya kita berdua berseta semua kebahagiaan kita" Kalimat manis dari Arman yang tertulis pada kolom pesan pada ponsel Disa saat itu.

"Sayang, kenapa selalu larut malam untuk mengirim pesan kepadaku? Maaf, ya, aku baru bisa membalas pesanmu, soalnya ini aku baru bangun" Balas Disa untuk menanggapi pesan dan kemudian mulai bernajak dari atas tempat tidur untuk menuju ke kamar mandi.

Saat menjalin hubungan Asmara dengan Disa, banyak perubahan yang terjadi pada diri Arman sebenarnya. Seperti kebanyakan pria yang tumbuh dan kian hari kian mendewasa, ada sebuah hawa nafsu yang meminta diledakan pada diri Arman.

Setiap pukul tiga pagi, sesudah membaca kisah dewasa kesukaannya, jika tidak melanjutkan kegabutan dengan menonton adegan telanjang pada situs web terlarang, Arman bisanya mengirim pesan kepada Disa. Setiap pesan yang dikirim Arman kepada Disa selalu mengarah pada hal-hal negatif. Arman sangat piawai membangun narasi-narasi erotis dan tanpa segan narasi-narasi tersebut dikirim pada Disa, tanpa pikir panjang.

***

"Ibu, Ayah, aku pamit, ya"

Suara Disa yang menggema ke seluruh penjuru rumah, membuat Ibunya bergegas untuk keluar dari kamar dan kemudian menyusulnya ke pintu depan.

"Mau ke mana, Nak? Tumben berpakai seperti ini? Tak elok anak perempuan menunjukkan kemolekan tubuhnya kepada banyak orang. Malam ini cuaca juga sedikit dingin, alangkah baiknya jika ingin keluar menggunakan pakaian yang sedikit tebal. Ibu khawatir nanti kamu malah masuk angin" tegas Ibu dengan pandangan sedikit kaget bercampur heran kepada Disa.

"Bu, Disa ingin pergi ke acara ulang tahun saja, kok. Untuk datang ke acar tersebut diwajibkan menggunakan gaun. Dan, Ibu tahu kan, cuma gaun ini yang Disa punya? Lagian acaranya di ruangan tertutup kok, Bu. Disa enggak bakal masuk angin, juga. Janji. Hehehe"

"Tapi janji, ya, ini terakhir kalinya kamu menggunakan gaun ini. Ibu tidak suka melihat anak gadis Ibu menggunakan pakaian ketat. Besok-besok kalau arisan Ibu sudah keluar, insyaAllah akan Ibu belikan gaun yang baru"

"Iya, Disa janji, Bu. Jangan muram gitu, dong. Ayo senyum, biar anakmu ini juga tidak merasa bersalah. Sini, peluk Disa, dulu.

Disa adalah anak yang sangat dipercaya oleh Ayah dan Ibunya. Ia selalu terbuka untuk urusan apa pun. Disa juga senang meminta pendapat dan mengutarakan pendapat. Hampir sedari kecil hingga dewasa tak pernah ada satu kebohongan pun yang ditutup-tutupi oleh Disa pada keluarganya. Saking percayanya Ayah dan Ibu pada diri Disa, ia tak pernah mendapat tuntutan maupun tekanan. Orang tuanya sudah sangat yakin bahwa anak gadisnya tidak akan pernah menghianati kepercayaan yang telah diberikan seutuhnya.

Malam itu setelah berpelukan dan pamit kepada Ibunya, ada satu kebohangan yang ditinggalkan oleh Disa di tengah rasa percaya keluarganya. Untuk pertama kalinya Disa mencetak skor dan menggores sejarah baru sebagai seorang anak yang tidak lagi mengedepankan kejujuran serta kepercayaan yang dititipkan oleh keluarganya. Tidak ada pesta ulang tahun. Tidak ada juga kewajiban untuk menggunakan gaun. Yang ada hanyalah janji dengan Arman yang harus diselesaikan dan dinikmati.

***
Malam telah cukup larut, sementara musik dari atas panggung selalu memecah keheningan. Di tengah ruangan gelap dan dentuman suara speaker yang sangat keras, Arman membuka botol soju ke lima untuk ia nikmati berdua bersama Disa.

RantaiWhere stories live. Discover now