Penyakit beserta seluruh keanehan yang menimpa diri Disa belum juga menemukan jawaban yang konkret. Dan, selama itu pula mental beserta keadaan keluarga Disa mulai terganggu. Pada suatu sore ketika Disa pulang beraktivitas dan baru saja sampai di depan pintu rumah, ia terkejut karena mendapati suatu keadaan buruk yang menimpa Ibunya.
"Ayah...Ayah...Ayah..." teriak Disa sambil berlari ke arah Ibunya dan melempar tas yang ia kenakan ke salah satu sofa yang berada persisi di depan pintu rumah.
Sambil menangis dan dan memeluk raga sang Ibu—Disa tak henti-henti berteriak—meminta pertolongan kepada ayahnya. Namun, sudah hampir sepuluh menit lamanya sang Ayah tak juga datang. Disa sangat panik, tak tahu ingin berbuat apa, hingga pada akhirnya memutuskan untuk sejenak meminta pertolongan kepada tetangga sebelah rumahnya.
"Mak, Mak Iros, Assalamualaikum, Mak." Sahut Disa sembari mengetuk pintu dan terlihat tergesa-gesa.
"Waalaikumsalam, sebentar, mau pasang jilbab dulu" jawab Mak iros dari dalam rumahnya dengan nada sedikit berteriak.
"Mak buruan buka pintunya, ini Disa, Mak"
Dari dalam rumah terdengar suara lari-larian kecil Mak Iros yang sedang menuju ke arah depan rumah.
"Ya Allah, Disa, ada apa, nak?" tutur Mak Iros sembari memegang kedua pundak disa.
"Mak, Ibu, Ibu"
"Ada apa dengan Ibu? Kamu tenang dulu, jangan panik seperti ini"
"Ibu pingsan dan tergeletak di dalam rumah sendirian, Mak. Mulut Ibu penuh busa dan Disa enggak tahu ayah ke mana"
Tak banyak mengobrol akhirnya Mak Iros menarik tangan Disa untuk segera menuju ke rumahnya. Sesampainya di rumah, Mak Iros sangat kaget dan meminta kepada Disa untuk membopong tubuh Ibunya ke atas sofa terlebih dahulu.
"Ayo Nak, kita bopong dulu Ibumu ke atas sofa, setelah itu kamu ambil air bersih dan handuk kecil untuk membersihkan mulutnya"
Tidak terlalu sulit bagi Mak Iros dan Disa untuk membopong tubuh tersebut menuju sofa. Sebab, Ibu Disa terbilang kurus ulah penyakit diabetes yang bersarang dibadannya beberapa tahun belakang.
"Mak, ini air dan handuknya"
"sini, biar Mak bersihkan dulu. Kamu sekarang coba kontak Ayah"
Dengan tangan gemetar dan hati yang sangat resah, Disa mengambil telepon genggamnya dan mencoba menelpon sang Ayah. Namun, setelah beberapa kali mencoba, panggilan Disa tidak jua menuai jawaban. Disa semakin terlihat cemas, wajahnya pucat pasi dan kakinya tak henti-henti bergerak.
"Mak, tidak ada jawaban dari Ayah. Bagaimana ini, Mak?" Tutur Disa dengan nada sedikit tinggi dan menangis keras.
"Sa, Disa, sudah Nak. Kalau Disa panik, nanti Amak ikutan panik. Sekarang jalan satu-satunya kita telpon ambulan dan bawa Ibu ke Rumah Sakit"
"Iya Mak, coba Disa telpon dulu ya"
***
Grrrrtt...Grrrtt.Grrrtt (Suara Ponsel Bedering)
"Ayah ke mana saja? Kenapa ninggalin Ibu sendirian? Kenapa tidak angkat telpon? Pesan yang Disa kirim kenapa tidak dibalas? Ayah Keterlaluan" celetuk Disa sambil menangis kejang saat mengangkat panggilan telepon dari ayahnya.
"Nak, Maafkan Ayah. Tadi Ayah lagi di jalan bersama teman untuk pergi urusan kerja. Disa tenang dulu. Ayah sudah menuju ke sana. Ibu di rawat di ruangan mana?"
"Ayah buruan ke sini, disa gak mau tahu apa pun alasan ayah. Disa tunggu di ruangan melati, kamar nomor dua tujuh"
Setelah memberikan informasi ruangan rawat pada Ayahnya, Disa langsung menutup telpon tanpa bermanis-manis dan mengucapkan salam seperti biasanya. Di dalam ruangan rawat, Disa terus menangis melihat kondisi Ibunya yang belum juga sadar. Mak Iros pun tidak sampai hati dan sudah kewalahan untuk menenangkan Disa.
Sekitar menunggu hampir dua puluh menit, Ayah Disa pun akhirnya datang. Disa langsung berlari dan memeluk ayahnya dengan kencang.
"Sudah Nak, Sudah. Disa jangan panik lagi" Tutur ayah sembari mengelus-elus punggung Disa.
Setelah berhenti memeluk dan menenangkan Disa, Ayahnya pun langsung bercerita panjang lebar dengan Mak Iros terkait kronologi kejadian. Belum ada fonis apa pun yang diberikan perawat dan dokter terkait kejadian yang menimpa Ibu Disa.
"Sutan, awalnya Dokter mengira bahwa istrimu keracunan makanan. Tapi setelah diperikasa beberapa menit, gejalanya berbeda. Tadi perawat sudah melakukan penangana dan memberi suntikan pada istrimu, untuk kabar positifnya terkait penyakitnya, baru bisa dicek besok pagi setelah melakukan pemeriksaan darah" tutur Mak Iros kepada Ayah Disa
"Baik, Mak. Terima kasih banyak untuk semua bantuan Mak Iros. Saya enggak tahu betapa paniknya Disa jika Mak tidak ada"
"Sama-sama Sutan. Mak sekalian mau pamit pulang dulu, si Jefri sudah nelpon Disa dan katanya sudah berada di depan rumah sakit untuk menjemput Mak""Mari Mak, Saya antar ke depan. Saya mau sekalian ketemu sama anak Mak itu untuk meminta tolong beberapa hal"
Setelah mengakhiri obrolan dengan Mak Iros, Ayah Disa langsung berjalan mengantarkannya ke depan rumah sakit, dan benar saja, dari jarak beberapa meter ia telah melihat Jef yang sedang berdiri menunggu kedatangan Ibunya sembari memegang sebuah helm.
"Apa yang terjadi dengan, Uni, Da?" Tanya Jef kepada Ayah Disa.
"Belum tahu penyebabnya, Jef. Kemungkinan baru besok pagi diputuskan oleh dokter setelah pengecekan darah" Jawab Ayah Disa sembari menepuk-nepuk pundak Jef.
"Semoga Uni tidak kenapa-kenapa ya, Uda. Semoga keadaan uni lekas membaik"
"Makasih banyak ya, Jef. Oh ya, Uda mau minta tolong sama kau Jef. Malam ini kemungkinan Uda dan ponakanmu Disa tidak pulang ke rumah. Nah, di rumah kan tidak ada siapa-siapa. Kalau kau tidak sibuk malam ini, Uda mau minta agar kau nginap di rumah"
"Ada sesuatu yang Uda risaukan, ya?"
"Sudah beberapa hari belakangan ini banyak sekali penyusup yang masuk ke rumah sampai-sampai Uni dan Ponakan kau merasa ketakutan. Hal tersebut selalu terjadi tengah malam dan Uda khawatir ada seseorang yang ingin berniat jahat malam ini"
"Baik Da, Kebtulan malam ini aku tidak ada kesibukan, nanti setelah mengantar Mak pulang, aku mau mandi dulu dan barulah ke rumah Uda."
"Makasih banyak ya, Jef. Ini kunci rumah dan sedikit pegangan, siapa tahu kau ingin beli makan dan rokok"
"Baik, Uda. Jef dan Amak berangkat pulang dulu. Salam sama Disa dan Uni."
Selesai ngobrol dan beramah tamah dengan Mak Iros dan Jef, Ayah disa bergegas untuk kembali ke kamar rawat inap untuk bertanya beberapa hal sembari menghibur anak semata wayangnya itu. Malam itu harus dilewati dengan persaan haru oleh Disa dan Ayahnya sembari mengantongi berbagai macam pertanyaan terkait hal yang menimpa Ibunya. Dalam hati dan pikiran Ayah Disa, ada berbagai dugaan yang aneh dan menemukan hal-hal janggal. Namun, sengaja ia simpan dan tidak diceritakan kepada Disa sampai hasil keputusan dari dokter benar-benar keluar.(Bersambung)
Genta Kiswara
***
Episode 01, 05: Boy Candra
Episode 02, 06: Dodi Prananda
Episode 03, 07: J.S. Khairen
Episode 04, 08: Genta Kiswara
Episode berikutnya, akan bergiliran sesuai urutan. Siap menantikan imajinasi yang beradu, yang boleh jadi tak menetu, dan boleh jadi justru padu? Ikuti terus ceritanya.
YOU ARE READING
Rantai
General FictionKami empat penulis novel, mencoba membuat sesuatu yang eksperimentalis. Menulis bab demi bab secara selang-seling, sesuai imajinasi masing-masing untuk membentuk satu cerita yang mungkin nyambung mungkin enggak. Nikmati saja, untuk menemanimu selama...