Chapter 08

1.7K 246 119
                                    

Hai !! Cerita ini berdebu bangett 😕
Udah lama banget ya aku ga update?

Ada yang masih nyimpen story ini di library?

Ada yang kangen tidak?
Maaf ya lama ga update.

Minta love sebelum baca dong ❤

Disini 💚

Disini 💜

Happy Reading~

Zoya tengah duduk sendirian sembari menyuapkan makanan khas Italy yang menjadi menu utama di pesta ini. Acara dansa baru saja selesai beberapa menit yang lalu, kini saatnya menikmati acara penutup berupa pertunjukan drama---yang menurut Zoya sedikit membosankan.

L

ima belas menit yang lalu Vee mengatakan bahwa Ia ingin ke toilet sebentar, namun hingga sekarang pemuda itu belum juga kembali. Sedangkan para sahabatnya sibuk dengan pasangan mereka masing - masing. Itulah alasan mengapa Zoya duduk sendirian sembari menonton malas pertunjukan yang sedang berlangsung tak jauh dari tempatnya berada.

"Haii sweetheart,"

Zoya menoleh ke arah sampingnya ketika suara yang cukup Ia kenal  menyapa rungunya seiring dengan sebuah jemari menyentuh dagunya tanpa ijin.

Gadis itu menghela nafas, tubuhnya bergerak mundur secara otomatis ketika pemuda culun yang sialnya berengsek itu sudah duduk di sebelahnya dengan wajah mesum memuakkan miliknya.

Jeidan Louis.

Siapa yang menyangka bahwa pemuda berkaca mata bulat dengan penampilan culun bak manusia kutu buku tersebut ternyata adalah orang yang mesum dan tidak tahu bagaimana cara menghormati seorang perempuan. Ternyata wajah culunnya hanya sebuah topeng untuk menutupi perilaku menjijikannya. Karena nyatanya pemuda yang kerap disapa Jeidan itu adalah satu dari sekian banyaknya laki - laki berotak selangkangan.

Zoya menatap pemuda lancang itu tanpa niat. Sorot manik coklatnya menyiratkan ketidaknyamanan.

"Dimana kekasih tampanmu itu? Apa dia meninggalkanmu sendirian dipesta ini, sayang?" Bibir tebal Jeidan terbuka, menyuarakan pertanyaan penuh omong kosong yang memuakkan.

"Bukan urusanmu," Zoya berucap singkat. Gadis itu meletakkan alat makannya, kemudian bangkit dari duduknya dan bersiap pergi, menghindar dari laki - laki mesum itu.

Baru dua langkah kakinya berjalan, sebuah tangan terlebih dulu mengintrupsi pergerakannya. Zoya tentu saja terpaksa berhenti. "Apa masalahmu?" Gadis itu menarik lengannya yang dicekam oleh Jeidan. Ia merasa risih, tentu saja.

Jeidan terlihat mengangkat bahunya, "Tidak ada. Hanya ingin bersenang - senang denganmu," tanpa malunya pemuda itu mengerlingkan matanya pada Zoya.

"Aku tidak merasa kita punya hubungan, hingga aku harus meladeni orang sepertimu." Zoya berucap tenang, berusaha sebisa mungkin membuat pemuda berkaca mata bulat di depannya ini segera pergi dari hadapannya.

Jeidan memicing ketika mendengar ucapan yang Zoya lontarkan, pemuda itu mencondongkan tubuhnya ke arah Zoya disertai senyum mesumnya---membuat gadis itu refleks bergerak mundur.

"Jadi ... Apa kau ingin membangun sebuah hubungan denganku, hmm? Apa kau ingin aku memperjelas status kita?" Jeidan berucap sensual.

Zoya menghela nafas, kakinya bergerak mundur selangkah. "Berhenti berbicara omong kosong. Apa sebenarnya masalahmu denganku? Kenapa kau selalu mengangguku?" Zoya memang akan menjadi sedikit berani bila sudah berurusan dengan Jeidan. Pemuda ini selalu menganggunya dimanapun mereka bertemu, hal itu membuatnya muak.

VEE'S OBSESSION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang