Chapter 09

1.6K 237 91
                                    

Aku ga minta love lagi kok, cuma minta sering komen aja supaya ke up dan banyak yang baca.

Vote juga jangan lupa ya.

Happy Reading~

Jeidan duduk terdiam dengan tatapan penuh pikirannya. Kaca mata bulat yang tak pernah di lepasnya, kini sudah tergeletak bebas di atas meja. Sedangkan si empu pemiliknya sibuk pada dunianya dengan kedua tangan yang terlihat mengepal kuat.

Tatapannya penuh dengan kilat kebencian. Rahangnya pun terlihat semakin mengeras ketika otak cerdiknya kembali memutar insiden dimana dirinya dipermalukan oleh Zoya dan pasangan berengseknya itu.

Pemuda itu tentunya tidak pernah menyangka bahwa gadis yang nampak lugu itu mampu mengeluarkan kata - kata pedas padanya. Dalam pikirannya pun tidak pernah terlintas bahwa dirinya akan direndahkan seperti ini.

Jeidan tentu tak terima, harga dirinya dipertanyakan disini. Jeidan bersumpah, dia akan membalas gadis tidak tahu diri itu. Tidak ada toleransi yang akan Ia berikan nantinya, karena pemuda itu sudah terlanjur muak dengan gadis tersebut.

"Ini minuman anda, Tuan."

Atensi Jeidan teralihkan ketika seorang pelayan datang menghampiri mejanya, kemudian meletakkan segelas minuman dengan warna hitam pekat di depannya.

Dahi pemuda itu mengernyit, ditatapnya minuman dengan gelas bertangkai panjang itu. Fokusnya kemudian teralihkan pada si pelayan yang kini terlihat sudah pergi meninggalkan mejanya.

Jeidan merasa bahwa Ia tidak pernah menyuruh pelayan membawakan dirinya minuman, lalu mengapa pelayan itu datang padanya dan memberikan minuman berwarna pekat ini padanya.

Hah! Memilih tidak ingin memikirkan hal tersebut, tangannya bergerak meraih tangkai gelas---berniat meminum minuman tersebut. Lagi pula, tenggorokannya terasa sangat kering akibat memikirkan pasangan tidak tahu diri itu.

Saat cairan pekat itu hampir mengenai ujung bibirnya, ada suatu hal yang menarik perhatiannya---membuat tangannya kembali meletakkan gelas tersebut di atas meja. 

Selembar tisu terlipat rapi di atas meja, dengan tembusan tinta hitam yang terlihat membentuk huruf yang tidak di ketahuinya. Jeidan memperhatikannya lamat, tatapannya kemudian teralihkan ke depan---mengedarkan pandangannya ke arah penjuru ballroom.

Tangannya lalu bergerak mengambil tisu tersebut, kemudian membuka lipatannya.

Alis Jeidan semakin mengkerut, tatapannya menajam. Dua kata tertulis disana.

HALAMAN BELAKANG

Jeidan mengerti, ada seseorang yang memberinya isyarat untuk menuju halaman belakang dari gedung tempat pesta ini di gelar. Seseorang yang Jeidan tidak ketahui siapa dia.

Pemuda itu kembali mengedarkan pandangannya, mencoba menelisik orang - orang yang tampak mencurigakan di pesta ini. Namun, nihil. Tak ada hal mencurigakan yang tertangkap pandangannya.

Pemuda itu kembali menatap tisu berpoles tinta di tangannya, menimang apakah Ia perlu menuju halaman belakang atau tidak.

***

Zoya mengedarkan pandangannya, mencoba mencari sosok Vee yang lagi - lagi menghilang. Entah kemana pemuda Hayes itu pergi, padahal Zoya hanya meninggalkannya sebentar untuk menemui Noura. Namun, saat kembali pemuda tersebut sudah tidak berada di tempat.

Helaan nafas terdengar, baiklah Zoya akan diam disini---menunggu pemuda itu datang. Karena tidak mungkin Vee meninggalkannya tanpa sepatah kata begitu saja. Vee bukanlah tipikal orang seperti itu---setidaknya hal tersebut yang Zoya simpulkan.

VEE'S OBSESSION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang