BINTANG YANG BERSINAR

662 75 7
                                    

Nuca menjalankan kembali motornya, sembari bersenandung mengikuti suara penyanyi yang ia dengarkan, beberapa kali Nuca melirik jam tangannya, sebentar lagi adzan maghrib akan berkumandang.

Keisya baru pulang sekitar jam sembilan, membuat Nuca dan Tiara harus ganti rencana lagi. Akhirnya mereka memutuskan untuk sholat Maghrib di Musholla, setelah itu pergi ke Toserba untuk membeli perlengkapan yang harus dibawa besok.

Seragam hitam dan putih, sepatu pantofel, wajah kusut, maghrib masih berkeliaran diluar, keliatan banget masih mahasiswa baru, apalagi musi-musim ospek seperti ini.

Nuca memakirkan motornya, disamping seseorang yang baru juga sampai.

"Eh, Tiara ..." Sapa orang tadi ketika mengetahui Tiara melepas helm nya.

"Bas ??"

(Baskara Mahendra, bisa disebut dia adalah cinta monyet Tiara saat SD)

"Apa kabar ra?...."

"Baik-baik, berapa tahun bas nggak ketemu, kamu berubah banget ya sekarang, tinggi bener" canda Tiara

"Nuc, kenalin ini temen SD ku dulu, Baskara"

"Nuca.." Ucap Nuca sambil mengulurkan tangannya.

"Baskara.." Genggam Baskara erat.

Tiara dan Baskara terlibat percakapan panjang, seseorang yang pernah mengisi hati Tiara saat kecil, ya ampun masih kecil udah pada kenal cinta-cinta an ya, cinta monyet. Terakhir ketemu mungkin pas perpisahan SD, hampir enam tahun, perubahan yang sangat drastis dari sosok Baskara, dulu mungkin tingginya hampir sama dengan Tiara, sekarang bak model, duh saingan berat Nuca nih, apalagi sekarang doi anak STAN.

"Ti, aku ambil wudhu dulu ya..." Ucap Nuca yang mulai tak nyaman dengan pembicaraan mereka.

Nuca segera berlalu dari hadapan mereka, rasanya sang senja sudah tenggelam ke peraduannya, baru beberapa menit sebelumnya senja terlihat begitu indah, keindahan senja yang hanya sementara, biarkan keindahannya untuk dikagumi saja bukan untuk dimiliki, senja sudah punya langitnya sendiri. Nuca menghembuskan nafasnya berat, ia melipat lengan hemnya, yang sebenarnya sudah tak nyaman dipakaianya seharian. Ia membasuh kedua telapak tangannya dan wajahnya. Aaaaaaarrghhh, air wudhu tak pernah berkhianat, sejuk dan damai. Yang membuat Nuca sedikit tenang. Nuca pasti akan tetap terlihat tenang diluar, tak ada yang tau didalam hati dan fikirannya sedang perang.

"Nuca cowok kamu ra?"

"Complicated Bas..."

"Jangan bilang kamu yang nembak duluan juga?" Baskara mengungkit apa yang pernah dilakukan seorang Tiara saat kecil dulu

"Apaan sih, udah kubuang jauh-jauh kenangan itu"

"Oh, berarti itu jadi kenangan..."

"Apaan sih bas, udah ah, bentar lagi iqomah"

"Boleh minta nomer WA kamu nggak ra"

"Follow instagram aja nama lengkapku, udah, bye bas"

******

Nuca masih duduk di serambi masjid, sibuk dengan layar ponsel nya. Ia mengecek pengumuman pembagian kelompok berharap semesta berpihak kepadanya. Sayang sekali, semesta belum mengabulkan permintaan Nuca untuk sekelompok dengan Tiara.

"Nuc, kelompok apa kamu?" tanya Tiara menghampiri

"Virologi, Kamu?"

"Aku Bakteriologi Nuc, eh namaku Serratia mercescens, cantik kan"

"Cantik sih...tapi sayang cantik-cantik bikin sakit"

Nampaknya Tiara belum peka dengan apayang tersirat atas ucapan Nuca

EDELWEISS || NUCA'S JOURNEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang