siapa?

3 1 0
                                    

Aku dan Revaldo berjalan ke bagian buku kelas XI. Perpus ini lumayan besar. Belum lagi kami berhenti berjalan karena ada penghalang.

"Sejak kapan Lo bisa nampak?" Tanya Revaldo tiba-tiba. Mungkin karena terlalu canggung Revaldo ingin mencairkan suasana.

" Dari kecil." Jawab singkat satena dan Revaldo hanya mengangguk saja.

Setelah selesai membantu Revaldo. Mereka segera ke kelas. Satena tidak ada niatan untuk membantu membawakan buku nya.
Cowok kan kuat masa bawa 14 buku saja gak kuat.

" Cemberut Mulu tu muka neng." Ucap Wika saat satena memasuki kelas dengan tampang datar.

" Bodo amat." Saut satena dan duduk di sebelah angin.

" Lo liat apa aja di perpus na?" Kepo angin.

" Yakin mau gue ceritain?"  Pasalnya angin sangat takut dengan hal-hal yang gaib.
Pernah saat teman satena iseng. Dia mengganggu angin dengan memainkan rambutnya. Nah saat itu angin langsung demam seminggu.

" Eh, enggak deh." Cengir angin.

Tiba-tiba hawa menjadi dingin membuat bulu kuduk seisi kelas berdiri.

"Kok gue tiba-tiba merinding." Ucap salah satu cowok di pojok belakang tempat kumpul untuk bermain game.

" Gue juga njir." Sebelah cowok tersebut pun merasakan aura nya.

" Gue juga merinding tiba-tiba." Saut Wika sambil mengelus belakang lehernya.

Semuanya hening, ada yang baca ayat kursi, ada yang bodo amat dan ada yang sudah mengeluarkan keringat. Layaknya sedang jogging ditengah hari.

"Na Lo gak nampak apa-apa?" Tanya angin

"Mukanya sedang marah yang gue liat." Ucap satena karena melihat seorang cewek sedang duduk di meja guru dengan raut wajah yang menyeramkan dan sorot mata yang tajam.

Tanpa disadari meja guru langsung terbalik, gorden di jendela pun berhembus kencang padahal tidak ada angin.

" Mending kalian baca ayat kursi, atau surah-surah pendek." Instruksi satena kepada kelasnya.

Mereka segera membaca ayat kursi dengan suara lumayan keras. Yang kumpulan di pojok belakang pun segera mematikan permainnanya dan langsung membaca ayat kursi.

Sedangkan satena dan Revaldo masih menatap orang yang sudah membuat kekacauan dikelasnya.

Sudah 15 menit , keadaaan sudah stabil. Hawa sudah tidak sedingin tadi.

" Alhamdulillah." Ucap anginayara dan langsung mengelap keringat yang sudah membasahi mukanya.

Serama bingung baru kali ini dia nampak tapi membuat aura menghitam seperti tadi. Seolah mempunyai dendam .

"Sering kayak gini?" Tanya Revaldo.

Satena menoleh. "Biasanya cuma duduk, atau muncul sekilas. Tapi gue heran dia datang dalam keadaan marah." Jawab satena.

"Udahlah, yang penting dia pergi. Sumpah gue baru kali ini takut begini an." Saut Wika.

"Dia memang pergi. Tapi sementara. Mungkin besok dia datang lagi." Timpal Septi. Ucapan Septi membuat keadaan menjadi hening. Dengan berbagai macam muka telah terpapar.

"Dia memang bakalan datang lagi. Jadi kalau dia datang gue harap kalian baca ayat kursi. Atau surah-surah yang kalian hafal." Peringat satena. Dan mereka hanya mengangguk saja.

Pendek aja gak ada yang baca

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Help MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang