09. Notifikasi

1.2K 144 7
                                    

DORRR!!!

LONG TIME NO C KAWANNNN!!!

ADA YANG NUNGGUIN GA NIHHH???

Demi apapun, TULISAN AKU DULU BERANTAKAN BANGET SHJSJDHDJDNDJ *CRYING* t_______t

Seperti biasa, jangan lupa tinggalkan jejak dan selalu dukung NCT all unit!!

SELAMAT TAHUN BARU EVERYONE!!! (meski telat pake banget nget nget nget aku ttp ucapin kpd readers tersayang tercintaku <33)

JANGAN LUPA POLOW INSTAGRAMNYA HAECHAN!!! 😻




















"Viona!!"

"Apa?"

Dapat dilihat dari sorot matanya, gadis itu terlihat sangat lelah. Matanya sembab, hidung dan pipinya memerah, serta jangan lupakan jaket OSIS yang ia kenakan.

"Maaf...." Sahut orang itu.

Viona pun mengernyitkan alisnya, menandakan ia tak paham dengan arah pembicaraan. Namun egonya lebih besar, sehingga ia tetap menatap nyalang lawan bicaranya.

"Iya," katanya malas, mengabaikan sorot mata yang tengah menatapnya takut-takut.

Darma—pemuda yang diajaknya bicara dari tadi—menyerahkan sebuah map berwarna merah. "Maaf, sebenarnya ini gak hilang..."

Melihat kalimat yang tertulis di atas map itu, emosi Viona kembali memuncak. Dicubitnya pinggang milik Darma, sampai si empunya meringis kesakitan. Tangan kirinya memegang map yang menjadi masalah mereka hari ini, sedangkan tangan kanannya berusaha melepas cubitan Viona.

"JANCOOOKK LO GAK TAU GIMANA TADI GUE NANGIS DI RUANG SENI?!!" Serunya semakin menjadi-jadi.

"A–aduh, PIO UDAH!! SAKIT BANGET!"

Untung saja area parkir saat itu sudah sepi, sehingga tidak ada yang melihat pertengkaran mereka. Setelah merasa puas mencubit pinggangnya Darma, Viona merebut map merah itu dan memasukkannya ke dalam tas belanja yang selalu ia bawa.

"Lagian ngapain sih lo nge-prank gue kayak gini? Dikira lucu apa?"

"Ya maaf... gue gabut," jawab Darma cengengesan.

Sedangkan Viona sudah merasa lelah dengan kelakuan pemuda itu. Moodnya saat ini sudah terlanjur hancur bahkan untuk sekedar mengobrol. Dirinya hanya menganggukkan kepala, lalu menghidupkan motornya dan meninggalkan Darma yang tengah melihat pinggangnya yang mulai membiru.

"Puji Tuhan kulit pinggang gue kaga copot, brengsek. Ya Tuhan, tapi ini lecet..." monolog Darma, mengusap-usap pinggangnya.

"Sakit-sakit gitu tenaganya kenapa kaya kuli..."

"Kaga lagi deh gue nge-prank dia. Lagian kenapa gue lupa tanggal ulang tahunnya sih?"



Sore itu, Darma, Putri, Bintang, dan Rahma tengah sibuk mendiskusikan sesuatu. Mereka terlihat sedikit berleha-leha, sembari meminum minuman mereka masing-masing.

"Ngujang kal ne? (Mau ngapain?)" Tanya Putri, menatap Darma jengah.

"Wak ukune metakon pendapat, ne. (Gue mau nanya pendapat, nih.)"

"Pendapat apa sih? Kayak serius banget?" Kata Bintang menimpali.

"Yen ngeprank i Vio kira-kira aman sing, na? (Kalau ngeprank si Vio kira-kira aman gak ya?)"

Rahma yang mendengarnya pun sontak melempar wadah teh pocinya. "Do ngalih gae mapo ye, ake kan nawang engken ngopakne yo! (Jangan nyari gara-gara napa, lo kan tahu gimana marahnya dia!)"

"Lagian ngapain sih kamu nge-prank nge-prank gitu? Mau jadi YouTuber lo?"

Darma hanya mengangkat bahunya acuh saat mendengar pertanyaan dari Bintang. Setelah menenggak setengah botol Fruit Tea yang sudah nganggur selama perbincangan mereka, pemuda itu pun menjelaskan rencananya kepada ketiga sahabatnya.

"Susah kalau dijelasin pakai bahasa Bali, jadi rencana gue tuh mau nyembunyiin ini," katanya sembari mengangkat sebuah map merah dari tasnya.

"Apo to?"

"Surat tanah," sahut Darma, merotasikan kedua bola matanya. "Surat RAB ulang tahun sekolah, lah kleng."

"Nah, abis itu gue mau bilang ke dia kalau nih surat hilang. Terus DUARR!!!"

Semua orang di kamling itu sedikit terjungkal ketika Darma merentangkan tangannya dan berteriak pada akhir kalimat. Bintang dan Rahma yang sumbunya memang pendek pun memukul brutal punggungnya, melampiaskan rasa kesal mereka lewat pukulan itu.

Setelah puas melakukan aksi aniaya, mereka pun kembali duduk seperti semula. Dari kejauhan, Darma melihat siluet yang tak asing baginya. Dengan perlahan siluet itu makin jelas, menampakkan figur pemuda dengan pipi mirip tupai memegang dua buah plastik merah di kedua tangannya.

"Woy!" Seru Darma melambaikan tangan.

"Waduh ngapain lo disini? Mau gangbang?"

"Anjing, enggak!"

Gelak tawa dari keempat temannya pun tak bisa dielakkan. Sedangkan yang ditertawai merasa dongkol dan mengambil salah satu plastik milik pemuda berpipi chubby itu.

"Gue duluan. Ayo, Yo!"

"RIO, HATI-HATI NANTI PLASTIKNYA DIBAWA KABUR SAMA DARMA!!" Teriak Putri saat mereka berdua sudah jauh di depan.














***
















← kembaran jele👎🏻
     Online

MONYEEETTTTT |
MONYET LO ANJINGGGG |
EMOSI GUE BGST |
😭😭😭😭 |

| Lu kenapa maemunah
| Dtg2 bukannya salam
| Malah ngatain monyet

emosi gue bgts |
bgsy |
bgst |
bye gue mau mandi |
lu jgn lupa mandi yh jelek |
keringet lu bau kambing soalnya |

| Asu













Seulas senyum terbit dikala ia membaca jawaban dari sang kembaran. Dengan handuk yang sudah tersampir di bahu, gadis itu menaruh ponselnya di atas meja dan berlari memasuki kamar mandi.

"Melahan belig! (Hati-hati licin!)" Seru sang nenek yang disahuti dengan acungan jempol dari Viona.

"Ih anjir, sisir gue ketinggalan!" Gerutunya, lalu berlari memasuki kamarnya lagi.

"Labuh trane meh ye, (Nanti jatuh baru tau rasa.)" Geram wanita tua yang tengah geleng-geleng kepala melihat kelakuan cucunya.

Sementara itu, Viona tengah sibuk dengan ponsel pintarnya yang berbunyi sedari tadi. Ada tiga buah pesan beruntun yang berhasil mengalihkan pikirannya.






← +62 853-3710
      Online

| Hallo, ini Viona kan?
| Save back Hardika, ya.
| Btw long time no see, Opi :)














To be continued...

My Twins ft. Lee Haechan - [ REMAKE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang