11.Sigala

15.2K 482 31
                                    

"Ayah. Beri aku separuh kekuatan mu lagi, aku ingin menguasai kekuatan tanpa rasa milikmu ayah. Termasuk untuk menyentuh manusia dengan menyetubuhi nya".
Pria bayangan itu memaksa meminta kekuatan dari sang ayah.
"Tidak anakku, ini terlalu beresiko untuk dirimu" ucap sang ayah mencoba menasehati kembali anaknya.
"Apa susah nya berikan itu padaku! Aku ingin menghancurkan Sigala, apa itu kurang jelas! Berikan dengan cepat atau aku akan memaksa mu,jangan salahkan diriku jika kau terluka "

Pria yang dipanggil ayah itu tidak mampu menolak keinginan putra kesayangan, apapun akan iya berikan termasuk kekuatan nya dan menghancurkan anak bungsunya.

Kertas kecil berbentuk emas itu tiba-tiba hancur ditangan ayahnya dan berubah menjadi debu yang melayang kearah badan putranya.

"Shit!." gumaman pelan itu berasal dari sagala kakak laki-laki Sigala.
Debu kertas emas itu masuk kedalam tubuh sagala dan pria itu menguatkan semua otot-otot tubuhnya saat merasa badannya  begitu ringan seakan tak memiliki beban.

"Kekuatan tanpa rasa ini, hanya akan berefek saat wanita yang kau setubuhi tak memiliki tanda".
"Apa maksud ayah? Tanda apa" ucap sagala menatap ayahnya dengan kesal. Sialan
"Tanda kepemilikan. Yang artinya wanita yang sudah disetubuhi dengan  kaum sejenis kita" mata Sagala memerah dan langsung membanting ayahnya dengan kekuatan angin yang ia miliki pria paruh baya itu sedikit terpental dan terbatuk-batuk.
"Aku tidak peduli! "
"Sagalaa... Uhukk tunggu " sagala dengan cepat menghilang dan pergi dari hadapan ayahnya.

...

"Galang tiba-tiba menghilang dan dia tidak masuk kerja" ucap yani berbicara pada Rina sedangkan Anna hanya menyimak tanpa berkomentar dia tidak tau harus menanggapi nya seperti apa. Ia baru mengenali Galang terkahir kalinya pria itu berada didalam kamarnya
"Kenapa kau bisa beranggapan jika dia menghilang " ucap Rina dan dibalas anggukan oleh Anna
"Bisa saja dia sakit" ucap Anna mencoba berbicara.
"Tidak. Aku melihat nya tiba-tiba menghilang dibelakang gudang penyimpanan barang "ucap yani mengingat bagaimana Sigala dengan cepat menghilang darinya dibelakang gudang.

"Baik lah yani, sepertinya kau harus berobat "  Rina tertawa dan Anna juga mengikutinya seolah olah percakapan ini terlihat sangat lucu, padahal Yani bergitu khawatir pada Galang.
"Apa susah nya sih kalian percaya? "Ucap Yani yang merasa tidak suka melihat Rina dan Anna tertawa mengejeknya.
"Bagaimana kami harus percaya? Itu tidak masuk akal. Iyakan Anna"

Anna yang ditanya hanya mengangguk pelan, bukannya ia tidak percaya mungkin bisa saja Galang memang benar menghilang atau memiliki kekuatan menghilang. Dia juga tidak tau

"Kalian...ck!...." dengan kesal Yani langsung pergi dari hadapan mereka.
"Dia kenapa? Aneh sekali. Sepertinya yani mulai menyukai Galang " Anna mendengar itu sedikit merasa tidak enak dalam hatinya perasaan sesak langsung menghampiri nya. Kenapa ia menjadi tidak suka saat tau bahwa Yani menyukai Galang, padahal Anna dan Galang baru saja bertemu.
"Entahlah, aku tidak tau ".

...

Vandra dan Sigala sedang menelusuri rumah pak tua milik francois disana ia akan mengambil sesuatu yang berharga dari pria tua itu, mengendap endap dan mencari dimana letak ruangan nya

"Oi bodoh! " ucap Vandra saat melihat suatu ruangan yang begitu Indah kilauan cahaya sedikit menerangi sekitarnya.
"Wow apa ini" dengan cepat Sigala masuk kedalam ruangan itu dan melihat batu kecil berwarna hijau yang bercahaya.
"Vandra, bisa kau melacak maksduku melihat siapa pemilik nya" Vandra menganggukkan kepalanya dan fokus melihat batu hijau bercahaya itu, ia mencoba mengambilnya untuk melihat secara jelas tapi..

Sret!
"Aiss tanganku" kesal Vandra yang mendapatkan luka bakar di tangannya. Sial

"Hati hati. Begok" kesal Sigala dan mengambil tangan Vandra yang terluka dan langsung menyembuhkan nya.

"Diam kau bodoh. Batu hijau ini milik ibumu itu adalah batu perlindungan, batu ini milik kaum elf. Tunggu dulu kaum elf? Punya hubungan apa ibumu dengan kaum elf dan pantas saja tangan ku terbakar saat menyentuhnya kita berbeda kaum"

Sigala menatap batu hijau itu dan mencoba untuk menyentuh nya walaupun ia tidak yakin jika ini akan berhasil.
"Jangan rusuh! " kesal Vandra mengehentikan pergerakan Sigala.
"Tetap diam dan tenang, van. " balas Sigala dan mencoba mengambil batu hijau itu perlahan dan pasti.

"Haap! Dapat"

Sigala memperlihatkan batu hijau itu dan memamerkan nya kepada Vandra jika dirinya bisa mengambil nya.
"Sialan"
Plak!
"Auu! Apa apaan kau bodoh" sigala mengusap kepalanya yang di tampar oleh Vandra.
"Cepat pergi sebelum tertangkap ".

Next. tpi vote komen nya jgn lupa, makasih.
Maaf lama up lagi ga ada ide

SigalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang