PART 8

7.8K 660 12
                                    

Prem tertegun. Ulang tahunku yang kedua puluh dua sebentar lagi. Kenapa Boun bisa mengetahui detail hari ulang tahunku? Prem tertarik, tetapi dia akan memuaskan Boun kalau dia mengikuti Boun untuk berbicara dengannya. Jangan-jangan memang itu tujuan Boun, supaya aku tidak berhujan-hujanan dan mengikuti Boun.

"Nanti aku akan menyusulmu kalau aku sudah puas disini." api menyala di mata Boun, dan tampak jelas lelaki itu mencoba menahan diri,

"Terserah, nanti temui aku di ruang kerjaku." suaranya lebih seperti geraman, kemudian membalikkan badan dengan marah.

~~~ Sleep With The Devil ~~~

[WARNING! 18+ CONTENS]

Setelah puas menikmati hujan, Prem masuk ke kamarnya untuk berganti pakaian dan makan malam. Dia sengaja tidak menemui Boun, lagipula sepertinya lelaki tadi hanya asal bicara ketika bilang ingin berbicara tentang hari ulang tahunnya. Dan Prem tidak yakin kalau Boun akan menunggunya. Lelaki itu sepertinya sangat sibuk dan punya banyak urusan.

"Kenapa kau tidak menemuiku di ruang kerjaku?" suara di kegelapan itu mengagetkan Prem. Dia menajamkan matanya dan melihat Boun duduk di sana, di keremangan kamarnya.

"Kenapa kau masuk ke kamarku tanpa izin?!" Prem berteriak kaget, tangannya meraba-raba saklar lampu di dinding, berusaha menghilangkan kegelapan yang menyelubungi Boun, karena lelaki itu tampak lebih menyeramkan di antara cahaya yang remang-remang.

Prem berhasil menyalakan lampu dan cahaya itu langsung menyelubungi Boun. Lelaki itu duduk di sofanya, dengan santai, hanya memakai piyama sutera warna hitam dan disebelah tangannya memegang gelas minuman. Prem melirik ke botol brendy yang entah berasal dari mana, yang sepertinya sudah dituang Boun selama menunggunya. Apakah lelaki ini mabuk? jantung Prem mulai berdegup. Dalam keadaan sadar saja emosi Boun sangat tidak mudah ditebak, apalagi dalam kondisi mabuk.

"Apa yang kau lakukan disini, Boun?"

Boun mendengus dan menatap Prem dengan tajam, "Kau pikir apa? Aku menunggumu di ruang kerjaku dan kemudian menyadari bahwa kau, dengan kepalamu yang keras kepala itu memutuskan untuk melawanku."

Prem mundur ke belakang, melirik pintu putih itu, dan berusaha sedekat mungkin di sana, sehingga ketika Boun bertindak di luar batas dia bisa segera melarikan diri.

Boun tersenyum melihat tingkah Prem, "Kau seperti kelinci ketakutan lagi Prem, apakah kau takut aku akan melakukan sesuatu yang kejam? Seperti mencampurkan obat di minumanmu, atau ... melemparkanmu dari balkon lagi?" Boun menyeringai, meletakkan gelasnya dan berdiri, semakin lama semakin mendekati Prem.

"Kau mabuk?" Prem melirik ke arah pintu, hanya butuh beberapa detik kalau Prem ingin melarikan diri dari Boun. Aku pasti bisa melakukannya.

"Boun Noppanut tidak pernah mabuk." Boun melangkah mendekat dengan tenang, seperti singa yang mengendap endap mengincar mangsanya. "Dan kau... seharusnya kau mendengarkan apa yang ku perintahkan, Prem."

Prem tahu di situlah titiknya. Di situlah titik Boun kehilangan kesabarannya, karena itulah Prem langsung melompat dan mencoba melarikan diri ke pintu. Dia berhasil membuka pintu itu sedikit, sebelum dengan gerakan lebih cepat dan tanpa suara, Boun sudah ada dibelakangnya, mendorong pintu itu menutup kembali sebelum sempat terbuka.

Boun mendorongnya rapat ke pintu, dan dengan terkejut Prem bisa merasakan kejantanan Boun yang mendesak keras di bagian belakang tubuhnya. Dia ingin bergerak dan menghindar, tetapi ternyata Boun sudah menahannya di semua sisi.

Prem ketakutan. Apakah aku akan dipaksa lagi? Udara mulai terasa menyesakkan dan Prem mulai terengah-engah.

"Aku tidak pernah bercinta sambil berdiri." Boun berbisik di telinganya dengan bisikan panas yang membuat sekujur tubuh Prem menggelenyar, "Dan kau membuatku ingin melakukannya."

SLEEP WITH THE DEVIL (BOUNPREM VER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang