Promise

176 16 14
                                    

Pesta malam itu berakhir, Jihyo saat ini sedang berdiri di balkon kamar suga, dia sudah terlanjur berjanji pada Ny.min untuk menginap. Daniel tentu saja agak bingung dengan situasi ini tapi akhirnya dia pulang juga setelah Jihyo berjanji akan menceritakan semuanya esok pagi. Sungguh Jihyo lupa bagaimana cara memejamkan mata, bukan karena dia tidak capek, kejadian hari ini sungguh melelahkan, terlebih hatinya. Seandainya bisa dia ingin tidur malam ini dan besok terbangun dalam keadaan semua baik baik saja, semua bisa dirubah, keadaan ini, atau mungkin hatinya?

Helaan nafas itu kembali memberat manakala netranya bersibobrok dengan pemuda tampan yang tengah memandang lekat ke arah Jihyo dari bawah sana. Ya dia Min Yoongi, pemuda itu juga tidak bisa tidur. Dia bermaksud melepas semua beban pikirannya dengan menyendiri di taman kecil itu, tapi semua menjadi beda saat dia melihat gadisnya itu tengah berdiri di balkon sana, Yoongi terus menatapnya dan tanpa terasa air matanya menetes begitu saja. Entah takdirnya akan seperti apa,tapi Yoongi sungguh berada di posisi yang sangat sulit sekarang. Mundur mungkin adalah pilihan paling tepat saat ini, melupakan Jihyo adalah hal yang sulit, tapi dia tidak mungkin membiarkan gadis yang dicintainya itu berada dalam kesulitan besar karena harus memilih. Min Yoongi akan beranjak meninggalkan tempat itu karena melihat jihyo telah menyadari keberadaannya. Sampai detik berikutnya, Jihyo terlihat berlari dan menyusul Min Yoongi ke tempat itu.

" Oppa ku mohon tetaplah di situ, jangan pergi!"

Min Yoongi menghentikan langkahnya dan detik berikutnya Jihyo sudah memeluk pemuda itu dengan erat dari belakang. Dia tersedu sedu,membuat hati pemuda Min itu sedikit teriris. Min Yoongi membalikkan badan dan membawa gadis itu ke pelukannya.

"Maaf Jihyo. Seharusnya aku tidak pernah mengatakan ini padamu." suga akhirnya berbicara setelah Jihyo mulai tenang.

" kau tak perlu bingung, cukup jalani apa yang ada di depanmu sekarang." pemuda itu melanjutkan

" jangan pernah menangis lagi, oppa tidak suka"

Jihyo masih terdiam tak menanggapi tak merespon ucapan pemuda itu.

" Jalani hubunganmu dengan Daniel, dan bahagialah."

Jihyo semakin mengeratkan pelukannya pada Min Yoongi.

" Kau tak perlu khawatirkan siapapun, kau akan tetap menjadi adikku, dan aku oppamu, eoh?"

Kali ini Jihyo mendongakkan kepalanya, dia menatap tajam ke pemuda itu dengan mata yang sudah meneteskan air lagi

" Percayalah oppa ak..

Cup...

Belum selesai Yoongi berbicara, bibirnya telah dibungkam oleh Jihyo, benda kenyal itu menempel dengan sempurna. Yoongi hanya diam saja tak bermaksud membalas, hingga detik berikutnya dia mengeratkan pelukannya dan memperdalam ciumannya dengan Jihyo. Lagi, Kedua insan itu seakan menumpahkan perasaan yang tidak bisa diungkapkan lagi dengan kata kata. Tanpa sadar ada seseorang yang memperhatikan keduanya dari jauh.
.
.
.
.
.
.
.
.
Pagi ini Jihyo terbangun dengan mata yang sedikit membengkak, setelah semalam dia menghabiskan malam berdua dengan Yoongi di taman berbicara apa yang harus mereka lakukan untuk hari hari berikutnya, Jihyo merasa mendapat energi baru untuk menghadapi semuanya, walaupun jelas ini sangat bertolak belakang dengan kondisi hatinya saat ini tapi Jihyo tidak bisa meninggalkan apa yang baru dia mulai dan tentu saja dia tidak mau menyakiti Daniel. Ny. Min sudah berada di kamarnya, layaknya seorang ibu yang membangunkan gadis kecilnya, Ny. Min begitu telaten mengusap rambut Jihyo, menunggu gadis itu selesai mandi dan mengajaknya untuk sarapan bersama. Sampai di bawah, Jihyo melihat sosok yang sudah dia anggap sebagai ayah sedang bersantai dengan Min Yoongi. Jihyo berlari dan menghambur ke pelukan lelaki paruh baya itu.

" Appa, apa kabar? Aku merindukanmu."

Lelaki itu mengusap punggung Jihyo penuh kasih dan mencium puncak kepala Jihyo
" Anak appa sudah besar, appa sangat baik, bagaimana denganmu? Thomas?"

Min Yoongi melihat interaksi kedua orang yang disayanginya itu sambil tersenyum. Begitulah Jihyo, dari dulu gadis berpipi chubby itu tidak pernah gagal menciptakan keceriaan dan suasana hangat di dalam keluarganya. Bertahun tahun berlalu baru sekarang dia melihat ayahnya tertawa begitu lepas mengingat hubungannya dengan sang ayah sempat mendingin karena Min Yoongi yang selalu menolak untuk mengikuti kemauan ayahnya dan bersikeras untuk bermusik. Seandainya Jihyo adalah adik kandungnya mungkin keadaan tidak akan serumit ini, dia tidak perlu merasakan sakit karena perasaan yang tidak seharusnya ada di antara mereka.. Yoongi menghembuskan nafasnya kasar dan itu tidak luput dari perhatian sang ibu.

"Jihyo ya, jadilah putri kami yang sebenarnya, kau tahu kan bahwa kami sangat menyayangimu, appa suga juga tidak akan keberatan dengan hal ini. Iya kan?" Ny.Min berucap sambil memperhatikan suami dan putranya meminta persetujuan. Appa Yoongi mengangguk mantap sambil mengelus surai hitam jihyo. Sedangkan suga menggeleng pelan sambil berkata " memangnya eomma perlu izin lagi untuk itu? Bukannya dari dulu Jihyo sudah menjadi putri kalian?" Jihyo mengangguk mengiyakan ucapan Min Yoongi.

" Bukan seperti itu, maksud eomma, tak bisakah kau menjadi putri eomma tapi bukan sebagai adik suga, jadilah putri menantu kami, dan berikan kami cucu yang banyak. Mau y jihyo-ya!"

Yoongi yang sedang menyeruput kopinya itu langsung terbatuk mendengarkan ucapan eommanya. Jihyo menepuk nepuk punggung Yoongi pelan. Jihyo masih mencerna kata-kata Ny.Min, apa yang barusan itu? yang benar saja eomma Yoongi baru saja melamarnya? Seharusnya Jihyo bahagia kan? Tapi mengingat kondisinya saat ini rasa sakit itu langsung menghantam begitu kuat.

" apa ada yang salah dengan permintaan eomma? Kalian sudah mengenal dari kecil. Kau pasti mau kan yoon menikah dengan Jihyo? "

Pemuda itu hanya memasang ekspresi datar dan detik berikutnya dia meninggalkan ruang keluarga dan masuk ke kamarnya. Jihyo yang melihat itu pamit untuk menyusul Min Yoongi.

" Bujuklah anak nakal itu Hyo, dan kami menunggu kalian untuk sarapan."

Yoongi saat ini tengah berdiri di balkon kamarnya sambil sesekali menghela nafas kasar. Kalau saja permintaan eommanya terjadi 3 hari lalu, tentu saja Min Yoongi akan langsung mengiyakan tanpa harus banyak berpikir seperti ini, well, waktu memang tak pernah berpihak padanya. Ingatannya berputar pada masa masa sekolah, Yoongi sadar, dirinya terlalu pengecut, maka inilah akibatnya sekarang.

Lamunannya terhenti saat merasakan sebuah tangan tengah melingkari perutnya, siapa lagi pelakunya kalau bukan Thomasnya.

" Tak mau sarapan? Mr.ice? jangan pikirkan kata kata eomma eoh?"

" Mr.ice? Siapa yang mengajarimu memanggilku seperti itu hyo?"

" Separuh isi kampus menyebutmu seperti itu oppa..apa kau sedingin itu hm?"

" menurutmu?"

" kau hangat, sangat!" jawab Jihyo sambil mengeratkan pelukannya.

Pletak..

Min Yoongi menyentil dahi Jihyo pelan. " Bukan badanku thomas, apalagi kau memelukku seperti ini, jelas hangat. yang mereka maksud sikapku..mungkin! "

Jihyo terkekeh pelan sambil mengusap dahinya.
" Semua orang juga tau klo oppa itu kelewat dingin, ekspresi datar, nyaris tanpa senyum, irit bicara, errr terkesan misterius dan seram. Jadi heran apa yang sebenarnya wendy eonni lihat darimu."

Yoongi kembali menghela nafasnya kasar, ditangkupnya wajah Jihyo dan kecupan di kening serta bibir membuat Jihyo sekali lagi harus menyembunyikan rona merah wajahnya di pelukan pemuda itu.

" Apa sakit? Sudah ku bilang jangan ada Wendy atau Daniel saat kita bersama. Ingatlah janji itu Hyo."

¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤

Draft yang tersimpan begitu lama akhirnya terpublish setelah drama lupa pasword 😂😂

Sampe lupa mau gimana lagi jalan ceritanya 😢

Harus di stop di sini saja?ga usah dilanjut?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IF I LET U GO [YOONGHYO] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang