Chapter 1

629 40 11
                                    

* Pertemuan tak selamanya menyenangkan. Kadang juga menjengkelkan *

Saat mentari pagi memaksa masuk melalui jendela, maka mata tajam itu mau tak mau harus terbuka. Mimpi yang indah pun harus sudah. Dengan malas lelaki itu menggosok mata tajam nya. Melihat malas kearah jam yang menunjukan pukul 06.30 ia lantas loncat dari kasur mengingat ini merupakan hari pertamanya di sekolah barunya. Tentunya ia tak boleh terlambat kan? Ia membuka bajunya untuk bersiap mandi dan tentunya memperlihatkan roti sobek yang ia miliki. Pemilik mata tajam dan rahang tegas itu mempersiapkan dirinya dengan sangat tergesah-gesah.

"Bara, cepet turun. Mama udah nyiapin makanan, jangan sampe telat. Kamu nggak lupa kan kalo ini hari pertama kamu di sekolah baru kamu? Buruan!" Pemilik suara nyaring ini adalah Mayang, ibu tercinta dari Bara.

Sambil menuruni anak tangga "Iya Ma, Bara nggak telat kok. Tapi hampir telat hahahaha. Oh iya, Bara bawa roti aja ntar Bara makan pas sampe di sekolah. Takut telat nih Ma."

"Kamu mah kebiasaan! Mangkanya bangun tuh subuh supaya nggak ribet kayak gini. Awas ya kalo besok kamu gini lagi" omel Mayang

"Iya Mama bawel.. Bara nggak bakal gini lagi kok. Doain Bara yah" ujar Bara sambil mencium tangan Mamanya

"Iya, Mama doain supaya dapet temen baru yang banyak"

Sambil menyalakan mesin motornya. " Ih bukan itu Ma, tapi doain Bara supaya dapet cewek cantik baru yang banyak hahahaha dadah maaa NlBara berangkat"

Mayang hanya bisa geleng-geleng melihat tingkah putranya itu.

Bara pun menancap gasnya, membelah jalan raya yang saat ini sangat padat. Setelah beberapa menit menghirup debu Jakarta, akhirnya Bara tiba di sekolah barunya. SMAN Askari Jaya. Salah satu sekolah terbaik yang ada di Jakarta. Oh iya, Bara merupakan pindahan dari Bandung. Pekerjaan Ayahnya yang mengharuskan Bara ikut diboyong ke Jakarta.

Bara dapat merasakan saat ia membuka helmnya, banyak pasang mata yang meliriknya. Baik laki-laki maupun perempuan. Suara bisik-bisik pun terdengar samar-samar. Secara tidak sadar para siswi melontarkan pujian kepada Bara.

Namun, Bara dengan santai turun dari motornya. Memasang earphone di telinganya dan berjalan meninggalkan parkiran. Ia sudah terbiasa dengan situasi semacam itu. Baginya, itu adalah sebuah rutinitas. Bara bergegas menuju loby sekolah, menunggu salah seorang guru yang nantinya akan mengantarnya ke kelas.

"Kamu nak Alde ya? Eh nak barbar? Apa nak Setyo?" Ucap seorang pria paruh baya yang menggunakan pakaian dinas lengkap.

Sambil terkekeh " Aldebaran Trasetyo pak, bapak bisa panggil saya Bara. Kalo Setyo nama bapak saya pak "

Sambil menepuk bahu Bara " Nah, itu maksud saya. Lagian nama kok susah banget. Jadi nama bapak pak Agus. Bapak bagian kesiswaan. Setelah upacara kamu nanti saya antar ke kelas baru kamu. Kamu di sini aja dulu."

" Siap pak "

***

Upacara telah usai, pak Agus langsung mengantar Bara menuju kelas barunya. Saat diperjalanan, pak Agus juga menjelaskan sedikit mengenai sekolah ini kepada Bara. Namun, setiap langkah Bara dan pak Agus, pasti ada saja siswi yang meliriknya. Bahkan terpukau.

Sambil menatap tajam kepada siswi-siswi itu " Masuk! Bukannya siap-siap belajar."

Mendengar suara itu, semua siswi lantas berhamburan masuk ke kelasnya.

"Yah, begitulah nak Bara. Bapak tuh terlalu gagah dan salah satu guru terkenal di sini, jadi siswi pun ngelirik bapak setiap jalan, jadi kamu kalo jalan sama bapak harus PD yah kalo diliatin cewek." Ujar pak Agus dengan PD.

My Girlfriend Is A MysophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang