Sudah satu minggu Aca memutuskan tidak berbicara dengan Bara. Ntahlah, ada perasaan yang mengganjal di hati Aca, bukannya tak ingin, hanya saja ada sedikit gengsi di sana.
Bara juga heran dengan sikap Aca, mengganggu Aca sudah menjadi hoby baru Bara. Namun, dengan sikap Aca yang seolah menjauhi Bara membuatnya bertanya-tanya. Apa yang harus dia lakukan?
****
Aca baru saja keluar dari toilet, dan teleponnya berdering. Panggilan dari Bara. Aca menolak panggilan itu, memasang wajah malas.
"Angkat dong kenapa di matiin?" Itu suara Bara yang ternyata sudah bersandar di pilar koridor yang tak jauh dari toilet.
Aca terkejut melihat keberadaan Bara dan berusaha pergi secepat mungkin untuk menghindari Bara. Namun, baru selangkah Aca menjauh, Bara sudah menggenggam pergelangan tangan Aca, melarangnya pergi. Aca melihat genggaman itu dan langsung melepaskannya kasar lantas menyemprotnya.
"Kenapa lo?" Tanya Aca singkat.
"Gue yang harusnya nanya, lo kenapa ngejauhin gue?"
"Gue nggak ngejauhin lo!"
Bara menaikkan alisnya sebelah.
"Terus kenapa ngehindar terus dari gue?""Nggak!"
"Ca, gue mau minta maaf sama lo kalo gue ada salah. Bayangin loh gue minta maaf padahal belum lebaran. Jadi maafin gue yak."
"Apaan sih lo! Nggak jelas." Ucap Aca lantar pergi meninggalkan Bara.
Bara jarang meminta maaf dan membujuk seorang perempuan. Tapi dengan Aca, ada sesuatu yang seakan berbisik pada Bara untuk tetap di sisi Aca.
"Dasar buaya cap kaki tiga! Ahhh kenapa gue kayak gini sih?" Batin Aca sambil mengacak rambutnya.
*****
"Ahh akhirnya!"
"Berapa hari yah?"
"Kira-kira tahun ini di mana?"
"Lo ikut nggak?"
"Minggu depan gue mau bawa camilan segudang dah"
Seisi kelas Aca tampak heboh dengan selembar kertas yang mereka genggam. Aca berjalan ke bangkunya.
"Pada kenapa sih?" Tanya Aca.
"Ehh lo, biasa acara tahunan kita, mendaki. ini nih surat izin buat ikut." Jelas Putri.
Aca membaca surat itu. Kegiatan ini menjadi kegiatan rutin untuk siswa kelas X dan XI. Sekolah Askari memang selalu melakukan kegiatan cinta alam, dan gunung selalu menjadi pilihannya. Tahun lalu Aca tidak ikut, karena kondisinya yang tidak memungkinkan. Tapi, kali ini Aca sangat ingin merasakan keseruan dari kegiatan ini. Melihat postingan dan story teman-teman Aca saat pendakian tahun lalu, Aca sangat iri.
"Lo nggak ikut lagi yah?" Tanya Elda.
"Siapa bilang?"
Elda dan Putri saling menatap.
"Serius lo ikut?" Tanya Putri Heboh."Lo nggak di marahin sama bokap lo?" Tambah Elda.
"Hmm, kalo masalah bokap ntar gue bujuk deh. Kalian doain aja haha."
"Ahhhh, tahun ini kita bertiga naik gunung bareng." Teriak Putri sambil merangkul kedua temannya.
"Ehh, tapi nggak tinggi-tinggi amat kan? Jalurnya juga nggak bahaya kan? Ada macan nggak di sana? Makannya catering? Toiletnya bersih nggak? Gue mesti bawa berapa botol hand sanitizer? Terus.."
Barus saja Aca hendak melanjutkan kalimatnya, Putri sudah menutup mulut Aca.
"Catering pala lo! Bawa barang yang lo rasa butuh aja. Makanan nanti masak di atas." Ujar Putri.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Girlfriend Is A Mysophobia
Fiksi RemajaAldebaran Trasetyo adalah cowok tampan yang sangat mencintai basket. ketampanan yang ia miliki membuat dunia seakan berputar mengelilinginya. Tak ada satupun perempuan yang tidak terlena akan ketampanannya. Namun, anggapan Bara itu dipatahkan oleh s...