Bara mendekatkan bibirnya ke telinga Stephani.
"Jangan sampai gue nyebarin fakta dan tindakan busuk lo di sekolah ini. Gue masih kasian sama lo. Jadi, jangan buat gue buka mulut dan buat lo hancur." Bisik Bara.
Mendengar bisikan Bara, wajah Stephani menjadi pucat.
"Khem, e.. emang fakta apa? Aku nggak ngapa-ngapain." Jawab Stephani .
Bara hanya menyeringai dan memberi tatapan yang sangat mengintimidasi kepada Stephani lalu berjalan ke luar kelas. Masih ada beberapa waktu lagi sebelum bel masuk berbunyi. Aca mengejar Bara yang berjalan mendahuluinya.
"Bara berhenti!" Namun teriakan Aca tidak di gubris oleh Bara. Hal ini membuat Aca menarik lengan baju milik Bara. Saat tarikan itu berhasil membuat Bara diam, Aca lantas menyemprot tangannya lalu menatap Bara dengan tatapan ganas.
"Lo kenapa sih?! Kenapa lo ngelabrak Stephani? Lo nggak takut berhadapan sama BK apa? Lo itu anak baru, kenapa mau nyari masalah cuma gara-gara gu..."
"Bekal!." Potong Bara.
"Hah?" Ujar Aca bingung.
"Gue ngelakuin itu bukan gara-gara lo. Tapi gara-gara bekal yang nyokap gue kasih ke lo sengaja di buat jatoh sama Stephani." Ujar Bara pada Aca.
Aca langsung mematung, mencerna baik-baik perkataan Bara. Ia ingat betul saat Bara mengancam Stephani agar tidak mengganggunya lagi. Lagi pula, dimana Bara yang berhasil membuat jantung Aca berdebar pagi tadi?
"Terus tadi lo bilang ke Stephani, 'jangan ganggu Aca' itu apa maksudnya?" Tanya Stephani.
Bara tertawa pelan.
"GR lo! Gue cuma ngasal aja ngomong gitu, cari alasan supaya bisa marah ke Stephani. Yakali gue bilang ke dia kalo gue marah gara-gara bekal dari nyokap gue jatoh. Bisa hancur wibawa gue sebagai cowok keren."
"Gue nggak GR!" Bantah Aca.
"Tapi pipi lo merah." Ujar Bara yang membuat aca langsung memegang pipinya yang menghangat.
"Pipi gue merah gara-gara malu goblok! Iya gue GR!" Batin Aca. Mana mungkin kalimat itu keluar dari mulut Aca.
"Tapi tetep aja, lo tadi sama Stephani bawa-bawa nama gue. Nanti kalo lo masuk BK, gue bakalan ikut juga, gue nggak mau." Ujar Aca.
"Lo nggak bakalan kena masalah, tenang aja. Gue yang bakalan nyelesain ini." Ucap Bara.
"Aca, Bara!" Panggil Azam.
Aca dan Bara sontak menoleh bersamaan ke sumber suara.
"Lo berdua ada masalah apa sama Stephani, jelasin ke gue." Ujar Azam sambil memegang pundak Bara.
"Nggak, cuma masalah kecil. Aman kok" jawab Bara.
"Masalah kecil? Dengan tindakan lo tadi, ini pasti bukan masalah kecil. Terus kenapa tadi bawa-bawa Aca?"
Kring..kring..kring
"Eh, udah bel masuk tuh, yuk ke kelas." Celetuk Bara lalu mengajak Azam ke kelas.
"Ceritain dulu Bar."
"Nanti aja, masuk ke kelas dulu. Lo anak pinter, jangan terlambat masuk kelas."
Aca bingung Bara dan Azam yang sudah melangkah masuk di kelasnya. Aca masih berusaha memahami semua kejadian ini.
Jika kalian bertanya, bagaimana keadaan Stephani, maka jawabannya dia sedang tidak baik-baik saja. Setelah semua yang Bara katakan, Stephani dan teman-temannya meninggalkan kelas, ntah membolos ke mana. Bagaimana mungkin mereka bisa bertahan di kelas yang sama setelah semua yang terjadi. Setidaknya, untuk hari ini mereka harus menjauh dari Bara.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Girlfriend Is A Mysophobia
Ficção AdolescenteAldebaran Trasetyo adalah cowok tampan yang sangat mencintai basket. ketampanan yang ia miliki membuat dunia seakan berputar mengelilinginya. Tak ada satupun perempuan yang tidak terlena akan ketampanannya. Namun, anggapan Bara itu dipatahkan oleh s...