Part. 08

497 36 2
                                    

Di pagi yang cerah seharusnya sekarang ia bersiap-siap untuk ke lokasi syuting, tapi harus di urungkan karena kakinya yang belum sembuh. Jisung menyandarkan punggungnya di headboard, ia memainkan ponselnya agar tidak terlalu bosan. Sudut bibirnya terangkat saat ia membaca komentar dari stay yang mendoakan kesembuhannya, walaupun tak jarang ia menemui komentar dari para heatersnya yang memintanya untuk cepat menemui ajalnya.

Han Jisung meletakkan ponselnya, ia memutuskan untuk beristirahat sambil menunggu ayah beserta kedua kakaknya datang untuk menemaninya.

Jisung harus merelakan mimpi indahnya saat seorang dokter datang untuk memeriksa keadaannya. Lelaki tupai itu sedikit cemberut karena tidurnya yang terusik.

"Keadaanmu stabil. Dimana pendampingmu? " Dokter yang sudah terlihat berumur itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan.

"Appa sedang ada rapat penting dan hyungdeul masih ada latihan, " Jawab Jisung dengan nada yang sedikit ketus.

Dokter tersebut mengangguk paham.
"Kau tidak bosan hanya sendirian di kamar? Apa perlu ku kirimkan suster untuk menemanimu? "

"Tidak usah dok, saya hanya ingin beristirahat, "

"Baiklah, dan kalau boleh tau kapan kau mau menjalankan kemoterapi? "

Jisung menggedikkan bahunya dengan penuh keraguan.
"Saya tidak tau dok, mungkin nanti jika saya sudah siap, "

"Tenang saja kau pasti bisa sembuh, " Ucap Dokter itu sebelum ia meninggalkan ruangan Jisung untuk memeriksa pasien yang lainnya.

Seluruh rasa ngantuknya menguap sudah, perasaan gelisah menyelimuti hatinya. Bukankah dia masih terlalu muda untuk pulang ke rumah terakhirnya? Tapi ia sadar, dia bukannya seorang Tuhan yang bisa menentukan hidup atau matinya seseorang.

Jisung hanya bisa pasrah dan berdoa supaya Tuhan memberinya umur yang panjang. Ia masih ingin mewujudkan harapannya bertemu dengan sang ibu yang selalu ia dambakan kehadirannya.

Ia mengambil sebuah buku note yang selalu di pakainya untuk menulis lirik yang ia ciptakan selama ini. Berbeda dengan biasanya, ia tak menulis lirik pada note itu. Jisung menulis sebuah list hal yang ingin ia lakukan terakhir kali sebelum ia menghadap sang pencipta.

List hal yang ingin kulakukan sebelum menemui grandma:

1. Membuat appa bahagia tanpa uncle Jinyoung.
2. Bermain bersama member Stray kids.
3. Bertemu dengan ibu.
4. Berlibur bersama keluarga.
5. Makan bersama dengan keluarga yang lengkap.

Hanya Jisung membaca ulang semua tulisannya, ia tersenyum puas melihat list keinginannya. Tak terasa jarum jam sudah menunjukkan pukul 17.30 itu artinya kedua kakaknya sudah menyelesaikan latihannya.  Jisung segera menyembunyikan notenya di bantalnya setelah mendengar suara pintu terbuka.

"Hei tupai, bagaimana harimu? " Tanya Hyunjin yang berjalan menghampirinya, diikuti dengan Bangchan dan Changbin dibelakangnya.

Jisung memasang muka cemberutnya.
"Sangat tidak baik, sangat membosankan disini sendirian, "

Changbin mengusap lembut surai Jisung.
"Maafkan hyung ya, "

Melihat wajah Changbin yang kelelahan membuatnya mengurungkan niatnya untuk merengek kepada yang lebih tua. Jisung terlihat tertarik pada kresek yang ada di tangan Bangchan.

"Chanie hyung, itu makanan untuk Jisung kan, " Tanya Jisung dengan tatapan yang berharap.

Hyunjin menjitak pelan pucuk kepalanya.
"Hei! Bukannya kau sakit ya? Seharusnya itu kau tidak nafsu makan, "

[END]True Life -Skz Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang