09. Is it possible?

26 2 0
                                    

Ini adalah hari kesian untuk Alice yang selalu mendapati teror dari nomor yang tidak ia ketahui sama sekali siapa pemiliknya.

Disekolahpun ia selalu mendapat tatapan aneh dari sebagian siswa, yang sampai sekarang belum diketahui apa penyebabnya. Alice sendiri bingung kesalahan apa yang telah ia perbuat, hingga menyebabkan situasi yang tidak di inginkan seperti ini.

Bahkan. Alice pernah mendapati mawar busuk dan surat Ancaman didalam lokernya.

Malam ini Alice sedang bersama Jaemin, hanya sekedar mencari makan malam bersama, mereka tampak menikmati hidangan yang di suguhkan pelayan Cafe.

"Alice, sebentar ya Aku ke toilet" Pamit Jaemin, Alice hanya menjawab dengan anggukan kepala.

Saat Jaemin pergi ke-toilet, ponselnya bergetar terus menerus, dan ponselnya pun ditinggal di meja tempat mereka makan.

Awalnya Alice tidak berniat untuk melihatnya, ia hanya berfikir bagaimana jika pesan itu penting? Dari situ ia memutuskan untuk sekedar melihat nya lewat notif.

Line!
20 notifications for Lanie
Lanie
Kamu masi berani jalan sama dia ya Jaem?

Nickname pada pesan tersebut tidak asing bagi Alice. Setelah beberapa saat memikirkan nama tersebut akhirnya ia mengingat sesuatu.

"Ahh— Gak mungkin-gak mungkin"

"Apanya yang gak mungkin?" Ucap Jaemin tiba-tiba.

Ini hanya perasaan-nya saja atau memang orang yang sama?, tapi gak mungkin dia kan?, melihat bagaimana gadis itu seperti-nya tidak mungkin, dia sangat lugu dan manis untuk dicurigai. Tapi— ahh sudahlah, tidak seharus nya ini untuk terpikirkan.

Jaemin melambaikan tangannya tepat di hadapan Alice, namun gadis itu tak kunjung menyadari kehadirannya. Akhirnya jaemin menepuk-nepuk pipi Alice. "Alice, bengong ya?" Tanyanya.

"Na! Kebiasaan deh ngagetin" Jaemin menautkan kedua alisnya bingung.

"Loh? Aku dari tadi disini kamu bengong terus, kenapa? Apa yang gamungkin?"

"eum i-itu b-bukan apa-apa kok" Ucapnya terbata-bata.

"Yakin?"

"Heem, udah lanjut makan yuk"

Alice begitu menikmati setiap waktu yang ia jalani, karena ia paham bahwa waktu tidak dapat di ulang, bagaimanapun kondisinya ia harus tetap menikmati, setiap detik, setiap nafas yang masi dapat ia terima, beberapa aroma kehidupan luar yang mungkin nanti tak lagi ia dapat rasakan.

"Kaya anak kecil makannya belepotan" Katanya seraya dengan senyuman manis yang membuat kedua matanya ikut tersenyum, juga tangan yang membereskan ice cream yang mengotori sudut bibir Alice.

Pria itu yang selalu ia nanti, pria yang membawanya dalam ketenangan, kebahagiaan juga membawanya kedalam ketakutan. Bukan takut pria itu akan meninggalkan nya. Ia begitu takut jika harus meninggalkan pria itu, dan membiarkannya kehilanganku, untuk selamanya.

Ting (suara ponsel Alice)

'Ck. Nomor itu lagi. Mau apa si dia sebenarnya?' batinnya terus bertanya.

Alice tidak bodoh. Ia sangat paham apa yang diinginkan si peneror ini. Yak!! Dia menginginkan Na Jaemin, dia membenci yang terus bersama Na Jaemin.

Apa ini salah Alice? Mungkin memang sudah lama Alice membayangkan sosok Na Jaemin, tapi apa Alice terus mengejarnya? Jelas tidak. Semua terjadi begitu saja, Na Jaemin datang dan menawarkan dirinya untuk menjadi Pelita.

Bagaimana mungkin Alice membiarkan Pelita-nya dipadamkan oleh seseorang.


+82 3 XXXXX77
Online

woah enak ya...

Makan bareng, sampe di perhatiin gitu.

Silahkan bersenang-senang.

Tapi liat nanti

Lo siapa si?

Mau lo apa?

Lo gaperlu tau siapa gue.

Ups. Lo tau deh siapa gue.

dan sekarang gua ada tempat
yang sama dengan lo.




Setelah mendapati pesan tersebut, Alice menoleh ke kanan dan kiri, penasaran dengan siapa dia.

"Nyari siapa si?"

"—eum ngga kok na, na pulang yuk?"

***

"Gua toilet dulu ya. "

"Mau di temenin ga Lice?" Tanya Hana.

"Ngga usah, gua bisa sendiri kok."

Setelah itu Alice berlalu ke-toilet sendiri.

Ketika Alice tengah membasuh wajahnya, ia melihat Lanie berdiri sendu di belakangnya. Lantas Alice menghentikan Aktifitasnya, karena penasaran, Alice menghampiri Lanie yang masi diam berdiri di belakang sana.

"Lanie kan? Kok sedih kenapa dek?" Tanyanya ramah. Lanie yang ditanya menatap Alice, entah apa maksud tatapannya, terkesan marah, namun terlalu sendu.

"Ka Alice, eum....  Diaa... Jahat" Alice bingung apa yang di maksud oleh Lanie, karena ia memang tidak mengetahui arti terselubung dari kalimat yang dikatakan Lanie.

"Aku ga ngerti de, tapi kamu yang sabar ya" Katanya sambil mengusap lembut Pucuk kepala Lanie.

"Wanita Jahat" Katanya tiba-tiba.

Alice ragu untuk mendengarkan kalimat lain dari Lanie, Ia segera menyudahi obrolan nya.

"Hm. Y-yaudah a-aku tinggal ke kelas ya? Kamu jangan kelamaan bengong di kamar mandi." Alice tersenyum lalu meninggalkan Lanie Sendiri.

"CK. Wanita Iblis, Munafik, so polos" Desisnya.












"Ini sebentar lagi masuk anjir, Alice tidur kali ya di kamar mandi." Monolog Hana.

"Hm. Coba lo telpon aja chat han." Saran Bella teman sekelasnya.

"Udah dari tadi kali bel, dia ga nyalain data kaya nya deh, gua telpon juga ga di angkat, sumpah ya gua takut dia di bully si Adelin lagi." Hana masi mengutak-atik ponselnya, barang kali ada jawaban dari Alice.

"Atau mungkin dia lagi sama Jaemin."

Hana menjentikkan Jarinya di udara "Oh iya, gua ga kepikiran buat telpon Jaemin, —bentar gua telpon dulu." Katanya.

Ddrrrrtt

"Halo. Jaemin lu dimana?"

"Di kelas, napa si?"

"Alice lagi sama lu?"

"Ngga, kan tadi dia sama lu."

"Tadi dia ke toilet tapi gamau di temenin, sampe sekarang belum balik."

"Yaudah lu cek coba ke toilet, nanti gua nyusul"

Tut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lentera Kehidupan ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang