Semua murid berlarian mengumpul kelapangan, dan sebagiam murid memegang camera, riasan, smokebomb, speed dan semua mengeluarkan seragamnya."Sen, sini-sini gue belum dapet tanda dari lo".
Pemuda bernama Arsen menoleh dan tersenyum lebar.
"Taruh mana?".
"Sini, taruh lengan gue, cuma itu yang kosong".
"Etss... baju lo masih banyak yang kosong. Biar gue kasih tanda tangan lo ya".
Arsen menyodorkan bagian seragamnya.
"Udah, sekarang lo nilai satu sampai sepuluh bagusnya seberapa?". Ujar gadis didepannya dengan sangat percaya diri.
"Untuk ukuran Alvera Marsya, gue kasih sembilan". Jawab Arsen dengan terkekeh.
"Eh, Arrul mana?". Tanya Vera.
"Mungkin ya di-". Arsen belum menyelesaikan katanya sudah terlanjur terpotong dengan teriakan merdu milik temannya.
"Arsennnn, Veraaa. Gawat gawat". Arrul datang dengan nafas yang tergesa gesa.
"Napa lu, dikejar dinda?". Tanya Vera.
"Bu... kan" jawab Arrul masih dengan nafas tersenggal.
"Palingan dia ngambil pembalut Dania lagi". Jawab Arsen tanpa ekspresi, dan Arrul langsung melotot tidak terima.
"Gue dah tobat, anjing. Masa cowo seganteng gue main ama pembalut". Jawab Arrul dengan nafas normal.
"Eh.. sekarang lo dari sana sampe sini ngapain lari lari sambil teriak nama gue?". Kali ini Vera geram karna keponya ditingkat langit ketujuh.
"Nih, surat kelulusan kita".
"Dapet dari mana lo?". Vera curiga.
"Eh sialan, kan emang sekarang pembagiannya". Jawab Arrul tidak terima.
"Tapi nanti jam sebelas, kok lo dah dapet". Vera makin curiga dan Arsen hanya melongo.
"Biasa Ver, Arrul dari kecil dah kedidik untuk jadi maling". Arsen dan Vera tertawa menang.
"Sebarangan lo kalo bilang, gue kasih upil garing mau lo". Geram Arrul
"Kecilnya jadi maling besarnya jadi begal ya gak Sen". Vera tertawa terbahak bahak.
"Dah keliatan dari tampang". Lanjut Arsen disambut tonjokan Arrul.
"Sialan lo bangke. Kok punya temen kelakuan anjing yaallah, apa salah Arrul yaallah. Ampuni saya, dan masukan mereka ke jahanamu yaallah". Posisi Arrul menumpukan tangannya layaknya orang berdoa.
"Sialan, lo doain temen lo masuk neraka. Temen macem tai lo rul". Vera geram
"Udah lah, sebelum kita mati Ver. Arrul gue bunuh dulu". Vera dan Arsen tertawa menang dan tos dengan tangan digenggam.
"Gue rasanya pingin ambil mata dia, dari dulu mata keranjang". Kata Vera sambil menatap Arrul intens.
"Najis lo pada". Arrul benar benar jijik.
Tawa mereka reda.
"Sekarang mana suratnya". Vera langsung menarik dari tangan Arrul dan memberikan ke Arsen salah satu surat ber name tag Arsen.
"Kita buka barengan". Kata Arrul, semua mengangguk setuju. "Hitungan ketika buka sama sama". Lanjutnya
Jantung mereka terpaju cepat, rasanya Vera ingin mati jika dia tidak lulus, dan Arrul ingin menjedorkan wajahnya yang ganteng ke tembok jika dia lulus. Dan Arsen tetap tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARINA
RomanceSebuah tekad yang membuat kita memulai hubungan tanpa ujung. Dan semua berawal dari ketidak sengajaan. ~~ "Dingin. Itu sudut pandang saya tentang dia". Arsen Marharga. ~~ --HAPPY READING-- UPDATE SETIAP MINGGU