Arsen terbangun. Lalu mengecek ponselnya."Masih jam delapan, gue ada kelas masih nanti jam sebelas. Tidur lagi dah". Putus Arsen.
Arsen hampir terlelap tetapi bunyi bel apartemennya memenuhi gendang telinganya.
Arsen menggeram, "Siapa sih. Sialan banget, masih pagi juga". Arsen akhirnya berjalan menuruni tangga dan membuka pintu.
"Arsen".
Tiba tiba tubuh Arsen diterjang oleh pemilik suara.
"Jihan, ngapain lo". Lalu Arsen sadar kalo tubuh Jihan bergetar hebat. Arsen akhirnya diam dan membalas pelukan tersebut.
Tangan satunya mengambil kesempatan untuk menutup pintu lalu membawa tubuh Jihan masuk kedalan apartemennya.
"Jihan lo kenapa?". Kata Arsen mengurai pelukan Jihan dan merengkuh wajah Jihan.
"Gue bingung Sen". Kata Jihan sambil menangis.
Pasalnya Arsen tidak pernah melihat Jihan menangis sesedu ini.
"Coba cerita pelan pelan".
"Sean". Jawab Jihan singkat lalu kembali menangis.
Arsen bingung harus apa akhirnya Arsen pergi kedapur untuk mengambil air putih.
"Minum dulu sini".
Jihan meraih gelas itu dan meneguknya sampai habis.
"Kenapa sama Sean?". Tanya Arsen hati hati.
"Dia punya cewek lain. Bangsat tuh cowok". Kali ini Jihan tidak menangis, hanya saja dia terus mengomel dengan kata kata pedas. Arsen menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal.
"Maksud lo, dia selingkuh?".
"Iya lah. Lo kok jadi bego sih Sen".
Arsen ingin mengumpat tapi situasinya benar benar tidak mendukung.
"Yaudah putusin aja lan, kan lo juga cantik". Jawab Arsen enteng dan Jihan langsung mendelik tajam.
"Gak segampang itu bego. Lo kira pacaran selama empat tahun terus putus dan lupainnya gampang. Gue bukan manusia kaya lo". Sinis Jihan
Arsen benar benar ingin mengumpat dimuka jihan, tapi dia urungkan.
"Sialan emang, dia dateng keapartemen gue sambil nangis nangis. Marahnya ke Sean kenanya ke gue. Awas lo Sean". Batin Arsen mengelus dada.
"Jadi terus gimana?". Tanya Arsen
"Gimana apanya? Gue dah mutusin lah". Bentak Jihan.
"Bagus lah".
"Kok bagus".
"Artinya lo emang gak butuh cowok sampah kaya dia. Jihan lo itu cantik, bodi goals, kaya lagi. Tapi kaya an gue". Sempat sempatnya Arsen memuji diri sendiri, dan Jihan terkekeh pelan.
"Lalu sekarang gue harus relain gitu?". Arsen mengangguk mantap.
"Tapi kenapa semua orang yang gue sayang selalu pergi, orang tua gue juga gitu Sen. Apa gue gak pantes untuk ditemani ya Sen?". Jihan menangis lagi, dan Arsen memberikan pelukan hangat untuk Jihan.
"Lo salah, bukan semua orang. Buktinya gue masih sama lo. Lagian lo apa gak sayang gue?". Tanya Arsen tersenyum ramah.
"Lo bilang gini, sayang gue ke lo malah besar Sen. Jangan pergi ya Sen". Pinta Jihan kepada Arsen dan dirinya mengangguk.
"Gue udah anggep lo kayak adek gue. Masak gue tega ninggalin adek gue sih Han". Kata Arsen tersenyum merekah kepada Jihan.
"Jangan tinggalin gue ya". Seru Jihan lalu Arsen mengangguk, dan Jihan mencium pipi sebelah kiri Arsen. Dan Arsen tersenyum sekilas lalu memeluk Jihan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARINA
RomanceSebuah tekad yang membuat kita memulai hubungan tanpa ujung. Dan semua berawal dari ketidak sengajaan. ~~ "Dingin. Itu sudut pandang saya tentang dia". Arsen Marharga. ~~ --HAPPY READING-- UPDATE SETIAP MINGGU