DARINA--04. Party

22 11 7
                                    


Arsen masih melongoh pasal tadi, dirinya kesal setengah mati.
Lalu terdengar sapaan membuyarkan lamunanya.

Sen, kapan lo dateng?". Tanya junwoo.

"Sekitar lima belas menit".

"Yaudah ngapain lo diem sini? Ke lantai utama sana. Ya masa orang ganteng se-kampus ke tempat terpencil". Kekeh jun ji wook.

"Enggak, tadi gue liat cewek dia cantik".

"Mana ceweknya?".

"Langsung pergi, dan perkiraan gue dia punya cowok".

"Yaudah lah, yang punya cowo gak usah dipikir. Gue jamin Sen, cewek yang lo liat bakal kalah dengan cewe yang disana". Tunjuk Junwo kearah lantai utama. Junwo menunjuk wanita berpakaian minidress.

"Gak tertarik". Dengus Arsen.

"Ayo lah sen, dia andalah kita saat ini. Lo kan paling suka kalo liat body goals kaya gitu, coba kesana barang kali lo suka". Rayu Junwo, dan ayolah Arsen hanya menunjukan ekspresi malas.

Lalu Arsen menuju Lantai utama, dan dilantai utama ada wanita berpakaian mini dress, berwarna merah menyalan. Dalam penilaian awal Arsen, dia sangat cantik dan juga seksi terutama. Dia bernama Jane.

Tapi Arsen tidak tertarik, tidak ada yang menandingi kecantikan Fania tentunya.

"Hai Jane".

"Hai". Sapa Jane lalu Jane melirik Arsen, lalu junwo sadar.

"Oh iya, dia Arsen yang waktu itu gue bilang. Ganteng kan". Kata Junwo dan Arsen menyerngit.

"Penilaianmu sungguh tajam Juji". Puji Jane pada Junwoo.

"Hai, gue Jane".

"Arsen". Jawab Arsen singkat. Arsen tau betul tatapan Jane kepada dirinya itu menunjukan ketertarikan.

"Okay, gue tinggal dulu, kalian bisa saling kenal ya". Kata Junwo lalu pergi dan mengedipkan sebelah mata kepada Jane, ini semua rencana mereka.

"Seperti rumor, lo emang ganteng ya". Rayu Jane.

"Ya, gue tau. Gue emang ganteng". Sikap percaya diri Arsen memarik perhatian Jane, jane tersenyum merekah.

"Kayaknya lo bukan Asli Jerman". Kata Jane lalu mengajak Arsen duduk dimeja kecil.

"Gue dari Indonesia". Jawab Arsen lalu merogoh ponselnya dan berkutik dengan ponselnya. Jane merasa terabaikan.

Lalu jane duduk disebalah Arsen dan menyentuh pundak Arsen, Arsen melirik tangan itu dan memandangi pemiliknya.

"Sepertinya lo juga bukan Asli Indonesia".

Arsen mendengus sebal. Dia benar benar risih. Tapi Arsen juga tidak naif, dia juga laki laki normal. Arsen memang tergoda dengan keelokan tubuh Jane tapi Arsen merasa Jane terlalu Agresif, jadi dirinya sedikit risih.

"Gue blaster".

"Pantas saja. Um, lo mau nomerku?". Tanya Jane sambil tersenyum genit.

DARINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang