2. Menyentuh

205 10 0
                                    

Sore ini hujan turun sangat deras, aku terus melanjutkan langkahku menuju club tempatku bekerja. Mengeratkan jaket lusuh yang setiap hari aku gunakan berharap bisa menghalau dingin di kulitku.

Aku berjalan pelan setelah turun dari pemberhentian bus, sesekali aku melompati genangan yang menghalangi jalanku. Tinggal beberapa meter aku sampai di pintu club pandanganku disambut dengan sosok yang tergeletak di pintu belakang club.

Aku mendekati tubuh itu perlahan, berlutut di hadapannya. Aku belum bisa melihat wajahnya yang menunduk. Aku tersadar jika orang ini memakai seragam polisi tanpa menunggu lama aku segera mengarahkan pandanganku pada dadanya untuk mengetahui identitas orang ini. 

"Nata Mahendra" Itulah yang tertulis di sana. Melihat nama Nata pikiranku mulai tertuju pada Nata yang aku kagumi dalam diam.

Kuangkat wajahnya yang menunduk, benar saja pria ini adalah Nata yang aku kenal. Bibirnya sudah membiru karena menggigil kedinginan. 

Aku segera memanggil orang-orang untuk membantu membawa Nata masuk ke dalam, Pada akhirnya aku dibantu oleh pelayan kepercayaan Kak Bella.

Kami membaringkan Nata di ranjang yang ada di ruangan Kak Bella, pelayan kepercayaan Kak Bella menyuruhku untuk menyeka Nata sedangkan dirinya akan menghubungi Kak Bella.

Aku mengambil beberapa Handuk untuk mengelap wajah dan juga rambutnya. Aku tidak berani untuk membuka baju Nata. Aku merasa itu bukan wewenangku. 

Aku menyelemuti tubuh Nata dengan selimut meski masih dalam keadaan baju yang basah, aku mengelap wajah Nata pelan. Mengusap rambutnya dengan berlutut di sampingnya.

Aku mendengar rintihannya dan kepalanya yang di gerakkan dengan tidak nyaman, melihat hal itu aku secara spontan memegang pipinya dan mengelusnya menggunakan ibu jariku.

Ternyata hal itu membuat Nata membuka sedikit matanya, memandangku sebentar lalu kemudian terpejam kembali. Melihatnya yang sudah kembali tenang dalam tidurnya aku menarik taganku dari wajahnya.

Aku menarik pelan tanganku, tapi belum 1 cm tanganku berjarak dari wajahnya suara dari Nata membuatku kembali menyentuh pipinya.

"Tanganmu, tetaplah di sini." Meski sempat menegang mendengar perkataannya, aku berusaha untuk menormalkan kembali keteganganku.

"Rileks ros, mungkin Nata menganggapmu sebagai Kak Bella" Aku mengucapkannya dalam hati, untuk tidak membiarkan perasaanku terbuai dengan berandai-andai.

Aku bisa melihat dengan jelas alis tebal, hidung mancung, rahang tegas dan bibir tebal milik Nata  dengan sangat dekat bahkan aku bisa menyentuhnya.

Saat ini tanganku dengan lancang mengelus wajah Nata dengan ibu jariku mulai dari alis dan terus berlanjut sampai bibir Nata.

Kegiatanku terhenti saat mendengar suara pintu di buka secara kasar menampilkan sosok Kak Bella yang berjalan cepat ke arah ranjang. Aku dengan cepat menarik tanganku dan segera berdiri menyambut kehadiran Kak Bella.

Kak Bella langsung duduk di tepi ranjang samping Nata menempelkan tangannya di dahi Nata, aku kini melihat Nata memandang Kak Bella dengan mencoba menampilkan senyumnya.

"Apa yang membuatmu mabuk dan berakhir menyedihkan seperti ini,hemm?" Itu adalah pertanyaan kak Bella untuk Nata.

Aku tidak ingin mengganggu mereka memutuskan untuk segera keluar dari kamar tersebut, tapi sebelum itu aku mendengar Kak Bella memanggilku.

"Ros, bisa bantu aku mengambilkan baju di lemari itu? Bagian atas sendiri." Aku melihat Kak Bella menunjuk ke arah lemari yang ada di pojok ruangan.

Aku menganggukkan kepalaku kaku, aku terkejut mengetahui hubungan mereka ternyata sudah sangat jauh melihat Kak Bella juga menyimpan baju milik Nata di ruang pribadinya.

Aku mengambil baju milik Nata dengan tangan bergetar, terlebih lagi setelah melihat Kak Bella tengah melepas kancing baju Nata dengan perlahan.

Aku tahu tujuan Kak Bella agar Nata bisa lebih nyaman tetapi melihat mereka tidak canggung melakukannya semakin meremukkan hatiku karena menyadari jika mereka sudah sering melakukannya.

"Bisa minta tolong lagi untuk mengambilkan coklat hangat Ros?" Lagi dan lagi aku hanya bisa menganggukkan kepalaku sebagai jawaban.

Aku melangkah keluar meninggalkan mereka berdua, setelah menutup pintu kamar mereka tidak terasa air mataku menetes tanpa kusadari.

Aku tertegun mengetahui fakta tentang diriku yang tidak aku sadari kerena awalnya aku menganggap remeh perasaanku pada Nata tapi ternyata hatiku sudah terlalu dalam jatuh hati padanya. Aku menghapus air mataku dengan cepat sebelum ada yang melihat hal ini.

Dengan memguatkan hati aku mengetuk pintu namun tidak aku dapatkan jawaban, aku sempat ragu untuk tetap membuka atau kembali saja. Tapi mengingat bibir biru milik Nata membuatku dengan nekat membuka pintu tanpa menunggu jawaban.

Aku menyesali kebodohanku, tidak menyadari mungkin saja ketukanku tidak di jawab karena mereka tidak mendengarnya karena terlalu asik dengan dunia mereka.

Aku dengan penyesalanku hanya bisa berdiri mematung dan mencengkram nampan dengan erat melihat pemandangan di hadapanku, aku melihat bibir Kak Bella dan Nata saling bertemu. Aku ingin melangkah pergi ataupun berbalik tetapi badanku kaku tidak mau di gerakkan.

Hingga mata Nata terbuka meski masih sibuk dengan menyecap Bibir kak Bella, Nata melepaskan pagutannya dengan Kak Bella. Sedangkan matanya kini tengah mamandangku.

Aku bisa melihat nafas mereka terengah-engah setelah melepaskan bibir mereka, meski begitu pandangan Nata masih menatapku membutku juga terus menatap matanya. Rasanya pandangan matanya mengunci mataku untuk tidak menatap objek lain.

Aku memutuskan pandangan mataku dari Nata setelah menangkap pergerakan Kak Bella melalui ekor mataku kini tengah memandangku. Aku segera melangkah mendekati meja yang ada di depan ranjang, meletakkan coklat panas.

"Ini coklat panasnya Kak, saya permisi." Aku tersenyum kecut ketika aku bisa melihat jika kini Kak Bella tengah tersenyum malu dengan semburat merah di pipi miliknya.

Aku segera melangkah pergi dari ruangan terkutuk ini. Sebelum menutup pintu ruangan ini aku bisa meliahat Kak Bella bersandar pada dada bidang milik Nata. Sedangkan Nata bersandar pada kepala ranjang. 


***"***

To  be Continued....

Selamat membaca untuk kalian yang tidak sengaja baca cerita ini

Terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk membacanya

Rose for NataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang