7. Identitas Baru

228 15 1
                                    

Sesampainya mereka di rumah kepala polisi, mereka berdua kini berada dalam satu ruangan yang ada pada rumah besar ini. menanti sang pemilik rumah dengan tenang.

Hingga suara pintu yang dibuka membuat mereka mengarahkan pandangannya menuju sumber suara.

Di sana terlihat sosok pria dewasa dengan kisaran umur sekitar 50 tahun meski begitu masih memancarkan aura tegas, selain itu fisiknya masih terllihat bugar. 

Nata yang melihat kepala polisi segara mengambil sikap tegak dan memberikan hormat kepada kepala polisi yang hanya dibalas dengan anggukan dengan senyum tipis, barulah Nata menurunkan tangannya.

Kepala polisi berjalan dan mendudukkan diri di sebuah kursi yang di depannya terdapat meja yang di atasnya terdapat tumpukan kertas.

Sedangkan gadis yang ada di ruangan itu hanya bisa terus mengedarkan pandangannya mengikuti pergerakan kepala polisi. Kedua gadis ini juga saling meremas untuk menyalurkan rasa gugup dan takut yang kini dirasakannya. 

"Jadi, ada apa sehingga nona ingin menemuiku?" Suara bas dan juga berat dikeluarkan oleh kepala polisi yang menatap tajam ke arah sang gadis. 

Wanita ini dengan perlahan melangkah mendekati tempat kepala polisi duduk, foto yang sedari tadi ia pegang ia serahkan kepada kepala polisi. Tidak ada kalimat penjelasan yang disebutkan oleh gadis ini. Wanita ini masih berdiam menunggu respon yang akan ditampilkan oleh kepala polisi. 

Kepala polisi mengambil foto yang diserahkan oleh gadis di depannya, kepala polisi megambil kaca matanya untuk membantunya melihat dengan lebih jelas. Apalagi keadaan foto itu sudah sedikit lusuh.

Setelah melihat foto yang diberikan gadis itu dengan teliti, Kepala Polisi menampilkan keterkejutan di wajahnya. Hanya sebentar karena sedetik kemudian ekpresi yang ditunjukkan kembali menjadi biasa saja, kemudian Kepala Polisi kembali memandang wajah gadis di depannya. 

"Bisa anda jelaskan kenapa nona memberikan foto ini kepada saya?"

"Bolehkah saya memastikan sesuatu lebih dulu kepada Anda?" Ditatap dengan intens sang gadis merasa ketakutan, namun dia mencoba untuk tetap besikap biasa saat dirinya mengeluarkan suaranya untuk bertanya. 

"Tentu saja." 

"Apakah anda mengenal wanita yang ada di foto tersebut?"

Pertanyaan sang gadis membuat kepala polisi terkekeh pelan, meski kekehannya lebih mengarah meremehkan.

"Apakah nona mendatangi saya ketika anda sendiri belum yakin dengan....."

Gadis ini memotong ucapan kepala polisi "Tentu saja saya sudah yakin, karena saya memiliki narasumber yang sangat terpercaya." Jangan tanyakan bagaimana detak jantungnya karena gadis ini khawatir jantungnya akan meledak karena berdetak begitu cepat.

Ternyata ucapan sang gadis membuat kepala polisi bereaksi terlalu berlebihan, karena sekarang moncong dingin senjata api dapat dirasakan sang gadis menempel di pelipisnya. 

Bukan Kepala polisi yang mengarahkannya tetapi Natalah yang melakukannya, Gadis ini sendiri juga tidak tahu kapan Kepala Polisi memberikan perintahnya karena dia hanya melihat Kepala Polisi menganggukkan kepalanya sebelum Nata menodongnya.

Gadis ini menolehkan kepalanya untuk menatap kepada Nata yang sedang  menodongkan senjata ke kepalanya. Hal itu membuat Nata menegang saat mata gadis di depannya sangat mirip dengan sorot mata yang di pancarkan oleh Oksana Roseline. Wanita yang menghilang di hadapannya yang belum juga bisa dia temukan keberadaannya.

Gadis ini tersenyum dengan perlahan memutar kepalanya untuk menatap kepala polisi kembali. "Baik bantu aku menemui ibuku lebih cepat, untuk mengatakan kepadanya jika yang mengambil nyawa putrinya juga orang yang sama membuangnya 23 tahun lalu" 

Gadis ini bisa melihat jika lelaki dewasa di depannya terkejut namun lelaki tersebut berhasil menormalkan ekpresinya dalam sekejap mata.

"Saya tidak suka bertele-tele, sekarang katakan kepada saya sebenarnya siapa dirimu dan apa hubunganmu dengan Margaret?" 

"Nama saya Nailazara Omkara, saya adalah anak kecil yang ada di foto tersebut dan wanita dewasa di foto itu adalah ibunda kandung saya."

Gadis ini bisa melihat jika tubuh pria dewasa di depannya menegang setelah mendengarkan ucapannya.

"Lalu? hubungan dengan saya?"

"Saya rasa saya tidak perlu menjelaskan sesuatu yang sangat anda pahami." 

"Apa maumu sebenarnya?" 

Gadis ini hanya tersenyum, "Tidak ada, aku hanya ingin memastikan jika aku manusia dan bukan bahan percobaan ilmiah."

"Apa maksudmu?" 

"Ayah.. setidaknya Aku ingin membuktikan jika aku juga memilikinya sama seperti mereka."

"Jangan membohongiku, kau fikir hanya dengan foto yang kau bawa bisa membuatku terperangkap dengan kebohonganmu." 

"Aku tidak sedang mencoba membuat Anda percaya, saya hanya ingin meyakinkan diri saya sendiri tentang kebenaran identitas saya, dan juga mengetakan kepada Anda jika Anda telah kehilangan seorang wanita yang sangat mencintai anda dengan tulus untuk selama-lamanya"

Kepala polisi menegang, tentu saja dia tahu siapa yang di maksud oleh gadis di depannya. Karena untuk kedua kalinya dia mendengar kalimat yang hampir sama. Jika dulu saat dia mencampakan kekasihnya sang kekasih mengatakan dengan suara lantang.

"Baik, jika itu maumu. Tapi kau akan menyesalinya karena wanita yang mencintaimu dengan tulus ini akan menghilang selama-lamanya darimu bersama anak yang sedang di kandungnya."

Ucapan gadis di depannya yang secara tidak langsung membuat kepala polisi sadar jika gadis ini adalah anaknya tetapi dia juga tidak bisa langsung mempercayainya.

"Mari lakukan tes DNA jika kau benar anakku dengan Margareta aku akan menebus kesalahanku." 

"Tidak perlu, saya tidak perlu pengakuan anda."

Entah mengapa melihat keberanian gadis di sampingnya beradu argumen dengannya  mengingatkan dirinya kepada sosok Margaretanya dulu, benarkah gadis di depannya adalah buah cintanya bersama dengan Margaret.

FIkirannya yang sempat kehilangan fokus di tarik paksa oleh gadis di depannya, dilihatnya gadis di depannya membuka kancing baju yang dipakai.

Hanya tiga kancing teratasnya, yang kemudian gadis ini menurunkan kerahnya hingga membuat bagian lengan teratas sebelah kirinya terlihat.

Disana terdapat sebuah luka seperti luka bakar yang lumayan lebar, mirip dengan milik Margareta.

Gadis tersebut membuka kembali suaranya "Bukankah anda tidak asing dengan bekas luka yang ada, ah bukan bekas luka tetapi penyakit kulit yang saya dapat dari ibunda saya." 

Melihat hal itu kepala polisi mendekati gadis tersebut dan memeluknya, dengan air mata yang mengalir pada kedua pipinya.

Bisikan perminta maaf di kumandangkan oleh kepala polisi kepada anak gadisnya yang selama ini tidak pernah ia rengkuh dalam pelukannya.

***"***

To be continued..... 


Rose for NataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang