6. Kembali

164 11 0
                                    

Sudah 1 tahun sejak kejadian menghilangnya gadis bernama Oksana Roseline namun Nata tidak kunjung mengetahui keadaan gadis itu. 

Meski Nata sudah berhasil mengetahui dalang dan juga motif dari kejadian tersebut namun keadaan gadis itu tidak juga ia dapatkan.

Bella juga beberapa kali mendesak Nata untuk segera mencari keberadaan Rose karena Bella merasa bersalah, karenanya gadis itu harus mengalami kejadian ini.

Bella juga beberapa kali mengirimkan barang-barang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari kepada kedua orang tua Rose untuk menebus dan mengurangi beban di hatinya.

Untuk mendapat kepercayaan dari kepala polisi Nata juga sudah menangkap salah satu orang yang menjadi anggota kelompok tersebut.

Nata menyiksa berusaha mengorek informasi tapi tentu saja orang yang di tangkap memilih di siksa sampai mati dari pada menghianati kelompoknya.

Pada akhirnya penyelidikan atas hilangnya Oksana Roseline hanya dilakukan apabila memungkinkan, karena tentu saja keberadaan seorang Oksana Roseline tidak begitu penting. Bisa saja Oksana Roseline akan dilupakan.

***

Seorang gadis turun dari sebuah mobil, berjalan menuju sebuah rumah yang sudah lama tidak dilihatnya.

Gadis itu bersembunyi dari balik pohon mengamati rumah itu dari jauh, tidak ada niatan dari gadis itu untuk mendekat.

Tidak terasa satu tetes air mata meluncur di pipinya, segera ia hapus air mata itu. Gadis itu berjalan meninggalkan persembunyiannya. 

Tapi langkahnya terhenti untuk sesaat ketika dia melihat dua orang yang dikenalnya berhenti di depan rumah tersebut dengan membawa sesuatu di tangannya.

Gadis itu tersenyum dan bergegas meninggalkan persembunyiannya sebelum orang lain melihat dirinya. 

***

"Datanglah ke kantor polisi, katakan seperti apa yang sudah kita rencanakan sebelumnya dan juga jangan lupa bawa foto yang aku serahkan kepadmu sebelumnya"

Gadis ini teringat dengan percakapan yang dilakukannya di telephone yang dia lakukan sebelum berdiri di depan kantor polisi seperti saat ini. 

Gadis ini mengumpulkan keberaniannya dan berjalan memasuki kantor polisi, dia disambut dengan polisi yang sedang bertugas seperti resepsionis yang bertanya apa kepentingannya dan juga identitas gadis ini.

"Ada yang bisa saya bantu nona?" tanya polisi yang bertugas dengan sopan

"Saya ingin bertemu dengan kepala polisi? Apakah beliau ada di dalam?"

"Apakah nona sudah memiliki janji sebelumnya?"

"Belum, tapi bisakah saya bertemu dengan beliau?"

"Kami mohon maaf nona, sebaiknya nona membuat janji temu lebih dulu."

"Katakan kepada beliau aku anak dari Margareta Purbasari"

Aku melihat polisi di depanku ini menghubungi sesorang, aku mendengarnya mengatakan apa yang aku katakan padanya tadi.

Setelah menutup telephonenya polisi tersebut menyuruhku duduk di kursi tunggu yang ada di sebelah kirinya.

"Kepala polisi sedang ada urusan di luar, nona silahkan menunggunya dan duduk di sana."

Gadis tersebut hanya menganggukkan kepalanya dan berjalan untuk duduk di kursi tunggu yang telah di sediakan.

Gadis itu duduk dengan tenang sambil memandangi foto yang dia pegang. 

"Dimana gadis yang meminta bertemu dengan kepala polisi?" Gadis ini menegang mendengar suara yang tidak asing di telinganya.

Jantungnya semakin berdetak dengan sangat keras saat mendengar suara langkah kaki yang semakin lama semakin mendekat ke arahnya.

"Permisi nona, saya Nata Mahendra. Saya mendapat tugas dari kepala polisi untuk menjemput anda dan mengantarkan anda ke tempat kepala polisi berada." 

Gadis ini masih diam karena kini jantungnya berdetak dengan sangat keras sulit baginya untuk mengendallikannya. 

"Dia tidak akan mengenalimu"

"Kamu sangat berbeda dengan kamu yang dulu."

"Jangan bodoh, kamu siapa hingga akan diingat oleh Nata Mahendra"

"Tenanglah, Nata tidak akan mengenalimu. Kau hanya perlu bersikap tenang."

Kalimat-kalimat itulah yang gadis itu ucapkan dalam hatinya untuk memberinya kekuatan dan kepercayaan dirinya yang hilang semenjak kedatangan pria itu. 

Dengan perlahan dia mengangkat kepalanya dan menemukan wajah dari seorang Nata Mahendra tengah menunduk menatapnya.

Keduanya sempat terdiam beberapa saat, sebelum sang gadis berdehem pelan. 

"Kemana saya akan di bawa?" Gadis ini berusaha mengontrol suaranya agar tak terdengar bergetar.

Nata mencoba mengontrol ekspresinya yang sempat terkejut dengan sosok yang kini berada di hadapannya.

"Kepala polisi meminta saya untuk megantar nona ke kediaman kepala polisi, mari ikut saya."

Nata berjalan lebih dulu diikuti dengan gadis ini yang berjalan di belakangnya, mereka berdua memasuki mobil dan duduk di bangku penumpang. 

Tidak ada percakapan yang terjadi antara keduanya, Nata memikirkan beberapa kemungkinan jika gadis di sampingnya ini adalah gadis yang sama dengan gadis yang selama ini ia cari.

Akan tetapi Nata juga sedikit ragu jika wanita yang duduk di hadapannya adalah wanita itu, karena meski mereka terlihat mirip tetapi mereka juga terlihat berbeda.

Wanita yang di carinya dulu memiliki kulit yang kecolatan, dengan pipi sedikit tirus sedangkan wanita di sampingnya ini memiliki kulit seputih susu dan juga pipi yang sedikit berisi.

Gadis yang ada di samping nata tengah meremas tangannya untuk meredakan rasa gugupnya, gadis ini takut pria di sampingnya mengenali dirinya. 

Tapi dilihat dari lelaki di sampingnya yang hanya diam saja, gadis ini mencoba berpikiran positif bahwa lelaki di sampingnya tidak mengenali dirinya.

Gadis ini berusaha menjaga mataya agar terus menatap lurus kedepan dan tidak mencuri pandang pada laki-laki di sampingnya.

Karena sedari tadi matanya terus saja berusaha untuk menghianati pikirannya dengan mencoba melirik laki-laki yang duduk di sampingnya.

***"***

To be Continued...

Untuk kalian yang tidak sengaja membaca cerita ini dan yang menyempatkan membaca cerita ini, saya ucapkan terima kasih banyak 

Rose for NataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang