"Kalau begitu aku pergi dulu. Masih ada banyak urusan yang harus ku selesaikan secepatnya agar tidak dimarah oleh guru dan aku merasa aman juga terhindar dari semprotannya" alasan Tanjirou
"Yasudah silahkan pergi. Bawel" kata Zenitsu
Keberadaan Tanjirou seakan mengubah segala pemikiran Zenitsu yang membuatnya sedikit lebih tenang, dan sekarang kepergian Tanjirou pun telah mengembalikan keadaan Zenitsu seperti semula. Mental Zenitsu kembali lemah tanpa adanya seorang pelindung.
Sejauh ini hanya Tanjirou yang mau berbaur dengannya. Disamping itu, Tanjirou memang pekerja keras; ia selalu sibuk dengan tujuannya, bahkan lebih penting daripada Zenitsu.
"Hati-hati Tanjirou" Zenitsu tersenyum
"Arrgh jangan seperti itu! Semakin memelas, wajahmu terlihat culun"
"Hmm..baik!"
Layaknya seorang saudara, Tanjirou nekat memukul kepala Zenitsu disertai aura candaan. Tawanya memberikan kehangatan tertentu bagi hati Zenitsu. Tanpa hubungan darah, tapi Tanjirou dapat mengikat batin terhadap siapapun, sehingga orang-orang merasa nyaman dan dekat kepadanya.
"Maafkan aku ya Zenitsu. Terima kasih banyak"
"Oi! Atas dasar apa kau mengucapkan terimakasih untukku?" Tanya Zenistu heran
"Kau memberikanku pengalaman terhebat!"
Aneh. Otaknya masih kesusahan dalam mencerna kata-kata Tanjirou barusan. Tak lama kemudian, jangkauan Tanjirou sudah sangat jauh dari Zenitsu.
"Dia biasa sekali selalu membuatku berpikir keras"
Mohon perhatian, jurusan ilmu pedang dan ketahanan akan berakhir dalam 60 menit lagi.
APA?! 60 MENIT?!
Zenitsu baru menyadarinya bahwa ternyata ia memang datang terlambat ke sekolah. Akibat dari kehadiran Tanjirou dan berita itu sudah melepas ingatan di dalam pikiran Zenitsu akan hal tujuan utamanya. Sementara jam pelajaran pada jurusan peminatan Zenitsu itu selama 120 menit. Butuh waktu yang lama untuk menuju ke kelas, apalagi salah satu kaki Zenitsu cacat. Nasib memang tidak pernah berpihak kepada Zenitsu.
[Di dalam gedung agak gelap]
Walaupun hampir menangis, Zenitsu bersikeras untuk masuk ke kelas dengan memaksakan langkahnya. Sebenarnya jika berjalan cepat, kondisi kaki Zenitsu bisa semakin parah. Alhasil, yang ada di dalam pikiran Zenitsu sekarang hanyalah bagaimana cara dirinya agar hadir sebelum jam pelajaran.
"Aku harus bisa! Harus bisa!!"
Kunci utama sekolah adalah mengejar ilmu, mencapai impian, dan mencari kebanggaan. Itulah prinsip Zenitsu. Bahkan sampai kakinya putus sekalipun Zenitsu tidak akan pernah berhenti untuk mendapatkan ilmu sebanyak-banyaknya. Zenitsu lebih memilih cara menangis demi menenangkan hatinya.
TAKKK!!
SIALAN. Kenapa semesta selalu mengombang-ambingkan hati Zenitsu? Selalu saja ada halangan setiap kali Zenitsu ingin mencapai sesuatu. Kebetulan dalam keadaan terdesak, tongkat Zenitsu baru patah. Menyebalkan.
Kini Zenitsu kembali terjatuh di dalam kelemahan. Seperti biasa, siswa-siswa yang berjumpa dengannya hanya menertawai Zenitsu tanpa ada rasa belas kasihan atau menolongnya. Mereka seperti iblis yang berlalu lalang. Mereka tidak punya hati.
Tiba-tiba...
Kedua bola mata emas Zenitsu terbuka lebar ketika ia mendapati salah satu tangan berkulit putih sedang mengulur kearahnya; kuku pada tangan orang itu panjang dan tajam dengan warna gradasi merah. Sebenarnya Zenitsu agak ragu untuk menerima uluran tersebut. Mungkin teknik ini digunakan sebagai bentuk pembullyan terhadapnya lagi.
"Aku bisa bangun sendiri" jawab Zenitsu hendak berusaha berdiri.
Aarrgghh
Ukuran orang itu lebih pendek dari Zenitsu dan ia mampu menangkap badan Zenitsu yang hampir terjatuh. Bahu Zenistu telah ditahan oleh kedua tangan orang yang mengenakan kimono linen berpola daun dan seledang kotak-kotak tersebut. Tanpa sepatah kata, orang itu langsung merangkul tangan kanan Zenitsu di pundaknya.
Dia gadis yang menolongku dari si babiq itu ya? Batin Zenitsu heran.
Gaya rambut pada gadis itu setengah curly sampai ke panggul. Membuat wajahnya terhalangi. Sejurus pandangan Zenitsu telah menyorot sebatang bambu hijau pada bagian mulutnya dengan tali berwarna merah sebagai pengikat.
Hal ini tentu saja mengundang pertanyaan di dalam benak Zenitsu. Saking penasarannya, Zenitsu kembali mengalihkan pandangannya ke arah wajah sang gadis yang hampir terlihat. Tanpa menyerah, Zenitsu semakin medekati wajahnya. Mata Zenitsu semakin fokus demi memastikan identitas gadis yang menolongnya waktu itu.
Ketika gadis itu membalas tatapan Zenitsu dengan menatapnya balik, pancaran matanya seketika memikat hati Zenitsu. Sontak wajah Zenitsu langsung berpaling. Kenapa setelahnya jantung Zenitsu baru bereaksi? Detakan di dadanya bekerja tak karauan, berguncang. Sekujur badan Zenistu kian ikut bergetar.
"???" Gadis itu menggeleng bingung
"A..a...a..a..a.."
Kegugupannya telah menahan Zenitsu untuk berbicara. Padahal ia ingin sekali berinteraksi terhadapnya, namun Zenitsu nampak malu.
Ya mata besar berwarna merah muda dari gadis itu akan menjadi kenangan di pikiran Zenitsu. Pancaran mata itu juga berhasil menaruh sejuta harapan untuk hati Zenitsu. Misalkan ada seorang laki-laki apabila berhasil memiliki gadis itu pasti sangat beruntung. Kira-kira, apakah dia sudah berstatus pacaran? Pikir Zenitsu masih tergila-gila oleh seputar pertanyaan tentang gadis itu.
"Hai, namamu siapa? Aku pernah melihatmu sebelumnya" Zenitsu memecah kecanggungan.
Tak bersuara, gadis itu hanya merespon Zenitsu dengan senyuman hangat. Mungkin ada sesuatu dibalik bambu di mulutnya. Baiklah, Zenitsu tidak memaksakan dia berbicara dulu. Apapun keputusan gadis itu, Zenitsu ikuti.
"Aku Zenitsu. Kau pasti tau sifat asliku kan? Hehehe"
"???" Lagi-lagi Gadis itu kebingungan sembari menunjukkan ekspresi menggeleng.
"Eh tapi benar lho. Wajahmu mirip sekali dengan seorang gadis yang sempat menghilang beberapa minggu lalu. Apa ini kau?"
Tetap tidak merespon dengan sepatah kata. Gadis itu kembali melepas senyuman sambil memejamkan kedua matanya. Sontak menambah situasi kecanggungan antara mereka.
Sekian beberapa detik sepi..
ASTAGAA!! AKU LUPA LAGI!
Tiba-tiba Zenitsu menjerit.
"Hei, apa kau bisa membawaku ke ruangan XII? Disana ada jurusan ilmu pedang dan aku ingin segera kesana karena sudah terlambat. Tolong aku ya?" Pinta Zenitsu
Gadis itu mengangguk. Seketika itu juga langkah si gadis berhaori hitam itu berubah drastis— lebih cepat dari yang sebelumnya.
Zeeb Zeeb...
"Wuaaaaa kecepatannya bertambah.. huaaaaaa!!" Seru Zenitsu
WOII JANGAN MEMBUATKU KETAKUTAN!
TBC
Hai terimakasih yang sudah mau mampir. Ikuti terus ya alurnya biar lebih dimengerti 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Zenitsu X Nezuko Story [TAMAT]✔
FanfictionMenjadi seorang yang lemah tidaklah mudah bagi seorang remaja berambut kuning mengembang seperti dandelion. Dia dikenal sebagai Zenitsu Agatsuma. Tiada hari-hari yang dilewatinya tanpa masalah, mulai dari keluarganya selalu memaksa Zenitsu untuk lat...