21. Datangnya Kedamaian

449 36 15
                                    

Daya tahan tubuh Inosuke yang melemah menyebabkan ia tersungkur secara mudah di depan Zenitsu dan Nezuko.

"Inosukeee!!" Panggil Zenitsu sekali lagi

Beberapa langkah usai berlarian, ditambah oleh tenaga yang maksimal, Aoi sampai dan langsung berlutut di hadapan Inosuke.

"Anata...Anataaa" tangis Aoi

"Aoi.." sahut Inosuke lemas

"Hahahaha. Dasar Agatsuma Zenitsu. Hidupmu memang tidak berguna ya. Dari dulu kau selalu mendapat perlindungan dari orang-orang terdekatmu. Beruntung sekali" ledek Douma

"Jangan berbicara lagi!!" Sabito membela

"Berisik!"

Douma berhasil menjauhkan Sabito dengan cara menusuk perut Sabito, kemudian menjatuhkan Sabito.

"Kau ketahui saja sendiri Zenitsu. Ibumu mati karena melindungimu, sekarang kondisi temanmu itu sudah tidak menjamin akibat melindungimu, dan ayahmu rela lho menjadi iblis supaya aku tidak menjadikanmu iblis. Selain mereka, pasti ada saja orang-orang yang telah mempertaruhkan nyawanya demi kamu kan?"

"Ayah...jadi...dia–"

"Kau bahkan tega membiarkan mereka menderita! Akibat kelemahanmu lah, kau tidak bisa berusaha untuk membalas budi perbuatan mereka saat melindungimu!" Bentak Douma memotong pembicaraan Zenitsu

Ada kalanya perkataan Douma benar dan sesuai dengan argumen Zenitsu sejauh ini. Remaja berambut dandelion kuning ini sadar, betapa lemahnya dia dihadapan semua orang. Masing-masing dari mereka pun memberikan tanggapan. Ada yang menguncilkan dirinya, ada juga yang berusaha untuk dirinya.

Namun dari segala perbuatan mereka untuk Zenitsu sama sekali tidak memberikan kepastian bagi hatinya. Perasaan Zenitsu bercampur aduk antara bahagia dan sedih jika harus mendapatkan seorang teman sejati. Sedihnya saat mereka berusaha untuk mengorban nyawa demi dirinya dan senangnya berkat mereka, Zenitsu merasa diberikan kepercayaan.

Hati Zenitsu terombang-ambingkan. Ia menjadi sangat dilema akibat termakan oleh omongan Douma tadi. Hingga merasang pikirannya, Zenitsu ingin menyerah.

"Aku..aku.."

Zenitsu berkeringat dingin. Kedua telapak tangan Zenitsu menepi pelipisnya.

PLAK!

Cepat angkat pedangmu lagi! Dan habisi aku!

Entah kenapa bisa? Tiba-tiba suara Kanao sejak lalu telah menghampiri alam bawah sadarnya. Seingat Zenitsu, setiap kali dia menangis ataupun melampiaskan emosi, Kanao selalu menamparnya. Bukan hanya kakaknya, Kojuro juga sama. Zenitsu mengingatnya sewaktu latihan, Kojuro lekas menghantamnya tanpa ampun ketika Zenitsu menangis dengan penuh emosional.

Itu artinya...

Kedua mata Zenitsu berbinar. Mengerti setiap tindakan ayah dan kakaknya ternyata sangat membantunya hari ini.

Maksudnya, mereka hanya ingin agar Zenitsu bisa lebih fokus dan tidak bertarung menggunakan perasaan, karena para musuh pasti akan selalu memanfaatkan emosi seseorang.

Maka kali ini, Zenitsu berusaha menahan emosinya. Ia segera menghembuskan nafas panjang, lalu berpikir tenang agar mendapat cara yang tepat untuk mengalahkan monster es itu beserta Douma.

Pertama-tama, untuk monster es. Zenitsu melihat tubuhnya yang mencair hanya di bagian tangannya—Nezuko yang menyerangnya menggunakan api. Lalu saat Nezuko membakar jantung monster itu, tidak terpengaruh sama sekali. Sedangkan saat Zenitsu baru saja menusuknya, monster itu sudah langsung kesakitan. Jadi, jantung monster itu hanya berlaku untuk pedangnya saja. Namun pedang ini tidak bisa menghancurkan tubuh monster itu, hanya bisa dihancurkan oleh api dari Nezuko.

Zenitsu X Nezuko Story [TAMAT]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang