Right Now

37 19 8
                                    

*don't be silent rider's :')
Klik vote and follow yaa, gratis loh man teman :)

_________________________________

Aratha pov-

"kenapa? Alihkan pandangan aneh itu dari saya"
Sentak saya tiba² , risih juga dipandang intens seperti itu. Tanpa berkedip pula.

Sementara yg saya ajak bicara hanya berdiam ,saya kembali menyibukkan diri dengan buku dalam pangkuan saya. Apa lagi yg lebih menenangkan selain buku diary ini. Seseorang didepan saya menghembuskan nafas berat, menyenderkan kepalanya pada sofa lalu memejamkan matanya.

"jadi tuan putri, lo tau,, gw hampir nyerah ngyakinin lo ,tapi kemarinn,tiba tiba , bommmm, Lo akhirnya memilih untuk mengakhiri penderitaan setelah sekian lama mengalah. Hahh~ bahkan gw hampir putus asa beby, nyatanya emang cuma keluarga lo aja yg sanggup ngrubah pola pikir lo"
Suara bass itu sanggup membuat saya menoleh pada pemiliknya.

Setelah menutup buku diary saya, saya kembali menatap nya serius. Dia benar, bahkan selama ini berkali² dia menawarkan bantuan pada saya tapi berkali² jg saya menolak. Bahkan bukan hanya bantuan, dia sanggup menjadi tameng saya, seperti kakak² saya, dia rela berkorban apapun asal saya hidup dengan tenang. Namun saya tidak mau hal yg mengerikan terulang kembali, dia satu² nya keluarga yg saya punya, dan jika dia pergi karena saya, hal yg dia inginkan(kebahahiaan putri kecil kluarga milano) tidak akan pernah terjadi.

Fredrik Aleandra Johnson. Terpampang jelas pada jas kebesarannya. Name tag yg tak pernah kurang kata, nama lengkapnya, tidak perlu gelar atau pangkat, dia selalu memilih menonjolkan jati diri nya ,dan terbukti nama itu sanggup membuatnya disegani walau hanya sekali pandang, nama lengkapnya adalah tanda kepemimpinan seorang putra tunggal keluarga Johnson . Kalian tau, sifatnya sangatlah bertolak belakang dengan saya, disaat dia senang menonjolkan diri, saya memilih u/ sebisa mungkin menutup identitas . Dia selalu berhasil mengingatkan saya pada saudara kembar saya.. Ouchh, Atta,, Ara benci ditinggal sendirian.

Aratha pov end~

"Lea, kita sudah membahas ini!"
Ara menggeram,, setiap kata yg keluar dr mulutnya tidaklah bersahabat. Bahkan tatapan mata tajam itu terasa lebih dingin dr sebelumnya.

"ckckck,, hey, lihat,, putri kecil kita sedang berusaha terlihat ganas ya"
Lea terkekeh seraya bangun dari sofa.

"berhentilah memancing emosi saya brother"
Ara memalingkan pandangan nya dr tatapan Lea, entahlah, dia merasa sedih ditatap seperti itu.

"kalau begitu lebih baik gw keluar, okey?"
Lea bertanya dengan lembut, masih berdiri disana memasukkan kedua tangannya pada saku jas dan menatap Ara sayang.

Ara masih tidak menjawab. Dia merasa sedihh, entah kenapa, ingin sekali rasanya menangis, tp dia harus tegar, dia ingin terlihat kuat. Ara enggan menatap kedalam mata Lea.
Namun tanpa seizin nya air mata sialan itu kembali mengalir, bahkan tanpa terisak, air mata nya dengan mudah berjatuhan, entah apa yg membuatnya seperti ini.

"beby,, kumohon jangan lagi perlihatkan air mata itu. Lo tau itu kelemahan gw sayangg"
Lea berkata lembut lalu mendekat dan merengkuh tubuh Ara, Lea menenggelamkan wajah Ara pd dada bidang miliknya.

Seraya mengelus lembut surai Ara. Lea mendengar  samar isak tangis Ara. Ara masih asik dengan kekalutannya, lalu tak lama kemudian dia membalas tak kalah erat pelukan dr Lea.

"Ara gabisa kehilangan Ale,, Alean gabole kaya Atta sma kak Al, mreka ninggalin Ara, Ara takut, Lea pokoknya ga boleh ada dideket Ara, Ara bisa sendiri, Ara harus, Ara... Hiks.. Ara..hiks"
Hanya suara lirih dan tangis pilu yg mampu keluar dr bibir nya.
*duh Ara manggilnya buanyak banget sih, autor bingung nih mau nulis gimana :v

" Dear Diary "Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang