2.Udang-Mendoan

50 9 4
                                    

Jangan pernah percaya kalo ada orang yang jauh muji kamu. Masalahnya, kadang suka ada 'udang dibalik mendoan'

***

Janu menggapai jajanan yang dilemparkan akang-akang yang jual. Ia mengacungkan jempolnya, beres.

Dan kini, saatnya misi kedua dicetuskan. Yaitu, makan diam-diam disaat pelajaran Bu Agustin yang super galak

Keringat dingin mulai menetes didahi Janu. Tapi, jika ia menuruti keringat maka perutnya akan sakit. Jika ia menuruti perut, telinganya akan panas mendengar celotehan dari guru yang tengah mengajar dengan rotan ditangannya, terombang-ambing menerpa telapak tangannya, seperti tak merasakan sakit terkena tamparan rotan itu

Ah terserah, mau bagaimanapun Janu adalah manusia yang perlu makan. Memangnya harus selalu belajar apa? Bisa mencelos otak ku ini batin Janu sembari menggigit plastik sebagai tempat penampung jajanannya

Ia mulai menggigit satu persatu batagor, kentang dan tahu yang tercampur saus kacang pedas. Untunglah ia tak memesan pangsit, jika tidak suaranya akan menyebabkan riuh dikelas

Ketika Bu Agustin mulai menatap satu persatu murid-muridnya, Janu bergerak cepat menyembunyikan jajanannya

'mampus nih kalo jajanan gue kesita. Udah laper, duit lima ribu gue melayang'

"Janu!"

Pemuda itu tersedak, kaget dengan seruan Bu Agustin yang terdengar bariton. "Iya Bu?"

"Kenapa kamu diam saja? Kamu sakit"

"Tidak Bu"

"Sepertinya kamu pucat. Bawa makan?" Janu hanya mengangguk, "kalau begitu dimakan dulu diluar, daripada sakit"

Janu bersemangat mengeluarkan batagornya yang masih penuh. Bu Agustin melotot, menarik kacamatanya dan menghela nafas

"Itu batagor Janu"

"Iya Bu, saya tau ini batagor" Janu menunjuk plastik yang berdayun kekanan dan kekiri itu, nganggur

"Saya suruh kamu makan nasi! Bukannya batagor"cerca Bu Agustin sedikit meninggi

"Ibu ga bilang suruh makan nasi. Cuma suruh makan biar ga pucet, kalau ga percaya, coba tanya ke anak kelas. Iya kan?" Janu menatap kedalam kelas yang segera diangguki

"Yasudah, daripada tensi darah ibu naik cuma ngeladenin kamu. Dimakan! Nanti sampai selesai tidak usah ikut pelajaran ibu"

"Siap Bu!" Janu memberi hormat lalu berjalan santai kebangku dekat ruang kelasnya yang berada di lantai atas pojok sendiri dekat tangga

"Eh Bu"

"Kenapa lagi!" Bu Agustin melotot, ia berkacak pinggang menghadap Janu yang nyengir

"Kalau saya makan batagor terus, seret dong Bu. Boleh ambil minum ga bu?"

"Ga usah! Bukan urusan saya kamu seret atau tidak" Bu Agustin membanting pintu tepat dihadapan Janu yang meliukkan bibir

"Bikin irisan siyi kili kimi sirit. Heleh Bu, kalo gitu gue mending beli minum di kantin aja"

Janu mulai memasukkan tangan kedalam saku celana abu-abu nya yang dominan dengan anak SMA. Tapi segera terhenti ketika sebuah pemikiran melintas, singgah keotaknya

DecemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang