5.Acara Bunda Tiara

18 8 4
                                    

Ga suka kalo ada berita baik dan buruk bareng-bareng. Kaya aku ga suka lihat kamu dekat sama yang lain dan aku dikacangin:'(

***

Suara klakson terdengar nyaring dipagi hari ini, Mei masih menggeliat nyaman dibalik selimut. Lupa ada apa hari ini

"Mei, astagfirullah. Bangun nak, itu kamu dicariin sama Tiara. Ayo bangun, jangan buat tamu itu menunggu kelamaan. Ga sopan"

"Meii!!" Sarah mengguncang tubuh anak gadisnya itu, menarik lengan Mei agar gadis itu terduduk

Sarah berjalan membuka gorden, cahaya terang mulai mengusik mata Mei. Menguceknya pelan, lalu kembali menggeliat

"Masih pagi ma. Mei mau tidur sebentar, lima menit deh"

Sarah menggeleng, "ayo bangun. Tiara sudah nunggu loh itu dibawah sama Janu"

"Ha? Ngapain"

Sarah menyalakan lampu agar lebih terang, membuat Mei semakin terganggu

"Katanya ada acara sama kamu. Kok malah tidur?"

"Oh iya! Astagfirullah, Mei lupa!!"

***

"Tante? Nunggu lama ya" Mei berucap pelan, ia tersenyum kikuk

"Engga kok. Tadi itu sebenernya Janu aja yang buru-buru, padahal Tante itu udah bilang kalo kepagian"

Tiara tersenyum hangat menyapa Mei. Sedangkan orang yang sedang diomongi itu hanya mencibir pelan, melirik sebal melalui kaca

"Kok jadi Janu? Perasaan tadi mama yang buru-buru. Tuh kan, sukanya mah kalo salah dilemparinnya ke Janu, bunda tuh"

"Ssht, kamu diem aja. Mau bunda aduin ke ayah biar uang saku kamu dipotong?" Ancam Tiara membuat raut wajah Janu berubah kecewa

"Ga suaminya, ga istrinya. Hobi ngancem"

"Apa?! Bunda kutuk kamu jadi berlian! Biar bunda bisa jual lagi" Mei tergelak, diikuti Tiara yang tersenyum lebar

'Sabar Lo Jan. Kalo Lo mingga sama populasi betina ya gini resikonya. Dipojokin. Gila! Pasti nanti belanjanya muter-muter, siap-siap kesemutan deh'

***

Janu terduduk lemas di bangku pengunjung, lututnya lemas. Disampingnya sudah ada banyak sekali kantong belanjaan, siapa lagi jika bukan Bundanya. Si pengendali duit

"Bunda. Sampai kapan? Udah banyak ini belinya, nanti Janu yang pegel bawanya bunda"

"Ish! Sabar dulu. Masih banyak barang-barang bagus ini loh"

Mei hanya tersenyum, beberapa kali jika ada kesempatan gadis itu menjulurkan lidahnya, mengejek Janu yang berdesis

"Apa?! Gausah kaya patung pancuran taman. Diamm aja, kaya ayam bertelur"hujat Janu membuat Mei mencubit lengan pemuda itu

"Bunda. Kata Mei, Mei mau jadi anak bunda. Kemarin aja udah panggil 'bunda Tiara' gitu"

"Engga Tante. Janu suka ngelantur!" Bantah Mei sembari melotot kearah Janu yang tertawa

"Kenapa? Gue ganteng kan. Emang, dari dulu sejak gue ditulis mau dilahirkan dirahim bunda"

"Tante, Janu salah sarapan apa? Kok jadi gini. Eror ya Tan?"

Tiara menoleh, lalu mengangguk dengan mata memicing kearah Janu. "Iya, si Janu emang suka gitu Mei. Suka eror sendiri"

"Bunda, astagfirullah. Janu anak bunda bukan sih?" Tiara terkekeh, mengelus punggung Janu dengan hangat, menempel kan sebuah kemeja satu stek dengan jas

DecemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang