Udara pagi memang segar, yang tidak segar itu perkataan tetangga. Pedih!
***
Pagi hari ini udara terasa segar, matahari juga tak menyengat kulit. Aktivitas mulai bermulai, anak-anak berlarian mengejar teman-teman, para ibu-ibu sudah sibuk memilih sayur-mayur yang segar untuk dihidangkan kepada keluarga
"Mei! Mama minta tolong beli sayuran yang lagi keliling itu." Sarah-mama Mei mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompet kain
Mei yang sedang duduk dengan tangan yang tengah membawa buku novel menoleh, mengangguk kecil
Sarah tersenyum senang, menutup pintu kamar anak gadisnya, membiarkan kegiatan selanjutnya yang akan dilakukan Mei
Tangannya menggapai-gapai anak rambut yang nakal, selalu lepas dari ikatan rambutnya. Menepuk-nepuk pelan kedua pipinya dan tersenyum cerah
Kaos putih dengan gambar kupu-kupu, celana panjang training hitam, dan rambut dibawah bahu yang diikat satu. Cantik.
//Mari kita beralih ke seberang rumah yang bercat Salem yang kalem itu//
Rian--ayah Janu tengah duduk santai diretas belakang dengan tangan dan kopi yang mengepul, asap putih tanda masih panas
"Mas, anakmu itu loh!" Tiara--bunda Janu menggeram jengkel, duduk disebelah Rian yang tampak tenang menikmati pagi hari ini
Berbeda dengan istrinya, seperti memiliki awan hitam yang berputar-putar dengan gledek yang tengah membara
"Ada apa?"
"Anakmu itu loh! Suka banget tidur sampai siang gini. Diajarin ayahnya mesti!"
Rian memutup lembaran koran, menatap wajah Tiara yang membuang muka
"Anakmu juga loh itu"
"Iya, maksudnya anakmu, anakku juga. Sana cepet bangunin, hobi kok ngebo. Nurun pasti ya dari kamu"
Rian menghela nafas pasrah, pasti istrinya tengah memasuki masa dapet. Hawanya emosi Mulu. Tiap ngomong dikit, ngegas. Marah
Dasar cewe!
Rian membuka pintu kamar Janu yang bercat maroon. Terlihat pemuda yang tengah pulas tertidur dengan tenang
"Janu! Bangun. Udah siang, bunda kamu marah-marah terus!"
Janu? Ia hanya membuka sebelah matanya, sipit. Memilih untuk menutup mata, menarik selimut lebih nyaman
"Janu!! Ya Allah Gusti. bangun kamu, bunda marah-marahnya ke ayah. Bukan ke kamu!"
"Kenapa sih Yah? Janu masih ngantuk, semalem habis main PS sampai pagi. Nanti lagi ya, Janu mau tidur. Tiga ratus lima puluh detik lagi deh, Janu bakalan bangun dengan sumringah"
Rian mencibir pelan, ia menarik tangan Janu, terduduk dengan mata yang terpejam
"Janu!! Uang kamu ayah sita kalo ga bangun"
"Aduh ayah. Kenapa sih ujung-ujungnya pasti ngancem tentang uang. Yang lain kek, jangan uang" Janu menggosok rambutnya sebal
"Yaudah, ayah pecat kamu dari kartu keluarga!"
"Astagfirullah ayah. Maksud Janu ga gitu juga, ah ayah mah"
"Yaudah, kalau gitu bangun! Mau ayah sita uang sama pecat kamu dari kartu keluarga?!"
"Iya, ini juga bangun!"
Janu melangkah masuk kedalam kamar mandi. Rian yang melihat itu tersenyum puas
KAMU SEDANG MEMBACA
December
Teen FictionDia temen paling baik yang pernah gue kenal, hingga pada akhirnya. Kita berpisah --M. Jangan pergi, gue butuh sandaran tangan Lo! Satu-satunya harapan gue sekarang adalah Lo, plis balik! --J. //Jadi ini itu ceritanya murni dari pemikiran aku ya, ga...