7.Janu

26 7 0
                                    

Engga semua orang kuat. Makanya butuh bantuan, uluran tangan seseorang. Bisa membantu
Jangan egois, jika ada yang membantumu

****

Janu, tengah berdiam diri di ruangan luas yang hening. Hanya terdengar suara derap langkah orang yang berlaku lalang

"Lo baik-baik aja Janu? Betah banget apa Lo dirumah Bagas?"tanya Wira menyalami Janu

Pemuda itu tersenyum tipis, "ya mau gimana lagi. Rumah Bagas itu bagaikan rumah kedua gue. Ga tau kalo sebentar lagi, paling jadi yang pertama"

Wira menggeleng, "gausah bicara kaya gitu Lo. Rumah Lo yang pertama ya sama bunda Lo, bukan ruma Bagas"

Janu tertawa, "gimana sekolahnya?"

Wira yang tengah memainkan ponsel segera mematikan daya. Ia ingin berbicara tentang Mei yang pindah, tapi apakah mungkin?

Apakah, Janu akan percaya jika Mei pergi? Pergi meninggalkan dirinya.

Hari ini hingga beberapa Minggu kedepan, Janu tidak sekolah. Ia tidur dirumah Bagas, yang memaksa dirinya untuk tak sekolah

"Hm. Baik aja, ga ada peer tadi. Jadi Lo ga perlu susah payah nyalin peer gue"

Janu menyenggol lengan Wira, tertawa karena candaan receh yang diutarakan pemuda itu

"Maksud gue. Gimana Fai?"

"Fai? Siapa Fai, gue ga kenal" Wira menaikkan sebelah alis bingung

"Iya Fai, itu cewek yang sering sama gue. Fai, mantan gue yang jadi kesayangan"

"Oh, gue ga tau. Gue ga kenal Fai"

"Masa Lo ga kenal sih! Fai bukannya terkenal disekolah karena Kimia?" Janu membantah, ngotot

"Beneran, gue ga kenal Fai. Kalo Mei, si cewek yang terkenal juga karena kimia nya. Gue kenal"

"Bukan Mei, Fai. Wira"

"Gue ga tau, mau keluar ga Lo? Masa betah banget ngurung diri dikamar. Mentang-mentang luas ya ni kamar" Wira menatap kamar yang tengah ditiduri Janu, tersenyum

"Enak aja, gue juga eneg disini. Gue dipaksa!"

Wira tertawa, mengangguk faham "iya, Lo mau jalan-jalan ga?"

"Kuy lah"

***

"Kenapa Mei? Kok diem aja"tanya Amel menepuk bahu Mei yang tengah meringkuk memeluk lutut

Ini jam pelajaran olahraga, materi kali ini lari keliling sekolah setelah itu, bebas

Beberapa anak perempuan memilih bermain voli, menyemangati, menonton sepak bola atau lebih tepatnya menonton gebetan mereka, atau sekadar berseru-seru tak jelas

Kebetulan, Amel yang sedang lewat melihat Mei yang tengah termenung sendirian di bawah hall dekat ring basket

"Oh engga" jawab Mei mendongakkan kepala tersenyum

"Lo sakit ya? Ke UKS atau engga ijin pulang aja kalo sakit. Ga pa-pa kok, ga bakalan dimarahin" Amel berucap pelan, ikut duduk disebelah Mei yang tengah memandang jauh kedepan

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DecemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang