Bag. I

26 5 0
                                    

London, 13 Mei 2005

   Suasana di London Bridge terasa sangat sesak di sore itu. Orang-orang berlalu lalang  dengan membawa kesibukan masing-masing. Pejalan kaki di trotoar, dan mobil yang melaju dengan kecepatan standar. Para pekerja yang melepas penat dan turis yang menenteng kamera. Membicarakan rencana di akhir sore itu atau di akhir pekan mendatang. Tak mempedulikan kemungkinan perubahan pada rencana mereka. Tapi, siapa peduli dengan rencana mereka, siapa yang sudi mendengar rencana yang bahkan masih dipikir ulang.

   Telinganya menuli, matanya menatap nyalang orang-orang yang membicarakan secara terang-terangan rencana mereka. Mengabaikan teguran dan pandangan tidak suka atas sikapnya, kakinya bergerak, menjejak kesadarannya kembali. Terasa panas dan mulai mengabur. Sesuatu yang tidak disukainya, tapi masih selalu ia lakukan tanpa sadar. Kebiasaan kah?

   Ini mengerikan! Otaknya memutar kejadian yang sama! Dadanya terasa sesak, bak diremuk  dari dalam. Tangannya merambat pelan menutup mulut. Matanya terpejam, entah reflek atau dipaksa. Membiarkan bendungannya jebol, mengalirkan sungai. Pundaknya mulai bergetar. Suaranya terdengar perlahan. Dia menangis. Sungguh isakan yang memilukan. Bahkan kaki jenjangnya mulai bergetar, seakan menopang beban yang sangat berat.

....
Regard,

ayu.rahmawati

T.Galek, 30 Oktober 2020

My ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang