04

160 15 2
                                    

"Jangan sembarangan menyentuhnya brengsek,"

BUGHH

Yuki terbelalak ketika Woozi menonjok lelaki itu di mukanya dan tak memberi ampun. Untung saja lelaki tadi hanya sendiri, kalau tidak, bisa mati Yuki.

"Ayo," Woozi langsung menarik tangan Yuki dan berlari pergi dari tempat itu.

Jam setengah 9 masih ada waktu jika kita lari. Batin Woozi.

Untung saja Yuki sering berlari setiap pagi maka dari itu dia bisa menyeimbangi langkah Woozi yang tidak bisa dibilang santai. 

Keduanya terengah-engah saat sampai di sebuah kereta bawah tanah.

"Untuk apa kita kesini sunbae?" tanya Yuki.

"Ikut saja," Woozi melihat ke arah Yuki yang masih terengah-engah mengatur nafasnya. Ia pun membeli air di vending machine yang ada di stasiun itu dan memberikannya pada Yuki.

"Terima kasih," Yuki pun mulai meminumnya sementara Woozi melihat jamnya dan membelakan matanya. Jarak tempat tadi ke stasiun cukup jauh, tetapi dia bisa mengikuti? Jamnya menunjukkan pukul 9.15 PM, stasiun tersebut tidak bisa dibilang dekat.

Akhirnya kereta yang ditunggu pun datang 5 menit kemudian, seperti yang diduga kereta tersebut lumayan penuh dan mereka berdua harus berdiri. 

Merasa risih karena memakai rok pendek, Woozi langsung berdiri di belakang Yuki dan menatap ke arah lain saat gadis itu melihat ke arahnya dengan tatapan bingung.

Meski begitu, entah kenapa, Yuki lebih merasa nyaman dibanding tadi.

Mata Yuki berbinar saat melihat tempat dimana pria bernama asli Lee Jihoon itu membawanya.

"Namsan Tower," gumam Yuki.

Woozi langsung berjalan ke tempat paling atas Namsan Tower dan menggunakan cable car dimana mata Yuki semakin berbinar, melihat hal itu, hati Woozi menghangat.

Cantik. Batin Woozi.

Setelah sampai di tempat pemberhentian mereka, Yuki langsung berlari ke arah ujung dan menepuk tangannya. "Kiree..." bahasa Jepang pun langsung lancar keluar dari lidah Yuki.

Woozi hanya melihat siluet Yuki langsung tak segan memoto gadis itu dari belakang sambil merasakan debaran di jantungnya.

"Kau suka?" tanya Woozi yang langsung dibalas senyuman kudanya.

"Eum... arigatou!!" Yuki langsung memeluk Woozi erat tanpa sadar dan membuat Woozi terkejut. Menyadari siapa yang ia peluk, Yuki sontak melepaskannya. "Maaf sunbaenim. Aku selalu memeluk orang ketika mereka memberikan sesuatu spesial kepadaku,"

"Oppa," lirih Woozi.

"Hm?"

"Panggil aku Oppa sama seperti yang lain," Yuki pun mengangguk dengan eye smilenya itu yang sekali lagi membuat Woozi terpana.

Entah apa yang Woozi pikirkan, ia pun sontak memeluk Yuki yang membuat gadis itu terkejut. 

"Kumohon seperti ini sebentar saja," Yuki merasakan hal yang sedari tadi ia ingin rasakan. 

Hangat dan nyaman. Batin Yuki sambil membalas pelukan Woozi.

.

.

.

Canggung.

Itulah satu kata yang paling cocok untuk keadaan kedua produser muda ini. Setelah acara pelukan di Namsan Tower itu, membuat keduanya sangat canggung pada hari senin yang lumayan dingin ini.

IDOLS [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang