Biasanya kita berubah karena 2 hal:
1. seseorang yang spesial memasuki kehidupan kita;
2. seseorang yang spesial meninggalkan kehidupan kita.***
Jam 7 malam gue baru kelar mandi. Hari ini sama kayak hari-hari biasanya, pagi-pagi gue berangkat kerja, kadang sarapan kalau sempat, kadang ngerjain laporan di kantor atau mobile keluar buat ketemu client. Tahun ini gue memasuki tahun ke-tiga kerja sebagai Public Relation (PR) di salah satu perusahaan rokok. Nggak pernah kepikiran juga gue bakal kerja yang berhubungan sama banyak orang, banyak ngomong dan banyak gerak. It's really not me, seperti yang kalian semua tahu, gue pemalu dan nggak suka basa-basi sama orang baru. But this is life, sometimes you must challenge yourself. No challenge, no change.
Dulu gue dapat info lowongan kerjaan ini dari Galih, teman sekelas gue waktu S1. Sebenarnya gue iseng dan nekat waktu daftar, soalnya gue nggak memenuhi syarat. Bisa nebak nggak? Yap! Background pendidikan gue bukan Ilmu Komunikasi dan bukan Public Relation juga. Tapi waktu ambil Magister di Jogja, gue lumayan aktif buat ikut kegiatan yang mengharuskan gue berhubungan sama banyak orang. Gue ikut proyek dosen, gue ikut komunitas Pemuda Berkarya (semacam komunitas entrepreneur muda) dan gue banyak bergaul sama orang-orang untuk membangun relasi. Ingat kan gue pernah cerita kalau gue pernah coba usaha clothing tapi bangkrut? Nah, itu salah satu alasan gue untuk menantang diri gue biar berkembang. Bagaimanapun, gue nggak boleh terus-terusan berada di zona nyaman, gue harus mencoba zona-zona yang lain biar gue kebentuk, nggak stagnan di situ-situ aja.
Waktu interview gue ditanya kenapa gue berani banget daftar jadi PR padahal nggak punya background pendidikan yang relevan. Basic lah, pertanyaannya. Ya berani lah emang kenapa? Gue percaya diri sama kemampuan dan kapabilitas gue, gue punya bekal soft skill dan hard skill yang menunjang kenekatan gue, kenapa harus takut? Cuy, terkadang nekat adalah jalan ninja buat sukses he-he.
Awal-awal kerja gue agak shock sih, sama lingkungannya sama orang-orangnya juga. Tapi Papa selalu berpesan, kalau gue harus bisa membawa diri dan memposisikan diri. It's mean, gue harus pintar adaptasi buat bertahan. Kenali lingkungan sama sifat orang-orang di sekitar dan tentu saja harus menghormati dan menghargai kalau kita juga pengen diperlakukan dengan cara yang sama. Gue juga mulai tinggal sendiri, cari makan sendiri dan mengurus kebutuhan gue sendiri. Gue yang dari kecil terbiasa dengan kehadiran Mama, kadang merasa haru dan sedih. Nggak ada yang masakin, nggak ada yang bangunin dan yang paling kerasa adalah kalau sakit nggak ada yang ngurusin. Di saat kayak gitu, gue suka kangen Mama walaupun beliau sering ngomel dan marah-marah.
Bentar ya, gue balas chat Mama dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] The Book of Us: FINALE
General Fiction[Completed] [Seri ke-dua The Book of Us] Kalau ada masalah, yang diselesaikan itu masalahnya. Bukan hubungannya.