Prolog (Revisi)

176K 9.4K 343
                                    

Butterfly effect adalah keadaan dimana sebuah perubahan kecil berakibat besar pada masa yang akan datang. Hal ini di dunia nyata dapat dilihat pada kepakan kupu-kupu di hutan belantara Brazil  yang secara teori dapat mengakibatkan tornado di Texas beberapa bulan kemudian.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Efek_kupu-kupu

Jangan lupa tandai jika ada typo!

Kehidupan kuliah bagi Naya biasa saja cenderung berat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kehidupan kuliah bagi Naya biasa saja cenderung berat. Maksudnya tidak seistimewa cerita-cerita di wattpad. Dia tidak bertemu ketua himpunan yang jatuh cinta padanya saat OSPEK. Naya juga tidak menikah diam-diam dengan salah satu dosennya. Cih! Dosen Naya semuanya telah berumur, bahkan banyak yang punya cucu.

Dulu Naya tidak sabar lulus SMA dan lanjut ke bangku perkuliahan. Sebab, kehidupan kuliah di film atau novel terlampau indah. Masuk kelas, main, pacaran, berorganisasi, wisuda. Semudah itu yang ia pikirkan. Namun saat telah benar-benar menyandang predikat "mahasiswa", Naya ingin menarik semua kata-katanya.

Jadi mahasiswa itu melelahkan. Memang, sih, Naya masih punya waktu untuk bermain bersama teman-temannya. Tapi tetap saja, tugas dan kesibukannya dibanding SMA cukup jomplang.

Satu hal lagi yang membuat kehidupan yang telah ia jalani selama tiga semester ini terasa berat. Untuk pertama kalinya Naya harus berpisah dari keluarga. Dia harus jadi anak rantau yang melakukan apa-apa sendirian.

Orang tuanya bukan kalangan konglomerat, jadi dia harus bisa berhemat selama hidup merantau. Untungnya Naya tak rewel soal makanan, jadi dia bisa makan makanan sederhana. Mungkin beberapa kali Naya menguras dompet saat teman-temannya mengajak main.

Hari ini Naya pindah kos-kosan. Anak pemilik kos pulang bersama istrinya. Hal itu membuat si pemilik berbicara dari hati ke hati dengan Naya untuk mencari kos baru atau bahasa mudahnya ia diusir.

Untungnya Juna, teman dekatnya, punya tante yang sedang menyewakan salah satu kamarnya. Jadilah dia di sini sekarang. Di kamar berukuran empat kali empat dengan cat warna hijau toska. Kamar ini lebih besar dari kamarnya dulu.

SREK!

Suara sobekan terdengar saat Naya menarik selotip yang melekat di kardus. Bawaan Naya tidak banyak. Hanya buku-buku untuk kuliah, baju, seperangkat skin care, dan gitar berwarna putih miliknya.

"Nay." Suara panggilan terdengar dari luar kamar. Lalu pintu kamarnya dibuka, memperlihatkan Juna dengan kemeja hijaunya.

"Masih kurang banyak?" 

Mata Juna menelisik isi kamar Naya. Rak untuk baju telah dipasang, meja belajar beserta buku-buku juga telah siap. Namun maaih ada dua kardus di lantai.

"Nggak, kok. Ini tinggal nata skin care sama printilan. Terus ada buku yang belum dikeluarin juga."

"Belum makan, kan? Nih nasi goreng," ujar Juna sambil menyodorkan kantong kresek berisi bungkusan kertas minyak.

Naya dengan wajah berseri mengambil nasi goreng itu.

"Juna emang manusia paling tampan dan baik hati se-Indonesia raya, deh," puji Naya dengan kalimat hiperbola. "kalau nggak ada kamu, mungkin aku udah luntang-lantung sekarang," lanjutnya.

"Nggak usah lebay! Masih banyak kali kos-kosan yang bisa lo sewa."

"Ya tapi kan nggak semuanya mau disewa tanpa dp."

Juna hanya terkekeh.

"Udah ketemu sama anak kos yang lain?" tanya Juna.

Naya menggeleng. Hari ini Naya tidak ada kelas, jadi dia memilih pindah sedari pagi. Penghuni kos lain mungkin sedang sibuk di kampus masing-masing. Tadi sih dia melihat seseorang keluar dari kamar di sebelahnya, namun belum sempat ia sapa.

Kos-kosannya ini berupa rumah besar berlantai tiga. Ada enam kamar kos di lantai pertama. Lantai dua dan tiga dihuni oleh si pemilik alias tante Juna beserta keluarganya. Penghuni kos dan pemilik rumah menggunakan dapur dan kamar mandi berbeda.

"Tapi kalau sama penghuni kamar depan kamu pasti udah kenal, sih."

"Kamar depan yang mana?"

"Depan kamu persis. Cuma kepisah meja makan ini."

"Emang siapa? Belum ketemu."

"Kakak tingkat kita beda jurusan. Kamu pernah ngomongin dia."

"Siapa?"

"Dean."

"Dean anak manajemen?"

"Ya iya, emang ada Dean yang lain?"

Naya mematung di tempatnya. Bahkan nasi goreng yang telah ia sendok belum sempat diangkat. Naya masih tidak percaya dia satu atap dengan Dean.

Dean si es batu, kakak tingkat dua tahun di atas Naya. Pertama kali Naya melihat Dean adalah sewaktu ospek. Saat itu dekan yang seharusnya memberi sambutan datang terlambat. Untuk menghibur para mahasiswa baru, jadilah panitia memberi selingan hiburan. Entah bagaimana caranya, Dean saat itu maju ke atas panggung dengan gitar akustik.

Naya masih ingat lagu yang dia bawakan, All of Me milik John Legend. Saat itu, Naya benar-benar mematung, persis seperti sekarang. Menurutnya, penampilan Dean sungguh sangat memukau. Caranya memainkan gitar, ekspresinya, bahkan crack voice-nya Naya suka. Jika saat itu boleh membawa ponsel, dia pasti telah merekamnya. Setelah ospek, Naya tahu bahwa lelaki itu berbeda jurusan dengannya, otomatis mereka jarang bertemu.

"Nay!" Juna menyentil kening Naya untuk menyadarkannya.

"Sakit! Baru dipuji-puji udah kasar aja, sih," protes Naya.

"Udah cepet dihabisin nasi gorengnya."

Naya mengangguk, lalu melanjutkan makan yang tertunda karena nama Dean disebut.

Usai makan dan membereskan kamarnya, Naya mengantar Juna ke halaman depan kos. Juna telah siap di atas motornya.

"Nggak pamit tantemu dulu?" tanya Naya.

"Nggak usah, tanteku maklum, kok."

"Oh, ya udah sana pulang."

"Ngusir nih ceritanya?"

"Iya. Udah sana!" Naya mendorong pelan punggung Juna, membuat lelaki itu terkekeh.

"Bye, Nay!" teriak Juna ketika motornya telah melaju.

"Bye!" Naya melambaikan tangannya tinggi-tinggi. Dia kemudian melakukan kiss-bye, tangannya dia tempelkan ke mulutnya yang mengerucut. Saking seriusnya, Naya sampai memejamkan mata. Kemudian tangannya dia lepas, seakan melepas ciuman untuk Juna.

"Ngapain kamu?"

Mata Naya yang baru terbuka langsung melotot. Di depannya telah berdiri seorang lelaki yang menatapnya dengan tatapan "Ini anak normal?". Naya terdiam dengan mulut setengah terbuka. Dia... Barusan... Memberi kiss-bye untuk lelaki di depannya ini?!.

"Kak Dean...," cicit Naya. Hanya itu yang berhasil keluar dari bibirnya. Bodoh!!

***
Hai semua! Cerita ini akan diupdate dengan cepat (insyaallah). Semua di sini fiksi, yaa... Tapi dalam pembuatannya saya banyak riset, kok. Oh ya, cerita ini teirnspirasi dari salah satu couple idol yang saya suka ^.^.

Butterfly Effect (COMPLETE) ✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang