23.Térüñgkâp kãh?

855 110 3
                                    

Secara perlahan Taeyong dan Chenle mengikuti Jaehwan menuju kamarnya, Jaehwan menangis dengan keras tepat setelah pintunya tertutup. Chenle yang tidak tega ikut menangis jadinya, melihat hal itu, Taeyong memukul bahu Chenle "Heh, jangan nangis juga dong! Yang fokus elah!" Dan Chenle hanya cengengesan.

Taeyong dan Chenle duduk di ranjang Jaehwan ketika Jaehwan menangis di pojok ruangan dekat dengan pintu tadi dia masuk, Taeyong lama lama kesal mendengar suara tangisan Jaehwan yang tak kunjung berhenti. Chenle melihat bahwa Taeyong kesal, Chenle pun berniat mengerjainya, "Hueeeee Hueeee Chenle capekkkk, hueeee" rengek Chenle tiba tiba, Taeyong yang sedang dalam mood buruknya pun dengan sigap seketika memukul kepala Chenle keras membuat siempunya kepala meringis kesakitan.

"Lian kali klo singa badmood jangan diganggu, mantap ga tuh?" Kata Taeyong sambil tersenyum.

Chenle terkekeh mendengarnya, Taeyong Hyung ini singa? Tampang aja singa! Hati mah Hello Kitty!. Memikirkan hal itu membuat Chenle tertawa sendiri, sontak Taeyong yang melihat Chenle pun ikut tertawa, "Ngapain tertawa heh? Ahahah, aduh perut ku.."

Tetapi tawa mereka terhenti ketika melihat Jaehwan yang beranjak berdiri, dia berdiam didepan cermin dan memandang dirinya cukup lama. "Aku cantik, tetapi kenapa banyak yang membenciku? Aku mungkin lebih baik tidak ada didunia ini" ucapnya sambil tersenyum getir, sorot matanya sendu.

"Udahlah, mandi aja dulu... Siapa tau habis mandi tenang lagi aku" Chenle mulai memperhatikan Jaehwan perlahan.

Jaehwan menuju lemarinya dan membukanya perlahan, seketika dahi Jaehwan bertaut, menandakan dia bingung.

"Kenapa lukisan ini ada disini? Kenapa juga banyak coretan?" Tanya Jaehwan pada dirinya sendiri.

Jaehwan pun menaruh lukisan tersebut di tempat tidurnya dan beranjak mendekati lemarinya lagi. "Ah aku lupa bilang ke mama bahwa bajuku tidak ada.. terpaksa deh harus pake ini lagi"

Taeyong yang melihat itupun tertegun, dia sadar akan satu hal.. ketika dia setiap hari bisa ganti baju sesuai yang dia inginkan, jika kurang cocok bisa ganti, tapi disisi lain ada orang yang bahkan tidak memiliki baju untuk sekedar dibuat bergantian. Mata Taeyong berkaca kaca.

Jaehwan pun menuju kamar mandi dan dia mulai mandi, dengan suara gemericik air dari dalam kamar mandi, Taeyong semakin memikirkan hal tadi, hal sederhana yang ternyata juga cukup membuat Chenle tertegun.

"Aku ga nyangka Hyung, klo Jaehwan bakal semenderita ini, kalau aja aku jadi Jaehwan mungkin aku lebih baik ngilang aja beneran deh" kata Chenle sambil beranjak duduk disebelah Taeyong dan mengusap air matanya yang terjatuh.

Taeyong mengangguk, di setuju dengan apa yang dikatakan oleh Chenle. Mereka berdua kembali hanyut dalam pikiran mereka masing masing, tak lama Jaehwan keluar, dan benar saja, pakaian itu tetap sama seperti awalnya.

"Pingin nangis rasanya, sumpah"  kata Chenle.

Taeyong tau rasanya menjadi seperti Jaehwan.

Perlahan kaki Taeyong beranjak dan mendekati Jaehwan yang berdiri didepan lukisan keluarganya, "Aku pingin banget meluk Jaehwan, bilang klo masih ada orang yang sayang sama dia" kata Taeyong menyentuh Jaehwan, tetapi tangannya tembus.

Chenle mengangguk, dia setuju dengan omongan Taeyong, pandangan Chenle tiba tiba terhenti di sebuah kalender. "Hyung! Dulu Jaehwan datang ke dorm U kapan?"

Taeyong menoleh, dahinya berkerut, "Entahlah, satu Minggu sebelum kematian Jungwoo mungkin"

Dahi Chenle yang ganti berkerut, dia merasa ada yang aneh Disini, "Hyung, ga ngerasa aneh?"

Taeyong yang mendengar Chenle memanggilnya pun berbalik dan mendekatinya, "Aneh apa?"

"Kita ke masa lalu ini kayanya terlalu jauh deh. Lihat 2015" kata Chenle sambil mengambil kalender di sebelahnya. Taeyong yang menyadari hal itu hal itu akhirnya dengan cepat merebut kalendernya dan memandangnya dalam.

"Kita mulai merasakan hal aneh ini 2017 kan? Kita terlalu jauh, harusnya kita ke 2017, tepatnya beberapa bulan lalu! Itu sebabnya aku merasa aneh semenjak kita datang ke sini" kata Chenle lagi.

"Apa kau tau Chen, pada tanggal berapa sensor itu dibuat?" Tanya Taeyong yang hanya dibalas gelengan kepala Chenle.

Helaan nafas terdengar jelas, "Kita istirahat saja dulu... Besok kita lanjutkan lagi, kita ke dorm lama aja bagaimana? Ke kamar masing masing dan tidur dengan diri masing masing"

Chenle pun mengangguk dan mulai memejamkan matanya, bertelportasi menuju dormnya sendiri dan beranjak istirahat.

Taeyong memandang kepergian Chenle, dia tak beranjak untuk teleportasi, dia kembali turun dan melihat Jaehwan sedang makan malam dalam keheningan bersama anggota keluarganya yang lain.

"Kayanya aku tau ini kapan" katanya lirih, kakinya yang jenjang pun melangkah cepat ke taman belakang rumah, dua melihat ada sebuah ruangan, ketika Taeyong masuk, dia melihat ada seseorang disana.

"Sejak kap-" Taeyong bungkam. Dia melihatnya.

Orang yang Taeyong lihat itu berbalik, Hoodie hitamnya menutup setengah wajahnya, tetapi Taeyong masih bisa mengenali siapa orang itu. Orang itu membawa sebuah benda semacam ember. Karena rasa penasarannya, Taeyong pun mengikutinya hingga dia berhenti disebuah pot bunga. Dia menarik pot bunga itu dan menaruhnya disamping pot bunga yang lain. Tiba tiba tanah dibawah terbuka, menunjukkan jalan yang terang menuju kebawah, sebelum tertutup, Taeyong berlari mengikutinya dan ikut masuk kedalam ruangan yang entah kemana akan menuju.

Tangga lorong itu benar benar bersih, lampu lampu diatasnya terlihat indah. Namun kesunyian yang ada membuat Taeyong merinding. Ketika mendekat, Taeyong barulah tau bahwa orang itu membawa air diember kecilnya, "Untuk apa?" Pikir Taeyong.

Lorong sepi itu lenggang, hanya suara langkah kaki yang menggema memenuhi lorong, sudah lama mereka berjalan tetapi tak kunjung sampai pada dasarnya, "Kenapa tak ada perosotan? Capek juga jika harus 30 menit turun tangga" kata orang itu mengeluh, Taeyong tertegun. Dia sangat mengenali suara itu, bahkan sangat mengenalinya.

Taeyong mendadak cemas dan gelisah, rasa takut memenuhi dirinya, entah kenapa Taeyong merasa dirinya tak aman untuk saat ini.

Rasa lelah karena menuruni anak tangga tidak terasa bagi Taeyong, tetapi semakin lama dia semakin tidak tenang, dan kini mereka sudah didepan sebuah pintu menuju ruangan yang entah apa dalamnya.

Orang itu mendorong pintunya pelan dan seketika pintu itu terbuka lebar, menunjukkan sebuah ruangan yang gelap, Taeyong tetap mengikutinya hingga pintu itu kembali tertutup dan orang itu menyalakan lampunya.

Dia melihat sebuah ruang keluarga yang sangat mewah, lengkap sekali dengan perabot perabot lain juga patung patung dan hiasan kuno yang menambah kesan antiknya.

Taeyong melihat orang itu duduk disebuah kursi dan membuka hoodienya.

Matanya membola, dia benar benar terkejut melihat apa yang ada didepannya. "Aku.. kapan ngelakuin ini?"

 ❝New Dorm -Lee Taeyong❞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang