1 minggu kemudian aku sudah mulai terbiasa dengan sikap "ajaib" Alex dan sikap waspada Rena. Kedekatanku dengan Alex otomatis membuatku juga lebih sering mengobrol dengan Jimmy. Sejauh ini hanya Rena dan Jimmy yang mengetahui aku berpacaran dengan Alex. Mereka lebih memilih merahasiakannya atas usul Jimmy. Seperti yang sudah diketahui tentang image Alex yang memiliki banyak musuh, terlebih lagi Alex juga termasuk orang yang sangat popular dikalangan cewek-cewek buas yang nyaris menyaingi die fans. Jika mereka mengetahui Alex memiliki pacar lain yang 'sangat tidak terkenal' dari sekolah mereka maka dengan pasti Febby akan di terror habis-habisan.
"Seperti yang lo ketahui, Feb. Cowok lo ini bukan hanya preman sekolah tapi juga punya banyak fans yang fanatik." Suatu ketika Jimmy bercerita kepadaku disebuah warung makan dekat sekolah saat istirahat. Alex memilih duduk disebelahku. Rena duduk didepanku tepat disamping Jimmy.
"Jimmy bohong. Gue enggak segitunya." Alex sibuk dengan minuman sodanya.
"Gue tahu kok dia playboy. Kelihatan banget dari mukanya" Jawabku cepat. Rena dan Jimmy terkikik geli dihadapanku. Sementara Alex memandang aku tajam.
"Siapa bilang?" Alex tak mau kalah.
"Gue." Jawab aku cepat.
"Memang." Jimmy menambahkan dan semakin tertawa geli bersama Rena.
"Kalian!" Alex menghardik marah Jimmy dan Rena yang tak berhenti tertawa menggodanya. Wajahnya nyaris seperti kepiting rebus. "Itu masa lalu. Gue sudah tobat."
"Ok..ok.. Sorry. Tapi beneran Alex sudah tobat, Feb. Sekarang dia cinta lo. Kalau lo enggak balas SMS, gue yang jadi sasaran amukan dia. Labil memang. Dasar bocah." Jimmy memukul pelan lengan Alex.
"Sialan nih anak. Kenapa lo buka kartu gue!" Alex berusaha menutup wajahnya yang malu. Sementara aku hanya tersenyum tipis dan Rena pun ikut menggoda Alex. Rena sepenuhnya sudah mulai menyukai sosok Alex.
Pulang sekolah Alex mengantarku dengan motornya. Sebelum masuk kedalam Alex mencegahku "Eng.. Feb malam ini lo ada acara?"
Aku berpikir sejenak. "Sepertinya enggak ada. Kenapa?"
"Temani gue makan malam ya."
"Gue coba ijin sama orang rumah dulu ya." kataku.
"Ini malam minggu pertama kita." Aku tersenyum mendengar perkataan Alex dan berjalan menuju pagar "SMS gue kalau bisa. Gue jemput jam 7." Tambah Alex lagi.
Malam harinya aku ngobrol dengan Om Louis yang baru datang dari luar kota dan memberiku oleh-oleh beberapa gaun yang indah didapur. "Sstttt, jangan bilang sama Tante ya Om kasih ini. Nanti Tante kamu marah, sudah kamu simpan ini sebelum Jessica lihat."
"Ma..makasih, Om. Gaunnya cantik sekali." Aku berlari menuju kamar dan menyimpan 3 buah gaun itu. Kata Om Louis, gaun Jessica sudah banyak dan setengah diantarnya jarang dipakai jadi kali ini Om Louis enggan membelikannya gaun lagi. Sejenak aku menggingat janji Alex dan berniat meminta ijin keluar malam untuk Om Louis tapi saat menuju ruang tamu aku mendengar teriakan Tante Melissa yang sedang ribut dengan Om Louis.
"Harus berapa lama lagi? Dia itu sampah dirumah ini. Menganggu pemandangan! Anak tukang utang. Kita bisa kena sial." Tante Melissa berdiri tegak dihadapan Om Louis dan kemudian terdengar suara tamparan. Aku mengintip dan kaget melihat Om Louis menampar Tante Melissa.
"Kamu.. Ayahnya teman baik aku, Melissa. Dia pernah menolongku dulu. Apa salahnya sekarang ganti aku yang menolongnya?" jawab Om Louis panas.
"Sudah 4 tahun dia disini, selama itu aku tabah. Setiap hari melihatnya aku sangat jijik." Tante Melissa menangis sambil memegang pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FENNEL (COMPLETED)
Romance*Belum diedit sedikitpun. Penuh gramatikal eror.* Selalu ada alasan untuk... Memaafkan. Berharap. Mencintai. Target Audience: Remaja. TEENLIT