Cerpen Horor : The Tells

19 4 2
                                    

Hutan "Big Redwood"...

"Hah...

          "Hah...

                        "Hah...

Dengahan nafas terdengar memecahkan keheningan malam. Bulan menjadi saksi bisu atas tragedi mengenaskan seorang lelaki berumur 28 tahun yang bernama "Valtara Georgie".

Terus berlari menginjak tanah hijau membentang penuh semak belukar liar. Malam itu adalah malam paling buruk yang sedang Valtara hadapi. Cucuran keringat urung terusapi, bagaimana lagi? Ia tidak punya banyak waktu berhela-hela atau pisau menusuk Ia kedua kalinya.

Tusukan pertama tertatam tepat lengan kirinya hingga sesaat ingin melarikan diri Ia terpaksa melepaskan kaos abu-abu akibat kelenjar keringat yang tentu akan menyulitkan lingkup gerak. Berlari tanpa alas dan pakaian, menyusuri hutan tinggi menjulang. Hanya mengenakan celana kain berwarna gelap. Terlebih cucuran darah mewarnai pergelangan tangannya.

      "Hah...hah...hah...hah...hah..."

Sesekali melirik belakang, Valtara bertatap gelisah. Terlalu panik dengan langkah tunggang langgang, meliuk-liuk melewati pilar-pilar berkayu keras tanpa bekal perlawanan.

"Valtara!!!"

Jeritan seseorang terdengar menyusul derap langkah lelaki berparas tampan tadi. Jessica namanya. Terlalu cantik untuk seorang wanita penganut satanis. Segenggam pisau berlumuran darah pada tangan kanan Jessica adalah titik ketakutan korbannya.

"Valtara!!!"

Sekali lagi memanggil penuh ekspresi beringas. Jubah merah gelap yang Ia kenakan sedikit menyulitkan lingkup gerak kedua kaki. Alhasil langkah Jessica kian cepat tatkala menjinjing tinggi-tinggi helaian jubah; hingga nampaklah kedua paha mulusnya biarpun berlari tanpa alas kaki. Menerjang dingin syahdu malam hari.

Jejak darah terpampang jelas mengikuti huru-hara langkah Valtara, terlebih langkahnya kian memelas. Ia kehabisan tenaga dan pastinya sangat lelah.

"A-Aku pusing ergh!"

Tiba-tiba, Valtara mengalami pusing kepala sebelah, tepatnya bagian kanan. Sambil memegang bagian yang mengalami denyut nyeri terdengarlah suara geram sesaat penglihatan normalnya berubah ganda, bahkan miring.

Lalu...

Roboh, tak kuat sudah Valtara menahan gejolak penegangan otot! Alhasil keadaan lemas, Ia tersungkur dengan kedua kelopak mata sayu.

Melihat korban jatuh sendirinya, Jessica hanya tersenyum mempercepat langkah detik penangkapan.

"Hm...

        "Hm...

                   Hm...

Gumam Jessica berjalan pelan menghampiri korban disertai lenggak-lenggok santai. Tangannya terkulai, memutar-mutar pisau melalui jari jemari.

"Jessica..."
Lirih Valtara melirik gelisah.

"Valtar, jangan takut padaku. HmHmHm!" Jessica berjalan mengitari sudut sang korban. Setelahnya berdiri tegak menghadap target ritual sambil memamerkan ekspresi sinis, tersenyum menyeringai.

"Kau akan apakan aku? Hrmm!"
Dagu Valtara menyentuh rerumputan lembut, hembusan angin menggerakkan rerumputan hingga mengenai bekas luka tangan kirinya. Itulah mengapa pertanyaan Valtara berakhir dengan geraman bungkam.

"Ini demi kebahagiaanku..."
Desis Jessica mulai duduk jongkok. Tangan kirinya menyentuh lembut pipi kanan sang pujaan hati.

    "Demi cinta kita..."
Sambungnya langsung menjambak rambut kumus Valtara hingga kepalanya terdongak paksa.  

The Literasi Cerpen (Complicated)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang