Bab 2 | Bertemu

94 4 0
                                    

Happy reading!

Semilir angin menyapu wajah eifrata dan menerbangkan rambutnya. Sehingga, sekarang dia terlihat seperti gadis korban pemerkosaan. Padahal dirinya sedang kesal. Karena, dikeluarkan dari kelas, dan berakhir duduk di bangku taman belakang sekolah.

Eifrata memikirkan kejadian tadi pagi, dimana saat dirinya ingin berangkat kesekolah. Tapi, tiba tiba dia menemukan pembantu nya terletak di dapur rumahnya dengan keadaan yang cukup mengenaskan. Dengan dilanda kepanikan Eifrata mengangkat Mira kedalam mobil dan membawanya kerumah sakit. Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan, ternyata Mira terkena anemia. Dan Eifrata merasa bersyukur Mira pembantunya tidak terkena penyakit menakutkan seperti yang dipikirkannya saat menemukan Mira pingsan. Setelah mengurus segala keperluan Mira, ia langsung berangkat kesekolah. Namun, belum setengah perjalanan dirinya sudah terjebak macet dan berakhir telat sampai disekolah.

Memikirkan dirinya telat dan diusir dari kelas membuatnya merasa malu. Pasalnya ini pertama kali dia telat, padahal dia siswi pintar, disiplin dan berprestasi. Tercoreng sudah nama baiknya yang sudah dia jaga hampir 3 tahun.

Hufhhhh
Eifrata menghela napas dalam-dalam, mengambil kerikil dan melemparnya sembarangan.

"Aduh!"

Eifrata tersentak, ia memandang sekitarnya. Mencari sumber suara tersebut. Tapi, ia tidak melihat ada orang ditaman itu selain dirinya. "Apa jangan-jangan, taman ini berpenghuni ya," Eifrata semakin takut akibat bunga bugenvil yang di samping nya bergerak-gerak.

" Woi!, Lo yang melempar gua pake kerikil?" ucap seorang laki-laki yang tiba-tiba muncul didepannya.

Eifrata mengangkat kepalanya, ia melihat cowo berjaket abu-abu yang tadi pagi ditemuinya saat macet.

"Lo, yang tadi pagi kan?" tunjuk Eifrata.

Laki-laki itu terkejut mendengar pertanyaan gadis itu. Seketika dia teringat kejadiaan tadi pagi, dimana dirinya berdebat dengan seseorang yang membuatnya kesal.

"Ohh, lo si cewe mercun tadi ya,"

"Atau jangan-jangan lo juga yang ngelempar gue pake kerikil?"

"Wah, wah, gila ya lo, kalo kepala gue bocor, lo mau tanggung jawab?" cecar laki-laki itu.

"Santai dong, ya gua mana tau lo ada disini, jadi itu mah salah lo," balas eifrata cuek.

"Lo, har----"

"Agam"

Ucapan laki-laki itu terpotong akibat ada seseorang yang memanggilnya. Dia menoleh kesumber suara, terlihatlah sahabatnya dengan tatapan tajam dan kedua tangan didalam kantong segaramnya.

"Agam" panggilnya lagi.

"Kenapa gak datang keperpus?"

Sedangkan yang ditanya malah cengengesan. " Eh, Alfa."

"Ini mau keperpus ko fa," Agam melangkahkan kakinya mendekati sahabatnya.

" Huaaa!"

Tiba tiba terdengar suara pekikan.
Lantas kedua laki-laki itu menoleh. Agam hampir lupa bahwa dia tadi sedang berdebat dengan seseorang yang membuatnya kesal setengah mati.

Eifrata melangkah mendekat, lebih tepatnya ke laki-laki yang di samping Agam. Dan menjulurkan tangannya.

"Gue Eifrata Pricilia Nadin, cewek pintar, berprestasi dan tentunya cantik." Eifrata mengerlingkan matanya diakhir perkenalannya.

Sedangkan yang ditatap malah menaikkan alisnya, dan menatap gadis itu aneh.

"Hahahhahha" Agam tertawa melihat Alfariel sahabatnya tidak juga menyambut uluran tangan gadis itu.

Eifrata menurunkan tangannya, tidak merasa malu sama sekali dan ia menoleh ke arah agam.

"Hehhh ulat bulu, ngapain lo ketawa? Gak ada yang lucu," sarkasnya.

Agam yang mendengar dirinya dipanggil ulat bulu semakin kesal terhadap gadis itu.

"Lo!, minta gue hajar ya!" geram Agam.

Tanpa memperdulikan Agam, Eifrata kembali mendekati laki-laki berambut hitam legam itu dan memeluknya.
" Lo hangat." Ujarnya.

Agam yang menyaksikan itu tercengang dan hampir menjatuhkan rahangnya. Selama ia bersahabat dengan Alfariel Dionysius Zeim, baru kali ini ia melihat seseorang berani menyentuh nya. Sumpah, ini cewe nekat, plus gila pikirnya.

Sedangkan yang dipeluk hanya diam tanpa reaksi apapun, wajahnya tetap datar dan dingin. Detik berikutnya Alfrariel mendorong gadis itu. Eifrata yang tak siap langsung jatuh terduduk. Alfariel memutar tubuhnya dan melangkahkan kakinya pergi.

Agam yang melihat itu kembali tertawa, dan menjulurkan tangannya kearah Eifrata.

"Kenalin gue Agam Bramesta Biantara, cowo tampan disekolah ini, dan tentunya digilai banyak perempuan." Ucap Agam sambil mengedipkan matanya. Agam menarik tangannya dan berlalu pergi dengan senyum puas tercetak dibibirnya.

"Rasain lo!" teriaknya sebelum benar-benar berlalu.

Eifrata yang dipermalukam seperti itu, beteriak kesal dan menghentak-hentakkan kakinya. Tapi setelahnya ia tersenyum seperti orang gila mengingat kejadian tadi. Eifrata memegang dadanya dan merasakan jantung berdebar dengan keras. Ia semakin tersenyum dan memegangi pipinya yang terasa panas. " Ah, gue jatuh cinta pandangan pertama. Lagian itu cowok manis banget sih, kayak gulali," gumamnya sambil membayangkan laki-laki itu.

Bersambung...

Pangeran Dingin yang Miskin [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang